"Jadilah istri Tuan Roger agar hutang paman menjadi lunas!"
Nazura tidak mampu menolak perintah sang paman untuk menikah dengan orang yang bahkan sama sekali belum pernah ia temui. Namun, meskipun berat tetap ia lakukan untuk membalas jasa sang paman yang sudah membesarkan.
Setelah pernikahan itu terjadi, ternyata kehidupan Nazura tidaklah lebih baik. Justru kesabarannya terus diuji.
Lantas, bagaimana kisah Nazura selanjutnya? Akankah gadis itu menemukan kebahagiaan?
Simak Kisahnya di sini.
Jangan lupa dukung karena dukungan kalian sangat berarti ☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GPH 14
Ketika sudah sampai di apartemen, jantung Nazura terasa berdegup kencang. Ia takut akan terkena amarah Roger karena tidak menerima panggilan lelaki itu. Beberapa kali Nazura harus menghirup napas dalam ketika hendak membuka pintu. Setelah dirasa hatinya merasa sedikit tenang, barulah Nazura memberanikan diri untuk masuk.
Ruangan di apartemen itu masih gelap dan Nazura merasa yakin kalau Roger pasti belum pulang. Setidaknya hal itu membuat hatinya sedikit lebih lega. Namun, ternyata tidak seperti itu. Ketika Nazura menghidupkan lampu, ia dibuat terkejut dengan keberadaan Roger yang sedang duduk di sofa. Tangan lelaki itu bersidekap erat dan tatapannya begitu tajam hingga membuat Nazura seketika menunduk dalam.
"Kamu baru pulang?" tanya Roger. Suaranya cukup tinggi. Nazura tidak menjawab, hanya mengangguk cepat sebagai jawaban. "Ke mana saja kamu? Kenapa teleponku sama sekali tidak diangkat?
"Saya habis dari rumah paman, Tuan. Karena ada urusan penting," jawab Nazura gugup.
"Kenapa kamu ke sana? Bukankah sudah kubilang kalau setelah kita menikah, aku tidak mengizinkan kamu ke rumah itu lagi?" Roger terlihat begitu kesal hingga membuat Nazura tidak berani menatap lelaki itu sama sekali. "Sepertinya aku harus memberi hukuman untukmu."
Nazura hanya diam dan menurut ketika Roger sudah menarik tangannya dan masuk ke kamar mereka. Roger merebahkan tubuh Nazura dan langsung menindihnya. Lelaki itu tidak peduli meskipun Nazura sudah memintanya untuk menyingkir.
"Aku ingin kita bercinta sebagai hukumanmu." Roger tersenyum licik, sedangkan Nazura hanya bisa menelan ludah kasar.
Percintaan panas yang sangat Nazura hindari pada akhirnya terjadi juga. Nazura pun tidak bisa menolak karena bagaimanapun ia sadar kalau itu sudah menjadi kewajibannya. Setidaknya, Nazura sudah menyerahkan kesuciannya kepada lelaki yang telah sah menjadi suaminya.
Setelah percintaan panas itu selesai, kedua orang itu pun langsung terlelap. Nazura merasakan lelah dan seluruh tubuhnya terasa sakit karena ini merupakan pengalaman pertamanya.
***
"Ya Tuhan, sakit sekali," gumam Nazura ketika bangun tidur merasakan nyeri di pangkal paha.
"Tidurlah dulu. Nanti juga kamu akan terbiasa." Roger berbicara tanpa membuka mata. "Memangnya kamu mau ke mana sepagi ini?"
"Saya harus berkerja, Tuan." Nazura pun turun dari ranjang meskipun harus merasakan nyeri. Namun, ketika baru berjalan dua langkah, Nazura terkejut saat Roger tiba-tiba membopongnya dan membawa ke kamar mandi.
Dua orang itu pun akhirnya mandi bersamaan. Setelahnya, mereka bersiap dan Roger lagi-lagi mengantar Nazura sampai ke toko meskipun wanita itu sudah menolaknya.
Kedatangan Nazura disambut kehebohan sahabatnya yang merasa senang ketika bisa melihat wajah tampan Roger meskipun pria itu sudah menjadi suami sahabatnya.
"Na, enak banget ya kamu sekarang, bisa memandang wajah pria setampan Tuan Roger setiap hari," ucap Devi. Merasa iri. Nazura hanya diam dan tersenyum simpul tanpa menjawab apa-pun.
Ia lebih memilih untuk berkutat dengan pekerjaan daripada meladeni mulut sahabatnya yang terus mengoceh. Memuja ketampanan Roger. Padahal menurut Nazura tidak seluar biasa seperti yang digembor-gemborkan Devi.
Ketika sedang sibuk menata sepatu, Nazura terdiam sesaat ketika melihat wanita paruh baya yang waktu itu bertabrakan dengannya. Mengingat pesan dari Roger kala itu, Nazura pun memilih menghindar dan membiarkan Devi yang melayani. Namun, langkahnya justru harus terhenti ketika wanita paruh baya tadi sudah memanggilnya.
"Aku harus berbicara denganmu," ujarnya ketus.
"Apa yang akan Anda bicarakan, Nyonya? Saya sedang bekerja." Nazura menolak halus karena perasaannya mendadak tidak nyaman. Apalagi ketika melihat sorot wanita itu yang menunjukkan ketidak-sukaan.
"Kamu tenang saja. Aku akan mengganti rugi waktumu nanti kepada pemilik toko ini. Lebih baik kamu sekarang ikut aku," perintahnya.
Nazura pun tidak berani melawan dan memilih mengikuti wanita itu. Bahkan, ketika Devi bertanya pun, Nazura hanya bisa mengendikkan bahu karena ia memang benar-benar tidak tahu akan diajak ke mana.
"Apakah aku boleh tahu apa hubunganmu dengan Roger?" tanya wanita itu ketika mereka telah duduk berdua di sebuah restoran.
"Memangnya kenapa, Nyonya?" tanya Nazura balik merasa khawatir.
"Jangan menjawab pertanyaan dengan pertanyaan!" hardiknya. Membuat Nazura seketika menutup rapat mulutnya. "Asal kamu tahu kalau aku ini Rosa, mamanya Roger."
Nazura mendongak. Menatap wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu dengan sangat lekat. "A-Anda—"
"Jangan sok kaget seperti itu! Aku muak melihatnya!" omelnya. "Dari informasi pengawal yang kudengar, kamu menikah dengan putraku untuk melunasi hutang? Apakah itu benar?"
Nazura tidak langsung menjawab karena ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia merasa bimbang dan cemas.
"Kenapa kamu diam? Katakan padaku berapa hutang yang harus dibayar? Biar aku bantu melunasinya karena aku tidak mau putraku menikah dengan wanita sembarangan. Ia harus menikah dengan wanita yang jelas bibit, bebet, bobotnya. Bukan seperti kamu ini!"
Nazura makin menunduk dalam. Jemarinya saling merem*s ketika merasakan nyeri di hati. Ucapan wanita itu benar-benar membuat hatinya merasa terluka.
"Dan satu hal lagi yang harus kamu tahu. Kalau Roger sudah memiliki tunangan sejak kecil dan tunangannya baru saja pulang dari luar negeri!"
suka nih peran cewe begini