NovelToon NovelToon
Umbral

Umbral

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Rudi Setyawan

Davin menemukan catatan rahasia ayahnya, Dr. Adrian Hermawan, di attic yang merupakan "museum pribadi' Adrian. Dia bukan tak sengaja menemukan buku itu. Namun dia "dituntun" untuk menguak rahasia Umbral.
Pada halaman terakhir, di bagian bawah, ada semacam catatan kaki Adrian. Peringatan keras.
“Aku telah menemukan faktanya. Umbral memang eksis. Tapi dia tetap harus terkurung di dimensinya. Tak boleh diusik oleh siapa pun. Atau kiamat datang lebih awal di muka bumi ini.”
Davin merinding.
Dia tidak tahu bagaimana cara membuka portal Umbral. Ketika entitas nonmanusia itu keluar dari portalnya, bencana pun tak terhindarkan. Umbral menciptakan halusinasi (distorsi persepsi akut) terhadap para korbannya.
Mampukah Adrian dan Davin mengembalikan Umbral ke dimensinya—atau bahkan menghancurkan entitas tersebut?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rudi Setyawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33 — Simbol Pelindung Diri

SELAMA beberapa saat ruang santai keluarga diselimuti keheningan. Tanpa perlu dijelaskan, getaran yang terjadi pada ponsel Davin bukan karena notifikasi yang normal—persis seperti pesan yang secara misterius lenyap dari WA-nya. Tapi Umbral seakan hendak memberi isyarat bahwa dia tahu di mana posisi mereka.

“Dia kayak ingin bermain-main sama lo, Prof,” gumam Rayan. “Apa ini… saatnya kita harus takut? Atau mulai lari?”

Mereka saling bertukar pandang. Kalau mereka lari—memang mereka bisa bersembunyi di mana?

“Aku rasa Umbral nggak akan nongol di sini,” ujar Tari, tapi kali ini tidak dengan nada tenang seperti biasanya. “Aku nggak ngerasa apa-apa. Suara-suara yang terdengar di telingaku tadi juga sudah nggak ada lagi. Dan suhu di sini juga masih normal. Lagian, kalau dia bisa nongol seenaknya di sembarang tempat, dia nggak mungkin hanya terus mendekam di kolam renang.”

Davin mengangguk agak gugup. “Kita nggak perlu mendramatisir situasi ini jadi paranoia. Dan kita nggak perlu takut.”

“Nggak perlu takut gimana maksud kamu?” potong Sasha dengan nada kesal. “Dari tadi aku bahkan terus-terusan merinding!”

“Maksudku, kita semua tahu tanda-tanda munculnya Umbral,” sahut Davin sambil berusaha menjaga sikapnya tak terlihat salting. “Kecuali itu, dia ada di dimensi lain. Dari catatan Papa, ada beberapa elemen yang harus bekerja secara simultan untuk membuka portalnya.”

“Elemen apaan lagi, Prof? Lo nggak ada ngomong tentang itu sebelumnya.”

“Bro, gue bukan anak jenius. Gue harus mempelajari catatan Papa satu per satu. Secara detail. Banyak hal yang sudah gue pahami. Tapi belum semua. Kemarin Tari nanya apa mungkin Umbral sudah ada di luar portalnya. Dan jujur, sampai saat ini gue belum punya jawabannya.”

“Oke, gue ngerti,” ujar Rayan sambil bangkit dari duduknya. “Biar gue cek dulu semua ruangan, siapa tahu dia udah ngumpet di rumah gue?”

--

--

Davin menepuk jidatnya sendiri ketika melihat Rayan bergerak cepat ke garasi. Tapi dia terpaksa ikut membantu sahabatnya untuk memeriksa dapur dan tanah sempit di belakang rumah. Tiga kamar di lantai dua juga diperiksa Rayan satu per satu. Mereka tak menemukan apa-apa—karena Umbral memang mustahil muncul di suatu tempat tanpa menimbulkan destruksi yang fatal.

Davin dan Rayan kembali duduk di tempat mereka semula. Sasha dan Tari menatap Rayan dengan alis terangkat. Tapi Rayan hanya menyeringai kecil pada mereka.

“Oke, sampai di mana kita tadi?” ujarnya ringan—seolah tak terjadi apa-apa.

Davin menoleh pada Tari. Dia terlalu sedikit memahami tentang simbol-simbol di buku catatan rahasia ayahnya. Dia tahu bahwa Umbral bukan hanya terbentuk dari energi liar dan gelombang suara. Tapi entitas nonfisik itu juga memiliki kekuatan gaib. Buktinya ayahnya sendiri menggunakan perlindungan diri secara spiritual ketika menghadapi Umbral. Apalagi dia merasa bahwa kegiatan mereka di pabrik gula nanti pasti akan dipenuhi dengan kejadian-kejadian supranatural—dan bahkan mungkin akan terjadi kontak pertama mereka dengan Umbral.

Dia harus—dia wajib—menyiapkan perlindungan diri sebelum berhadapan dengan Umbral. Seperti ayahnya.

“Kita perlu tahu apa saja yang sudah lo temuin dari simbol-simbol di buku catatan Papa,” ujarnya. “Gue pribadi butuh itu sebelum syuting di pabrik gula.”

“Gue perlu penjelasan detail,” lanjut Rayan, “biar gue yakin.”

“Kamu jangan kelewat serius, Ray” gumam Tari setengah bercanda. “Sikap kamu kayak gitu beneran bikin aku gugup.”

Mereka tertawa. Meskipun tak terdengar lepas, namun ketegangan di ruang santai keluarga sedikit mencair.

Tanpa perlu disuruh Davin mengoneksikan laptopnya ke layar kaca raksasa. Di layar, lembaran buku catatan rahasia ayahnya terlihat jelas.

Tari mengeluarkan setumpuk kertas fotokopian dari tas kainnya. Hampir semua lembaran kertas penuh dengan coretan dengan tinta merah dan sapuan stabilo warna-warni—menandakan bahwa semua simbol sudah ditelitinya dengan cermat.

Sekilas dia tampak seperti dosen remaja yang sedang menyiapkan materi kuliah untuk tiga “mahasiswa awam”-nya. Mereka menunggu hasil penelitiannya dengan sabar. Bahkan Rayan yang biasanya tak bisa diam sekarang tampak seperti pendengar yang baik.

Tari mengklik sebuah file. Di layar, terpampang sebuah simbol berbentuk lingkaran dengan beberapa garis seperti gelombang dan sebuah titik mencolok di tengahnya. Mereka langsung mengenali simbol itu. Gambar aneh di lantai beton kolam renang itu tertanam kuat di kepala mereka.

“Di beberapa buku yang pernah aku baca, aku sering lihat simbol dengan pola lingkaran seperti ini,” ujar Tari tenang. “Dalam banyak tradisi mistik, lingkaran adalah batas antara realitas fisik dan dunia spiritual. Dia melambangkan perlindungan, ruang ritual, atau medan energi yang menahan sesuatu agar tidak lepas. Sering juga disebut sebagai pagar gaib.”

“Lalu garis-garis kayak gelombang frekuensi itu apa?” tanya Rayan dengan rasa ingin tahu.

“Garis-garis itu bukan sembarang goresan,” sahut Tari sambil menengok sebentar ke coretan-coretannya di lembar kertas fotokopi. “Coba perhatiin—setiap garis punya pola yang beda. Mereka mengikuti pola ritme tertentu, mirip gelombang—kayak energi mengalir di sepanjang jalur itu. Dan titik di tengahnya merupakan sumber energi utamanya. Mungkin ada aliran kekuatan yang beresonansi di simbol itu. Bisa jadi Umbral menarik energi gaib dari titik inti—mungkin untuk menjaga kestabilan energi, atau bahkan untuk menembus dimensi lain.”

“Maksud lo, simbol yang ada di kolam itu bikinan Umbral?” tanya Rayan lagi.

Tari mengangguk tenang. “Ya, aku yakin dia yang bikin itu.”

“Tapi gimana dia bisa—?” Rayan tak melanjutkan kalimatnya. Dia teringat lagi pada sosok lelaki baya di kolam utama itu. “Wow, jadi dia bukan cuma bisa bikin halu pada manusia? Tapi entitas astral lain juga dia kuasain?”

“Aku nggak bisa jawab itu. Aku bukan ahli Umbral.” Tari nyengir samar sambil membuka dua file lain. “Aku yakin kedua simbol ini dibikin Prof A. Keduanya untuk melindungi diri dari entitas nonfisik itu.”

Rayan memandangi layar dengan kening berkerut. “Lo tahu kenapa Umbral takut sama simbol kayak grafiti ngaco itu?”

Tari tertawa kecil. “Kenapa kamu nanyain ke aku? Tanyain sono sama Umbral,” ujarnya ringan, lalu menatap lagi simbol di layar. “Tapi aku tahu simbol ini memang untuk menangkal energi gelap yang datang dari luar—dan Prof A pasti punya alasan tertentu bikin simbol ini di buku catatannya. Bisa jadi beliau makai simbol ini ketika ngelakuin eksperimennya. Aku bahkan hampir-hampir yakin.”

Sasha menarik napas panjang. “Aku sebetulnya nggak mau nanyain hal ini ke kamu, Ri. Tapi aku beneran ingin tahu. Aku yakin kamu pasti pakai sesuatu. Kamu nggak takut berurusan sama dunia horor. Dan simbol-simbol ini kan baru muncul malam ini. Tapi kemarin-kemarin, gimana cara kamu melindungi diri?”

Tari tersenyum kecil pada Sasha. “Aku pakai semua yang aku yakini. Doa, mantra tradisional, benda-benda sakral—semua. Ada hal yang nggak dipahamin kebanyakan orang. Jin—atau terserah kamu nyebutin apa—diciptakan dengan kekuatan sihir—manusia nggak.”

Sasha terus menatapnya—masih penasaran. “Hmm, nanti kamu juga pakai simbol itu?”

Tari menoleh ke arah simbol-simbol aneh yang terhampar di meja kaca, lalu kembali ke Sasha. “Mungkin. Tapi mungkin juga nggak. Kita nggak pergi ke pabrik gula malam ini, kan? Aku masih ada waktu dua hari untuk mempelajari simbol-simbol ini. Kalau aku benar-benar ngerti makna dan kegunaannya, aku pasti akan memakainya.”

Sasha mengangguk pelan, sambil menatap simbol-simbol itu. “Kalau doa, tentu saja aku ngerti. Aku juga selalu berdoa. Tapi kamu tadi bilang benda sakral, benda apa maksudnya? Kayak jimat gitu?”

Tari kembali tertawa kecil. “Bukan. Aku nggak punya mainan jimat. Maksudku, benda-benda yang diminta dari alam sebelah. Tapi benda itu lebih kayak warisan turun-temurun.”

Sasha mendesah lega. “Kirain kamu pakai kayak… keris kecil atau kalung dengan taring macan.”

“Apaan sih,” Tari menahan tawa. “Aku anak sekolahan kayak kamu—bukan dukun desa.”

“Tapi kadang tingkah kamu lebih aneh dari dukun desa.”

“Memangnya kamu pernah ketemu dukun desa?”

“Belum, sih.”

Mereka berdua tertawa. Davin dan Rayan saling bertukar pandang lagi. Tapi setidaknya, Sasha dan Tari masih bisa menertawakan rasa tegang mereka. Ketimbang mereka menangis, lebih repot mengurusnya.

“Intinya, aku masih butuh waktu untuk ngerti kegunaan simbol-simbol ini,” ujar Tari kembali serius. “Tapi aku yakin simbol-simbol ini punya kekuatan. Ini hasil riset seorang ilmuwan—dan semua pasti dimaksudkan untuk menangkal energi gelap Umbral. Masalahnya, aku belum tahu simbol mana yang punya energi penangkal paling kuat. Aku harus menelitinya satu per satu. Nanti aku juga akan tanyain sama guru spiritualku.”

Sasha mengangkat alisnya. “Kamu punya guru spiritual?”

“Ya, kaget? Dulu, aku selalu sowan ke Eyang. Tapi setelah beliau sudah nggak ada, aku sekarang hanya bisa sowan ke guru spiritualku.”

Sasha berdiri dari sofa. “Kamu tadi naik apa, Ri?”

“Taksi online.”

“Aku mau cabut. Cukup sudah kepalaku dijejalin hal-hal gaib malam ini. Kalau kamu mau pulang sekarang, biar aku anterin.”

“Siap.” Tari menatap Davin dan Rayan sebentar. “Aku mau cabut dulu.”

“Oke,” ujar Davin singkat.

“Prof,” tegur Rayan dengan nada serius.

“What?”

“Anterin dong Sasha ke depan. Gentleman dikitlah sama gebetan lo.”

“Nggak usah, Dev,” desis Sasha setengah menggerutu. Sejenak dia menatap Rayan dengan tajam, lalu menoleh lagi pada Davin. “Aku bisa keluar sendiri. Dan cuekin aja dia. Dia cuma jealous.”

Dia lalu beranjak dari ruang santai keluarga bersama Tari.

“Dia bilang gue cuma jealous,” gerutu Rayan dengan nada sebal. “Kalau nggak ada gue, dia nggak bakal ketemu lo, Prof.”

“I heard that!” seru Sasha dari ruang depan.

“Ups,” cetus Rayan sambil menutup mulut pura-pura kaget.

Dua detik kemudian terdengar pintu dibanting setengah keras.

“Apes lo, Prof,” ujar Rayan puas. “Kalau lo nekat bikin dia marah, gue nggak heran asbak melayang ke jidat lo!”

--

--

Sasha melarikan mobilnya dengan tenang di jalan yang cukup padat. Lampu-lampu jalan memercikkan cahaya kuning yang hangat di aspal. Sesekali motor menyalip dengan sigap di sela mobil.

“Sebelum aku datang tadi, kalian ngomong apa?” tanya Sasha tanpa basa-basi. “Tentang aku, kan?”

Tari nyengir lebar. “Ya, obrolan tentang triangle love kamu, Davin dan Rayan masih seru.”

Sasha tertawa hambar. “Triangle love apaan? Kisah romantisnya malahan nggak ada sampai sekarang.”

“Mungkin karena sikap kamu masih ambigu.”

“Ambigu gimana? Ngaco, ah. Masak aku langsung main comot pada saat masih test drive?”

Tari tertawa. “Dari awal aku coba ngerti sikap kamu,” ujarnya. “Tapi tetap nggak bisa. Tadinya aku pikir kamu cuma ingin bikin Rayan cemburu. Tapi kamu justru kayak makin lengket sama Davin.”

Sasha mendengus pelan. “Hmm, kalau kamu jadi aku, kamu pilih siapa?”

“Kalau aku jadi kamu, aku embat keduanya.”

“Serius, dong.”

“Sori.” Tari nyengir minta maaf. “Oke, aku serius sekarang. Aku mungkin pilih Davin.”

“Kenapa?”

“Alasan pribadiku? Atau alasanku kalau aku jadi kamu?”

Sasha sedikit melotot. Tari tertawa lebar.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!