NovelToon NovelToon
TERPERANGKAP CINTA CEO DINGIN

TERPERANGKAP CINTA CEO DINGIN

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Percintaan Konglomerat / Penyelamat
Popularitas:888
Nilai: 5
Nama Author:

Alea, seorang wanita muda dan cantik, terpaksa menikahi Rian melalui perjodohan. Namun, kebahagiaan yang diharapkan pupus ketika Rian mengkhianatinya dengan berselingkuh dengan Gina. Patah hati, Alea memutuskan untuk bercerai dan meninggalkan Rian. Takdir berkata lain, bis yang ditumpangi Alea mengalami kecelakaan tragis. Di tengah kekacauan, Alea diselamatkan oleh Ben, seorang pria berkarisma dan berstatus sebagai bos besar yang dikenal dingin dan misterius. Setelah sadar, Alea mendapati dirinya berada di rumah mewah Ben. Ia memutuskan untuk berpura-pura hilang ingatan, sebuah kesempatan untuk memulai hidup baru. Ben, yang ternyata diam-diam mencintai Alea sejak lama, memanfaatkan situasi ini. Ia memanipulasi keadaan, meyakinkan Alea bahwa ia adalah kekasihnya. Alea, yang berpura-pura hilang ingatan tentang masa lalunya, mengikuti alur permainan Ben. Ia berusaha menjadi wanita yang diinginkan Ben, tanpa menyadari bahwa ia sedang terperangkap dalam jaring-jaring cinta dan kebohongan. Lalu, apa yang akan terjadi ketika ingatan Alea kembali? Apakah ia akan menerima cinta Ben, atau justru membenci pria yang telah memanipulasinya? Dan bagaimana dengan Rian, apakah ia akan menyesali perbuatannya dan berusaha merebut Alea kembali?

TERTANGKAP

Setelah menyelesaikan urusannya dan mengambil barang-barangnya dari kantor polisi, Alea bergegas mencari hotel di pusat kota. Ia merasa lelah dan bingung, namun juga ada secercah harapan dalam hatinya. Sambil berjalan, pikirannya berkecamuk, "Ke mana aku akan pergi sekarang? Bagaimana aku akan melanjutkan hidup dengan kebebasan ini?"

Alea menyadari bahwa ia harus memulai semuanya dari awal. Tidak ada lagi Ben yang mengatur hidupnya, tidak ada lagi aturan dan batasan yang mengikatnya. Ia bebas menentukan jalan hidupnya sendiri. Namun, kebebasan ini juga terasa menakutkan. Ia tidak tahu harus mulai dari mana dan apa yang harus dilakukannya.

Ia memutuskan untuk menginap di hotel untuk sementara waktu, sambil menenangkan diri dan menyusun rencana. Ia berharap, dengan waktu dan kesempatan yang ada, ia bisa menemukan jati dirinya dan meraih kebahagiaan yang selama ini ia impikan.

Alea menghela napas panjang. Setelah berurusan dengan polisi dan akhirnya mendapatkan kembali barang-barangnya, ia mendapati kenyataan baterainya ponselnya habis total. Ponsel itu mati, bisu, tak bisa digunakan sama sekali. 

"Sial," gumamnya pelan.

Ia memutuskan untuk menyalakan ponselnya, meski tahu tidak akan berhasil. Benar saja, layar tetap gelap. Alea merogoh tasnya, mencari-cari power bank atau setidaknya kabel USB, tapi nihil. 

"Harus beli charger baru ini," pikirnya.

Alea mengacak-acak lagi isi tasnya, berharap ada keajaiban. Mungkin saja ia salah lihat tadi. Tapi tetap nihil. Tidak ada charger ponsel. 

"Sudahlah," gumamnya pada diri sendiri. "Tidak ada gunanya terus meratapi ini."

Dengan langkah gontai, Alea keluar dari kamar hotel. Ia tidak tahu persis di mana ia sekarang, tapi yang jelas, ia harus mencari toko yang menjual charger ponsel. Ia berjalan menyusuri jalanan, matanya awas mencari konter hp. Beberapa toko tutup, tapi ia melihat sebuah minimarket yang masih buka.

"Semoga saja mereka menjual charger," harapnya dalam hati.

Alea masuk ke dalam minimarket dan langsung menuju bagian aksesoris ponsel. Ia melihat beberapa pilihan charger dengan berbagai merek dan harga. Setelah membandingkan beberapa pilihan, ia memutuskan untuk membeli sebuah charger fast charging.

"Permisi, Mbak," sapanya pada kasir. "Saya beli ini."

Setelah membayar, Alea segera membuka kemasan charger dan mencolokkannya ke ponselnya. Ia menunggu dengan cemas, berharap ponselnya segera menyala. Beberapa saat kemudian, munculah logo baterai yang sedang mengisi daya.

“Akhirnya." Alea menghela nafas

Sambil menunggu ponselnya terisi daya, Alea memutuskan untuk membeli sebotol air mineral dingin. Tenggorokannya terasa kering setelah semua kejadian yang menimpanya hari ini. Ia duduk di kursi dekat jendela minimarket, memandangi jalanan yang mulai ramai.

Alea baru saja meneguk air mineralnya ketika tiba-tiba bebeapa orang berpakaian serba hitam menghampirinya. Dengan gerakan cepat, mereka menahan kedua tangannya. Alea tersentak kaget, air mineralnya tumpah membasahi bajunya.

"Siapa kalian?" tanya Alea dengan nada panik. Jantungnya berdegup kencang.

"Maaf, Nyonya," jawab salah seorang pria dengan suara datar. "Kami diminta Tuan Ben untuk membawa Nyonya segera pulang ke rumah."

Alea terkejut bukan main. "Ben? Bagaimana bisa Ben tahu aku ada di kota ini?" Ia berusaha melepaskan cengkeraman tangan pria-pria itu, tapi percuma. Tenaga mereka terlalu kuat.

"Maaf, Nyonya, kami tidak tahu apa-apa. Kami hanya menjalankan perintah," jawab pria yang lain, tetap dengan nada tanpa ekspresi.

Alea semakin panik. Bagaimana bisa Ben menemukannya secepat ini? yang sebenarnya terjadi? Ia tidak punya waktu untuk berpikir. Pria-pria itu menariknya keluar dari minimarket, menuju sebuah mobil hitam yang sudah menunggu di depan.

"Lepaskan aku! Aku tidak mau ikut kalian!" teriak Alea, berusaha memberontak. Tapi suaranya tenggelam dalam kebisingan jalanan. Orang-orang di sekitar hanya menatapnya dengan tatapan aneh, tidak ada yang berani membantu.

Alea dipaksa masuk ke dalam mobil. Salah seorang pria duduk di sampingnya, sementara yang lain duduk di depan bersama sopir. Di belakangnya banyak mobil yang sama beriringan. Mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi, meninggalkan minimarket dan segala harapan Alea untuk melarikan diri.

"Katakan padaku, bagaimana Ben bisa tahu aku di sini?" tanya Alea dengan nada putus asa. Air matanya mulai mengalir deras.

Pria di sampingnya hanya menggelengkan kepala. "Maaf, Nyonya. Kami tidak tahu."

Alea menangis tersedu-sedu, air matanya membasahi pipi. Ia mencoba memberontak, tapi sia-sia. Tiba-tiba, pria di sampingnya mengeluarkan sapu tangan yang sudah dibasahi sesuatu. Dengan cepat, sapu tangan itu dibekapkan ke hidung dan mulut Alea.

Alea meronta sekuat tenaga, berusaha menahan napas. Tapi aroma aneh dari sapu tangan itu membuatnya pusing dan lemas. Perlahan, kesadarannya mulai menghilang. Ia melihat bayangan pria-pria itu semakin buram, lalu semuanya menjadi gelap.

Perjalanan menuju rumah Ben terasa sangat panjang. Mereka harus melewati tiga kota sebelum akhirnya tiba di kediaman mewah itu. Mobil-mobil pengawal tetap setia mengiringi di belakang, memastikan tidak ada yang mengganggu perjalanan mereka.

Sesampainya di rumah, Alea yang masih tidak sadarkan diri digendong masuk oleh kedua pria itu. Bi Ani, asisten rumah tangga yang sudah lama bekerja di keluarga Ben, melihat kedatangan mereka dengan wajah terkejut dan khawatir.

"Ya Tuhan, Nyonya Alea kenapa?" tanya Bi Ani panik, menghampiri mereka.

"Maaf, Bi," jawab salah seorang pria. "Ini perintah Tuan Ben. Nyonya harus segera istirahat."

Bi Ani semakin cemas melihat Alea yang tertidur pulas dengan wajah pucat. Ia tahu ada sesuatu yang tidak beres. Tanpa banyak bertanya, ia segera membantu membaringkan Alea di tempat tidur.

"Kalian istirahatlah dulu," kata Bi Ani dengan nada khawatir. "Biar saya yang menjaga Nyonya."

Kedua pria itu mengangguk dan meninggalkan kamar. Bi Ani menatap wajah Alea dengan tatapan sendu. 

Ben menghela napas lega begitu kakinya menginjak tanah air. Tanpa membuang waktu, ia segera meminta David menghubungi para pengawal yang bertugas menjemput Alea.

"Sudah, Tuan. Nyonya sudah kembali ke rumah," lapor David dengan nada cemas. "Tapi, Nyonya masih belum sadarkan diri."

Jantung Ben berdegup kencang mendengar kabar itu. "Ayo, kita segera ke rumah! Panggil dokter, suruh dia segera datang untuk memeriksa Alea!" perintahnya dengan nada khawatir yang kentara.

Perasaan Ben berkecamuk. Marah? Jelas. Tapi yang lebih besar adalah rasa lega yang luar biasa karena Alea sudah kembali. Walau kenyataan Alea belum sadar membuatnya cemas, setidaknya istrinya itu sudah di rumah, aman dalam jangkauannya. Ia menarik napas dalam, berusaha menenangkan diri. "Fokus, Ben," bisiknya dalam hati. "Yang penting sekarang Alea baik-baik saja."

Ben sejenak berpikir. Ia tak tahu bagaimana harus menghadapi Alea nanti. Perasaannya terlalu kompleks, terlalu emosional. Ada rasa lega yang besar, tapi juga kekecewaan yang menggunung di hatinya. Ia membayangkan wajah Alea, mencoba menebak apa yang ada di pikirannya, apa yang telah terjadi padanya. Ben merasa seperti berdiri di persimpangan jalan, bingung ke mana harus melangkah.

1
Vash the Stampede
Aku sudah jatuh cinta dengan karakter-karaktermu, thor.
AyaShiyaa: Terimakasih atas dukungannya ❤️❤️
total 1 replies
emi_sunflower_skr
Ceritanya keren, bahasanya juga mudah dimengerti!
AyaShiyaa: Terimakasih atas dukungannya ❤️❤️❤️
total 1 replies
Ichigo Kurosaki
Ceritanya menghibur sekali.
AyaShiyaa: Terimakasih atas dukungannya ❤️❤️❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!