Selama ini Amara memberikan kehidupannya kepada Dion dan mengabdikan diri sebagai istri yang sempurna. sudah 3 tahun sejak pernikahan tidak ada masalah pada rumah tangga. namun fakta lain membuat hati Amara begitu teriris. Dion berselingkuh dengan seorang wanita yang baru ia kenal di tempat kerja.
Amara elowen Sinclair berusia 28 tahun, wanita cantik dan cerdas. Pewaris tunggal keluarga Sinclair di london. Amara menyembunyikan identitasnya dari Dion Karena tidak ingin membuat Dion merasa minder. mereka menikah dan membina rumah tangga sederhana di tepi kota London.
Amara menjadi istri yang begitu sempurna dan mencintai suaminya apa adanya. Tapi saat semuanya terungkap barulah ia sadar ketulusannya selama ini hanyalah dianggap angin lalu oleh pria yang begitu ia cintai itu.
Amara marah, sakit dan kecewa. ia berencana meninggalkan kenangan yang begitu membekas di sisa sisa hubungan mereka. akankah Amara dapat menyelesaikan masalahnya?....
ikuti terus ya guysss
selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 32
Setelah Edward pergi, Leo menatap kunci ruangan yang tergeletak di lantai. Ia membungkuk dan meraihnya, lalu menatap pintu yang dibaliknya ada Amara. Ruangan yang pernah menjadi tempat traumanya dulu. Bayangan pukulan tongkat di punggung kecilnya masih nyata, namun demi Amara, ia membulatkan tekad untuk masuk.
Leo berjalan ke arah pintu, sempat menatapnya sejenak baru kemudian meraih gembok kunci. Ia memasukkan kunci itu ke dalam hingga suara ceklek terdengar. Setelah pintu bisa dibuka, ia mulai melihat ke dalam secara perlahan. Di sana, samar samar ia melihat Amara yang sedang berbaring di atas sofa dengan kaki dan tangan terikat.
Dengan cepat Leo melepas semua ikatan itu, kini Amara juga sedang menatap ke arahnya.
" kamu tidak apa apa kan?." tanya Leo dengan khawatir. Ia berjongkok sementara Amara masih duduk di atas sofa.
" Siapa yang sudah menculik ku Leo? Katakan!." ucap Amara dengan nada dingin.
" Dia... Saudaraku." ucap Leo dengan lesu.
Amara memalingkan wajahnya. " jadi kamu menyuruhnya untuk menculik ku supaya kamu bisa menjadi pahlawan. Teknik yang kuno." ucap Amara muak.
" Tidak Amara, aku tidak pernah melakukan hal itu. Dia menculikmu karena... " ucapan Leo terputus. Ia belum siap mengatakan semuanya.
" Karena apa ha? Karena kamu ingin memiliki ku dan menikah dengan ku?. Dengar Leo, itu tidak akan pernah terjadi. Mulai hari ini kerja sama kita dibatalkan!." Amara bangkit dan keluar dari ruangan itu. Namun ia kembali lagi dan mengulurkan tangannya pada Leo.
Leo perlahan bangkit dan berdiri tepat berhadapan dengan Amara.
" Aku mau menghubungi Clarissa, berikan ponselmu!." ucap Amara dengan nada cuek.
Leo yang tak bisa berbicara terus terang hanya bisa terdiam. Ia mengeluarkan ponselnya dari saku jaketnya, kemudian memberikannya kepada Amara.
" Apa password nya?." tanya Amara dengan nada cuek.
Setelah Leo mengucapkan password nya, Amara teringat jika pasword itu sama dengan tanggal lahirnya.
" ternyata kamu memang terobsesi ya, sampai tanggal lahir ku saja kamu jadikan password." ucap Amara yang semakin kesal.
" Amara, aku sebenarnya.... "
" Halo Clarissa, jemput aku. Akan ku kirimkan lokasinya." ucap Amara. Setelah selesai bicara ia mengembalikan ponsel Leo dan meletakkannya pada dada pria itu. Ia melipat kedua tangan lalu pergi keluar dan berencana menunggu di pinggir jalan.
Namun saat melihat keluar, ia terkejut dan berteriak. " Semuanya hutan belantara. Sebenarnya dimana ini." Amara menggigit bibir bawahnya merasa panik dan khawatir.
" Bagaimana kalau dia akan mencelakakan aku. Aku harus sembunyi." Amara bersembunyi di balik sebuah sofa. Sementara langkah kaki Leo mulai terdengar dari kejauhan. pria itu semakin dekat dan berhenti tepat di ambang pintu. Matanya menelusuri setiap sudut yang ada di hadapannya.
Amara yang sedang bersembunyi di balik sofa merasakan sesuatu yang berjalan di kakinya. Samar samar ia melihat tikus besar singgah di sana sambil mengendus kakinya.
" Aaaaaakk." ia berlari keluar menjauh dari area persembunyian nya dan menghentakkan kakinya beberapa kali sambil menangis.
Leo yang menyadari keberadaan Amara langsung menghampirinya. "ada apa?."
Tidak ada jawaban dari Amara, kemudian ia memeriksa di balik sofa, ada tikus di sana. Leo langsung mengusir tikus itu menjauh dengan sebuah kayu yang berada di sana. Setelah tikus itu benar benar pergi, Amara mulai merasa sedikit tenang.
Leo menatap ke arah Amara. Ia lalu melepaskan jaketnya dan memasangkannya pada Amara. " Udara mulai dingin, ini sudah tengah malam." ucap Leo. Ia kemudian duduk di atas sofa yang ada di sana. Memperhatikan Amara yang masih mematung di tempatnya.
" duduk di sini." ucap Leo menepuk sofa yang berada di sampingnya.
" Tidak, aku mau menunggu Clarissa datang." ucap Amara dengan angkuh. Ia masih berdiri di tempatnya.
" Tempat ini tersembunyi, tidak ada lokasinya. Mereka pasti tidak akan sampai ke sini." ucap Leo.
" Apa?, bagaimana bisa? Semua tempat di kota ini kan ada lokasinya. Aku tidak percaya. " ucap Amara.
" Ini lihat." Leo menyerahkan ponselnya dan memperlihatkan lokasi yang dikirim Amara. Lokasinya tidak bisa di deteksi.
Amara membulatkan matanya, ia lalu kembali menelpon Clarissa. Benar saja, saat telepon tersambung Clarissa tak bisa menemukan keberadaannya.
Kemudian telepon beralih pada David sang ayah, terdengar nada panik di seberang sana. Amara pun sama paniknya.
" Sayang, Daddy akan menjemputmu tunggu daddy." ucap David.
" Iya Dad, Amara sangat takut." ucap Amara.
" siapa yang berada di sampingmu?." ucap David lagi
Amara menatap Leo sejenak baru kemudian menjawab. " Leo.."
" Apa, Leo?."
"Iya Dad."
" Daddy mau bicara dengannya."
Dengan malas Amara menyerahkan ponsel kepada Leo. Kemudian Leo meraihnya dan mulai mendengarkan seseorang yang bicara di seberang sana.
" Leo, katakan dimana lokasi kalian. Kami akan ke sana." ucap David.
" Om, Amara akan baik baik saja. Besok saya akan mengantarnya pulang. Jalan ke sini penuh dengan hutan belantara dan jalan setapak. Kalau kita pergi di malam hari kemungkinan tersesat sangat besar. Saya sengaja menunggu besok pagi supaya bisa sampai dengan selamat. Saya janji akan membawa Amara pulang dengan selamat." ucap Leo menjelaskan
Sementara Amara menatap tak percaya ke arah Leo. " Daddy, jangan dengarkan dia. Aku tidak percaya padanya." teriak Amara berharap ayahnya tidak mempercayai perkataan Leo. Namun tak berselang lama sambungan telepon terputus bersamaan dengan gerakan anggukan dari Leo.
" Daddy." teriak Amara dengan frustasi. Ia ingin kembali mengambil ponsel Leo namun tak bisa. Membuatnya terpeleset dan duduk di atas paha Leo. Tatapan keduanya beradu. Leo melingkarkan tangannya pada pinggang Amara. Sementara Amara mulai sadar dan berusaha untuk lepas.
" Aku bukan penjahat Amara, aku akan membawamu kembali. Percayalah." ucap Leo mencoba meyakinkan Amara.
" Lepas, aku tidak percaya padamu." Amara memukul dada Leo dengan kasar. Namun Leo tak melepas tangannya, ia mengangkat tubuh Amara dan meletakkannya perlahan di atas sofa. Sementara Amara terdiam saat mendapatkan perlakuan seperti itu. " Mau apa kamu?." tanya Amara dengan penuh kecurigaan. "Jangan macam macam ya!." tunjuknya.
" Istirahatlah." Leo beranjak dan kembali menutup pintu luar.
" Jangan menutupnya, ayahku akan datang menjemput." ucap Amara yang panik saat Leo menutup pintu.
" Mau membiarkan hewan buas masuk dan memakan kita hidup hidup?."
Ucapan Leo membuat Amara ketakutan, ia tak bicara lagi dan membiarkan Leo menutup pintu.
" Om David tidak akan datang, aku sudah katakan padanya, kita akan pulang besok. Saat ini mereka sedang dalam perjalanan pulang." ucap Leo menjelaskan.
Amara menggeleng tak percaya dengan ucapan Leo, " bagaimana bisa ayahku percaya padamu ha?. Apa yang kamu katakan padanya?. " ucap Amara yang masih tidak terima. Sementara ia belum tahu jika Leo dan ayahnya sudah saling mengenal sejak lama.
Leo memilih diam dan berbaring di atas sofa yang berseberangan dengan tempat Amara.
Hari sudah sangat larut, Amara melihat Leo mulai memejamkan matanya. Sementara ia masih terjaga, takut jika Leo akan melakukan hal jahat padanya. Tiba tiba ia mendengar suara burung hantu dari luar, ia langsung berbaring dan menutup kepalanya dengan jaket. ia sangat ketakutan.
Sementara Leo yang masih belum tidur menatap sejenak ke arah Amara. Ia diam dan memperhatikan Amara. " Aku harap kita bisa bersama Amara." gumamnya dalam hati.