PILIHAN HATI HASYA

Hasya memasuki lobby kantor,sejak ia melihat suaminya Minggu lalu di kantor dan baru tau bahwa ternyata suaminya adalah CEO tempat ia magang,Hasya tak pernah lagi melihat suaminya hingga hari ini.

Ezar tak pulang ke villa,tak juga memberikan kabar pada bi jum, apalagi padanya,ia bahkan tak memiliki nomor ponsel suaminya itu, semakin hari Hasya semakin merasa bingung harus bagaimana bersikap jika ia bertemu dengan suaminya dan bagaimana ia harus mengaggap pernikahan mereka.

" Pagi-pagi udah melamun, mikirin apa sih? malam mingguan nya gagal ya?" seorang senior desainer menggoda Hasya saat mereka sama-sama berdiri di depan lift, menunggu benda persegi itu terbuka.

Hasya tersenyum melihat siapa yang menyapa nya dan menggoda nya pagi-pagi begini.

"Mbak Bella ada aja,mana ada waktu mbak untuk aku malam mingguan, mending istirahat di rumah atau jaga ibu di rumah sakit" Hasya menjawab seraya memasuki lift.

Nadira yang baru tiba langsung berlari ikut memasuki lift dengan nafas yang memburu, karena ia berlari sejak dari parkiran mobil nya,ia melihat punggung Hasya yang baru masuk lobby.

" Ngapain sih lari-larian gitu? Kayak anak kecil aja" Hasya menegur sang sahabat yang tengah bersandar pada dinding lift, memejamkan matanya seraya menghembuskan nafas berat.

" Kamu sih di panggil-panggil ga dengar" omel Nadira pada Hasya.

" Dia pagi-pagi udah melamun Nad" ledek wanita yang Hasya panggil Bella tadi.

" Mana ada melamun,cuma lagi mikir keadaan ibu aja, rasanya kasihan tidur di rumah sakit terus" Hasya memang tak sepenuhnya berbohong,tapi bukan itu saja yang menyita pikiran nya.

" Oh..kirain mikirin si babang CEO ganteng " Nadira sengaja meledek hasya,namun ia tak membuka identitas Hasya yang sudah menikah, terlebih suami Hasya adalah bos perusahaan itu.

" Paan sih, nyebelin banget" omel Hasya yang tak terima di ledek Nadira.

" Oh jadi pacar kamu CEO Sha? Padahal loh aku berfikir kalau kamu itu cocok dengan CEO kita" Bella dengan terang-terangan mengatakan apa yang ia pikirkan.

"Mbak.. Bella,jangan asal bicara deh,bisa kena tegur nanti kita kalua CEO atau asisten nya mendengar ucapan mbak"

" Dan satu lagi,aku kasih satu rahasia ke mbak,jangan pernah percaya pada Dira , karena dia itu suka mengganggu ku" tambah Hasya sengaja meledek Nadira.

" Enak aja kamu jelekin aku,jangan percaya mbak,aku tu malah selalu bicara faktanya " Nadira buru-buru membela diri nya.

Wanita yang mereka panggil mbak Billa itu tertawa kecil mendengar perdebatan mahasiswi magang nya itu,ia selalu terhibur dengan keberadaan Hasya dan Nadira, persahabatan mereka lucu namun terlihat jelas sangat saling menyayangi dan setia

" Pokoknya aku ga mau ikutan terlibat kalau sampai CEO galak kita itu ngira aku berniat godain dia" tutur Hasya.

" Kalau menurut aku sih,ga perlu kamu goda juga pak bos susah tergoda kalau kalian bertemu " nah tu kan Nadira benar-benar usil sampai akhir.

" Kamu tenang aja Sya CEO tampan kita itu jarang banget datang ke perusahaan ini, padahal ini pusat dari cabang perusahaan nya yang lain, tapi dia lebih sering berada di luar negeri "

Lift berhenti saat tiba di lantai tujuan mereka,tiga wanita cantik itu keluar, meninggalkan beberapa orang lagi yang akan menuju lantai selanjutnya, mereka mendengar perdebatan kecil antara Hasya dan Nadira,serta Billa,namun mereka hanya diam, walaupun sebagian dari mereka ada yang menatap tak suka pada Hasya.

Tak ada yang menduga,bahwa Reza selalu menempatkan seseorang untuk terus mengawasi dan menjaga Hasya,walau tanpa perintah sang bos,Reza tetap ingin melindungi nona muda nya.

Reza tau dalam hati paling dalam, Ezar sudah tertarik pada Hasya, bahkan mungkin jatuh cinta,tapi dendam dan ego mengalahkan logika nya,dan Reza tak ingin melihat kehancuran Ezar untuk kedua kalinya karena kehilangan seseorang,cukup sekali saat bos mudanya itu kehilangan kakak laki-laki tersayang nya.

Reza sudah bekerja lumayan lama pada keluarga Calief,ia pernah menjadi asisten kakak laki-laki Ezar dan menjadi orang kepercayaan keluarga Ezar,Reza memang di percaya mengawasi perusahaan warisan milik ibunya Ezar itu.

Seperti biasa, setelah selesai melakukan briefing pagi di departemen masing-masing, mereka akan langsung memulai kesibukan masing-masing, mengerjakan tugas dan tanggungjawab masing-masing.

Begitupun dengan para mahasiswa magang,tak ada bedanya dengan mereka yang juga diberikan tanggung jawab, walaupun semuanya di balik pengawasan masing-masing konsulen,atau pembimbing.

Hasya baru akan mendudukkan dirinya di meja kerjanya, Bella datang menghampirinya dan mengatakan bahwa ia di panggil ke ruangan bos.

" Sha,kamu di panggil bos,diminta ke ruangan nya sekarang juga" Hasya yang baru akan menyalakan laptop nya,ia batalkan, ekspresinya menatap curiga pada seniornya itu, mengingat tadi mereka baru saja saling meledek saat bersama di lift.

" Hah?" ekspresi wajah Hasya terlihat terkejut namun bercampur heran dan penuh pertanyaan.

" Ia tu sekretaris CEO yang datang langsung dan bilang di suruh panggil mahasiswa magang yang bernama Hasya Nur Shafiyyah,kamu kan? ga ada Hasya yang lain juga, lagian yang di departemen ini juga kamu sama nadira"

" Tapi mbak" Hasya rasanya sangat ingin menghindari Ezar terlebih saat di kantor seperti ini dan lagi ia masih bingung bagaimana cara bersikap pada suaminya itu.

" Udah Sya.. buruan,kangen mungkin, makanya di kasih morning kiss yang cukup di rumah,biar ga nyariin lagi di kantor" Nadira berucap lirih di sebelah Hasya,namun Billa masih bisa mendengar.

" Ia sya..kalau kamu bisa luluh kan hati pak bos, jangan lupa promosi kan jabatan mbak juga ya,dan terima Nadira kerja di sini setelah wisuda" Billa ikutan menggoda.

Pusing mendengar ocehan duo usil itu, akhirnya Hasya bangkit dari duduknya" mana sekretaris nya?" tanya Hasya pada Billa.

" Tu.. yang pake blazer hitam dan rok selutut hitam" Billa menunjuk ke arah seorang wanita yang berpenampilan cukup menarik dan elegan,khas penampilan para sekretaris bos-bos pebisnis.

" Awas ya kalau ngerjain,ku hajar" ancam Hasya pada Billa dan Nadira sebelum ia benar-benar meninggalkan duo usil itu dan melangkah mendekati wanita yang Billa katakan adalah sekretaris CEO.

" Permisi..maaf mbak cari saya ? ada yang bisa di bantu" dengan sopan Hasya menyapa wanita yang terlihat sedikit gelisah menunggu.

" Anda nona Hasya? CEO meminta nona ke ruangan nya" sambut wanita cantik itu.

Hasya mengagguk" Oh baiklah" tak ingin membantah,Hasya menurut.

" Mari nona silahkan " wanita anggun itu mempersilahkan Hasya berjalan di depan nya, memperlakukan Hasya dengan begitu sopan.

" Kira-kita ada apa saya di panggil,apakah mbak tau alasannya?" Hasya mencoba bertanya,siapa tau sekretaris suaminya itu banyak tau tentang pria tampan itu.

" Maaf nona saya tidak tau" jawab wanita yang memiliki nama Viola.