Kesalahan di masa remajanya membuat Dewi harus menerima konsekuensi dari semua itu. Memiliki dua orang anak tanpa suami membuat Dewi menjadi bahan pembicaraan di kampungnya. Hingga suatu hari dia menerima lamaran dari saudara ayahnya yang memiliki seorang anak laki laki. Bertahun-tahun berumah tangga Dewi dan Randi belum memiliki anak. Segala cara mereka melakukan, pengobatan tradisional sampai ke dokter kandungan yang terbaik di kota mereka tidak menunjukkan tanda-tanda kehamilan.
Dewi mulai lelah menghadapi tuntutan suami dan keluarga suaminya yang menginginkan keturunan. Hingga semua keluarga besarnya berprasangka buruk pada Dewi, mereka mengatakan kalau Dewi itu mandul karena minum obat ketika belum bersuami.
Suami Dewi juga mulai terpengaruh dengan pembicaraan orang orang. Pertengkaran menjadi hal biasa. Setiap kali ada pertemuan keluarga, mereka selalu mengatakan agar Randi menikah lagi. Agar bisa memiliki anak.
Bagaimana kisah selanjut
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elvy Anggreny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
"Bahkan Yan itu lebih mirip kamu nak Rama "
Rama tersenyum sangat lebar mendengar kata kata itu, wajah nya merona mendengar dia di katakan mirip dengan kedua anaknya. dia juga tau kalau ke-dua anaknya lebih mirip dirinya. Mereka memiliki kulit yang putih dan rambut yang sedikit kecoklatan mirip Dewi.
Itu semua tidak luput dari perhatian pak Wijaya dan istrinya, kedua lansia itu saling tatap. Mereka merasakan ada sesuatu pada diri Rama.
"Mungkin kebetulan aja sama om " Aini segera menanggapi perkataan pak Wijaya.
"Ya, itu memang kebetulan " Jawab pak Wijaya tersenyum pada Aini.
"Nak Rama, di mana ayah dan ibu sekarang?" Tanya pak Wijaya
"Mereka sudah pulang kampung om, Karena ayah sudah pensiun. Mereka nggak mau di ajak tinggal bersama kami" Sahut Rama
"Hum...Om pikir mereka di kota ini, om dan tante ingin bertemu mereka nak"
"Bulan depan mereka mau ke sini, om dan tante bisa bertemu ayah dan ibu. Saya boleh minta nomer ponsel om ?"
"Oh baiklah, Kabari kami jika mereka di sini ya nak" Ujar pak Wijaya setelah memberikan nomor ponselnya pada Rama.
"Baiklah om, ah.. Mungkin sebentar lagi ayah akan menghubungi om..saya juga memberikan nomor ponsel om kepada ayah " Ujar Rama lagi
"Oh baiklah "
Setelah itu mereka kembali ke rumah mereka masing-masing, Rama dan Aini juga kembali ke rumah mereka. Sepanjang yang mereka sama sama terdiam. Rama sedang memikirkan perubahan Dewi.
Rama melihat Dewi semakin cantik, sedangkan Aini tidak suka dengan sikap Rama yang seakan akan menunjukkan kepada kedua paruh baya itu kalau dia adalah ayah dari kedua anak Dewi.
"Apakah sekarang kamu akan terang terangan menunjukkan bahwa kamu adalah ayah kedua anak Dewi?" Tanya Aini tiba tiba
Kening Rama berkerut mendengar istrinya bicara seperti itu.
"Apa maksud kamu sayang, saya memang ayah kandung mereka. Kenapa kamu ngomong seperti itu?"
Aini hanya menggeleng dan dia tidak lagi bicara apapun. Rama melihat perubahan sikap istrinya.
"Kamu kenapa sayang?" Tanya Rama
"Apakah kamu masih berniat mendekati Dewi untuk meminta salah satu anaknya untuk kita adopsi Ram?" Tanya Aini
"Kenapa bertanya seperti itu? Bukankah ini ide dari kamu juga ?"
Rama mendengar tarikan nafas Aini.
"Kenapa sayang? Apa ada yang salah dengan?" Tanya Rama
Aini menggeleng, dia tidak tau harus menjawab apa. Dia sebenarnya ingin menghentikan Rama dengan rencana mereka namun dia juga tau, dengan mengadopsi salah satu anaknya bersama Dewi, Rama tidak pernah meninggalkan dia.
"Nggak kok"
Mobil masuk ke dalam halaman rumah mereka, Aini segera turun masuk ke dalam rumah.
Sementara di rumah Dewi, Kedua anak Dewi mendengar perdebatan kedua orang tua mereka.
"Ada apa dengan kamu Dewi, Kenapa kamu berubah seperti ini?" Kening Dewi berkerut dalam.
"Berubah gimana kak, Saya biasa saja. Nggak ada sama sekali yang aneh dengan diri saya "
"Nggak ada yang aneh? Kamu lihat, sekarang bahkan kamu berdandan kemanapun kamu pergi " Kata Randi lagi
"Loh emang kenapa kak ? Nggak ada yang salah kalau saya berdandan. Saya merubah tampilan saya karena saya ingin aja, lagian dandanan saya ini biasa aja kaku" Jawab Dewi yang semakin merasa aneh dengan perkataan suaminya
"Saya nggak mau tau, kamu harus merubah kembali penampilan kamu seperti dulu lagi" Kata Randi dengan suara teriakan yang terdengar sampai ke telinga kedua anak Dewi
"Kamu itu aneh kak, hal yang nggak penting sama sekali kakak jadikan masalah" Ujar Dewi berlalu keluar
Dewi memasuki kamar Arumi, di sana ada Yan dan Arumi.
"Sayang, ibu mau tanya.. emang tampang ibu sekarang gimana sih, kok sampai ayah teriak dan suruh ibu rubah dandanan ibu ?" Tanya Dewi merasa tidak puas dengan kemarahan suaminya
Dewi melihat kedua anaknya tersenyum dan mereka mengacungkan jari jempol mereka
"Ibu semakin cantik, seminggu lebih ini ibu jauh lebih cantik dari yang biasanya. Arumi suka ibu seperti ini " Jawab Arumi
"Bener sayang, ibu nggak ane?"
"Nggak Bu, ya nggak mungkin Arumi bohongin ibu lah"
Anggukan kepala Yan semakin meyakinkan Dewi kalau perubahannya baik baik saja.
"Mungkin suami ibu itu takut ada pria lain yang menyukai ibu" Jawab Yan dengan tawa dan seperti benar benar tepat kata kata anak lelakinya.
Dewi ingin tertawa mendengar kata kata anak lelakinya. Dewi duduk di antara kedua anaknya dan memeluk mereka
"Ibu hanya ingin bersama kakak dan adek sampai ibu menutup mata. Ibu ingin tua deket kalian berdua. Jadi nggak ada tu istilah mereka udah dewasa. Bagi ibu kalian tetap bayi kesayangan ibu " Ujar Dewi sambil memeluk Yan dan Arumi.
Mereka berpelukan, kemudian suara tertawa mereka terdengar di ruang tengah di mana Randi sedang duduk. Dia tadi ingin mencari Dewi namun dia mendengar percakapan Dewi dan kedua anaknya. Randi mengurung kan niatnya masuk ke dalam kamar Arumi.
Randi duduk termenung di depan meja makan, dia mengingat kembali bagaimana barusan dia melarang Dewi dengan perubahan Dewi.
"Ah..ini semua gara gara kak Rani yang manas manasin saya" Batin Randi. Ya... Randi terbawa emosi karena kata kata kakaknya yang mengatakan kalau Dewi sengaja melakukan itu karena dia sedang tertarik dengan seseorang.
Rani mengatakan " Kenapa nggak dari dulu ketika awal kalian menikah, Dewi merubah dandanan nya? Kenapa baru sekarang? Kan aneh aja" Kata kata Rani terngiang di telinga Randi.
Dan tanpa sepengetahuan siapa pun, dua hari yang lalu Randi juga menerima pesan dari nomor baru.
"Kalau kamu nggak suka lagi sama Dewi, lepaskan dia. Karena masih ada pria lain yang akan mencintai Dewi dengan tulus , dan saya salah satu pria yang jatuh cinta sama istri kamu"
Randi menelpon nomor itu namun sudah tidak aktif lagi. Pesan itu juga yang menjadi pemicu kemarahan Randi hari ini.
Randi juga mengingat bagaimana Jack yang terang terangan sering memperhatikan Dewi, membela Dewi ketika di pojokan kakak dan adiknya.
"Ahh sial.. Ngapain juga sih dia harus dandan kayak gitu.Udah kayak cewek cewek penggoda aja" Gerutu Randi yang menganggap dandan Dewi berlebihan
Drrt......
Suara telpon masuk di ponsel Randi, Randi melihat nama penelpon "Marri sayang" Itu nama istri muda Randi. Dia sudah merubah nama di ponselnya.
Huff... Randi membuang nafas dan mengabaikan panggilan itu.
Ting....
Pesan masuk dari Mariam..
"Sayang, kamu nginap di sini kan ?"
Randi hanya melihat sepintas saja tanpa berniat membuka dan membalas pesan itu.
"Sayang, kamu udah janji mau habiskan banyak waktu sama saya, kamu ingat kan pesan ibu. Dia ingin kita segera memberinya cucu laki laki." Pesan Mariam lagi dan kali ini Randi membaca pesan itu
"Saya nggak ke rumah malam ini, saya di sini. Kalau kamu takut tidur sendirian. Ajak Reni nginap di rumah" Randi membalas dengan kata kata yang membuat Mariam emosi dan merasa aneh. Karena baru kali ini Randi menyuruh dia mengajak Reni nginap di rumah mereka
"Apa maksud kamu sayang? Saya nggak mau Reni nginap di sini, saya nggak mau tau. Kamu harus ke sini dan nginap di sini. Kalau nggak saya akan laporkan ke ibu" Ancaman yang sukses membuat Randi semakin merasa kesal.
"Kamu kenapa sih Mariam? Apa nggak bisa semalam aja saya nginap di sini? Di sini juga rumah saya dan Dewi juga istri saya, bukan kamu aja"
Mariam terpaku membaca pesan dari Randi, sejak menjadi istri kedua Randi. Baru kali ini dia mendengar dan melihat Randi mengatakan Dewi juga istrinya
Tak ada balasan pesan lagi dari istrinya, Randi membiarkan saja ponselnya tergeletak di atas meja makan.
Beberapa saat kemudian Randi masuk kembali ke dalam kamar. Randi membaringkan tubuhnya. Randi memejamkan matanya, dia merasa aneh dengan dirinya sendiri. Dia yakin dengan dirinya sendiri kalau dia tidak mungkin mencintai Dewi namun dia merasa marah jika sudah seperti ini.
Ada seseorang yang diam dia menyukai Dewi, Randi tidak suka itu.
Klek..
Suara pintu di buka, Randi terus memejamkan matanya berpura pura tidur.
Dewi hanya melihat sebentar ke arah tempat tidur. Setelah melakukan rutinitas baru nya yaitu melakukan perawatan pada wajahnya. Dewi naik ke atas ranjang.
Tak berapa lama kemudian Dewi yang belum sepenuhnya terlelap merasakan sebuah pelukan , tangan Randi berada di pinggangnya.
"Maafkan saya sayang " Dewi mendengar bisikan dari Randi di belakang tengkuknya.
"Saya nggak tau kenapa saya bisa kayak gini sayang, Saya bingung" kata Randi Lirih
Dewi mengabaikan kata kata Randi dan terus berpura pura tidur. Dia tahu, dia tidak harus merasa tersentuh dengan semua perlakuan suaminya karena keesokan harinya dia akan kembali seperti biasanya lagi. Dewi tau Randi hanya berakting seakan-akan dia memperhatikan Dewi.
*
Pagi pagi sekali Dewi sudah selesai dengan pekerjaan rumahnya, anak anaknya sudah berangkat ke sekolah. Dewi juga melihat hari ini sepertinya akan turun hujan.
Dewi buru buru, dia takut kehujanan namum sebuah pelukan dari belakang menghentikan langkah Dewi.
"Kak... Saya mau kerja, ini sudah mendung kak. Saya takut kehujanan lagi di jalan" Kata Dewi
"Sebentar aja sayang " Kata Randi semakin mempererat pelukannya
"Kak.. Saya harus berangkat kerja. Kakak ini kenapa sih, Semakin ke sini kok kayak gimana gitu kak"
"Kenapa? Kamu nggak suka saya peluk seperti ini. Apa ada orang lain yang melakukan itu sama kamu. Memeluk kamu " Ujar Randi
Kening Dewi mengkerut dalam, dia menatap Randi lama sekali.
"Saya nggak akan melakukan itu kak, Dari dulu sampai sekarang. Saya hanya di sentuh dua pria dalam hidup saya. Rama ayah anak anak saya dan kak Randi sebagai suami saya " Jawab Dewi berlalu pergi tanpa pamit pada Randi.
Sepanjang perjalanan Dewi menahan kesal mengingat Randi yang selalu berubah ubah sikapnya.
"Loh jalannya di tutup. seperti nya bakal ada acara pernikahan ?" Dewi menghentikan motor Karena jalan singkat yang menuju ke tempat kerja di tutup.
Kembali memutar ke jalan yang besar, itu memakan waktu yang lama. Dewi sudah merasakan rintik hujan.. Sedikit ngebut, melewati jalan persawahan yang sepi Dewi sudah merasakan guyuran hujan.
"Ah.. Sial, Di sana ada pondok kecil" Batin Dewi dia segera menuju ke rumah kecil tempat orang orang yang bekerja di sawah beristirahat.
Hujan semakin deras, membasi tanah dan dedaunan. Bahkan Dewi tidak bisa melihat dengan jelas kendaraan yang melintas di depan gubuk itu. Dewi tidak sempat lagi membawa jas hujan karena kesal dengan kata kata Randi.
Sebuah motor berhenti tepat di depan gubuk itu juga, Dewi tidak melihat siapa orang yang membawa motor. Dewi sedikit gugup karena Dewi tau pengemudi motor itu seorang pria.
Dewi sedikit bergeser menjauh, dia berpura pura sibuk dengan ponselnya. Padahal Dewi tau. Di luar sana ada petir.
"Sebaiknya kamu simpan ponsel kamu Wi, di luar sedang petir" Dewi merasakan jantungnya berhenti berdetak. Ia berusaha menggerakkan kepalanya ingin melihat dan memastikan pemilik suara itu. Ia berharap bahwa ia salah mendengar namun lehernya terasa kaku.
"Ra...Rama.........!!"
.
.
.
.
Bersambung......
Udah up lagi ya readers. Selamat membaca. Semoga suka dan jangan lupa tinggalkan jejak ya readers kesayangan aku ☺️☺️
sudahlah miskin belagu pulak tuh