Lareyna adalah istri yang semena-mena pada suaminya karena selama ini dia mengira suaminya menikahinya hanya karena bisnis.
Sebuah kesalahpahaman terjadi antara mereka hingga hubungan mereka semakin jauh padahal sudah berlangsung selama tiga tahun.
Hingga sebuah insiden terjadi, Ayden menyelamatkannya dan menukar nyawanya demi keselamatan Lareyna. Di ujung kebersamaan mereka Lareyna baru tahu kalau Ayden selama ini mencintainya.
Dia menyesal karena sudah mengabaikan Ayden, andai ada kesempatan kedua dia ingin memperbaiki semuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vicka Villya Ramadhani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gagal merajuk
Ayden menatap bergantian dua gadis di hadapannya, Lareyna dan Misca. Dia bingung harus mendengarkan siapa, Misca sedang menangis dengan laporan dianiaya oleh Lareyna sedangkan Lareyna sendiri tidak membela dirinya melainkan datang untuk membicarakan keinginannya yang ingin diajari menyetir.
"Kak, Nyonya Emma nggak pernah mengajarkan kita untuk berbohong. Lareyna merusak ponselku, dia menamparku dan menjambak rambutku," ucap Misca lagi, dia sesenggukan.
Lareyna menoleh lalu dia merotasikan bola matanya. "Ayden, aku ingin belajar menyetir. Ayo ajarkan aku sekarang."
Ayden menekan tulang hidungnya. Akhir-akhir ini Misca seperti sering menemuinya di kantor, biasanya dia hanya menelepon saja jika membutuhkan sesuatu atau ada masalah di panti. Mungkin karena dia menjanjikan akan membantu Misca magang di perusahaan ini.
Sekarang Lareyna, dia bahkan tidak mau membela diri atau mengiyakan tuduhan Misca. Ayden menatapnya dengan penuh selidik sedangkan Lareyna justru mengedipkan sebelah matanya.
Astaga ... Ayden hampir terbahak jika dia tidak sedang memikirkan keadilan untuk Misca.
"Reyna, benar kamu melakukan itu pada Misca?"
"Benar, dia nggak bohong. Aku melempar ponselnya, lalu aku menarik rambutnya dan menamparnya. Apa yang tadi masih kurang, Misca? Mau aku tambahkan lagi?"
Ayden melotot. Dia berharap Misca tidak berkata yang sebenarnya tetapi Lareyna dengan tenang justru mengakuinya.
"Lareyna Thompson!"
"Ayden ... Lareyna Graham, aku Lareyna Graham. Apa suamiku lupa?"
Pipi Ayden mendadak merona, dia menggulum senyuman.
'Ouh, betapa manisnya dia,' ucap Lareyna dalam hati.
Ayden berdeham. "Baik Lareyna Graham, mengapa kamu melakukan itu pada Misca?"
Lareyna mengangkat bahunya. Dia kemudian berkata, "Sederhana saja, beberapa waktu yang lalu dia datang dan melaporkan padamu jika aku menamparnya, aku melakukan tindak kekerasan padanya padahal aku nggak melakukan apapun. Nah, makanya aku realisasikan."
Ayden terbengang begitu pula dengan Misca. Jawaban Lareyna ini benar-benar mengejutkan. Ayden pikir ada alasan lainnya ternyata ...
"Kak, dia mengakuinya bukan? Lakukan sesuatu Kak, bukan berarti dia adalah istrimu lantas kamu membiarkannya," desak Misca.
Lareyna tertawa. "Kamu meminta suamiku untuk menghukumku? Lakukan saja. Laporkan aku pada polisi sekarang, Ayden. Kamu selalu percaya padanya dibandingkan mendengarkan aku. Oke, aku tahu kamu nggak sepenuhnya mencintaiku, kamu nggak sepenuhnya percaya padaku. Maka menikah saja dengannya, aku pergi!"
Lareyna pergi begitu saja tanpa sempat Ayden menahannya. Misca menyembunyikan senyuman kemenangan, dia yakin sekali setelah ini Ayden dan Lareyna akan bertengkar lalu mereka berpisah.
Ayden menghela napas, dia menatap Misca dengan tajam lalu dia berkata, "Ini terakhir kali kamu mengganggu Lareyna. Aku nggak menegurmu karena aku pikir kamu akan menyadari sendiri kesalahanmu. Aku tahu apa yang terjadi tanpa Lareyna mengatakannya padaku. Jika kamu masih memiliki muka maka jangan menganggu Lareyna lalu memfitnahnya."
Misca tercengang, dia tidak menyangka Ayden mengetahui kebenarannya.
Ayden berkata lagi, "Mengenai ponselmu yang rusak, aku akan menggantinya. Gunakan dengan baik, jangan sembarang mengabadikan foto atau video yang akan dijadikan alibi untuk memfitnah Lareyna. Ingat Misca, aku bisa saja bertindak lebih tegas padamu. Nyonya Emma akan merasa sangat malu jika tahu kelakuanmu itu."
Tidak bisa berkata apa-apa, Misca tertunduk. Pikirnya dia berhasil memanipulasi Ayden, rupanya langkah Ayden jauh melebihi dan meninggalkannya.
"Kak, aku ...."
"Pergilah Misca. Ini terakhir kali aku melihatmu berkunjung ke kantor ini tanpa kepentingan yang mendesak."
Wajah Misca terangkat, dia semakin tidak menyangka selain mengusirnya, Ayden juga tidak mengizinkannya untuk datang lagi. Dia ingin bertahan tetapi dia benar-benar dibuat terkejut dengan tatapan Ayden yang begitu tajam padanya, dia tidak pernah melihat hal ini sebelumnya. Dia .... ketakutan!
Dengan sedikit membungkukkan badannya, Misca lalu pergi tanpa mengatakan apapun. Begitu berada di luar ruangan, wajahnya berubah menjadi begitu suram.
'Kak, kamu itu milikku, aku akan membuatmu menjadi milikku!'
—00—
Di kediaman pasangan suami istri yang baru beberapa hari menikah itu, tampak Lareyna sedang mondar-mandir di ruang tengah. Sesekali dia mendekati jendela, mengintip apakah ada tanda-tanda seseorang yang akan datang.
"Astaga ... mengapa Ayden nggak mengejarku?"
Layla meletakkan segelas jus alpukat di atas meja. Melihat Lareyna yang seperti orang kebingungan itu dia pun bertanya, "Nona, kamu sedang menunggu siapa?"
Bibir Lareyna mengerucut, dia duduk di sofa dengan menjatuhkan tubuhnya sedikit kasar lalu mengambil gelas berisi jus itu.
"Bibi, aku sedang kesal pada Ayden. Jika dia menghubungi Bibi katakan saja aku nggak ada di rumah dan aku akan pergi bersama Margaretha!"
Dahi Layla mengernyit tetapi dia akhirnya tahu jika Lareyna sedang berselisih dengan Ayden. Dia pun berkata, "Nona sedang bermasalah dengan Tuan?"
Lareyna meletakkan kembali gelas jus itu lalu dia menyilangkan tangannya di atas dada. "Dia nggak peka, Bi. Dia nggak mengerti! Aku kesal padanya, aku nggak mau bertemu dia. Aku akan pergi ke rumah Margaretha atau pulang ke rumah Ayah."
Ah, Layla bisa melihat ada yang tidak sinkron antara ucapan dengan bahasa tubuh.
Di detik berikutnya mereka mendengar deru mesin mobil yang memasuki halaman rumah. Lareyna langsung melompat dari duduknya kemudian dia mengintip dari jendela. Matanya melotot, belum ada satu jam dia meninggalkan kantor dan Ayden sudah kembali.
Apakah ingin memarahinya?
Mata Layla terus memperhatikan gerak-gerik Lareyna hingga pintu rumah terbuka. Ayden datang dengan tanpa ekspresi. Layla menyapa dengan hormat sedangkan Lareyna menatap Ayden dengan alis terangkat.
"Bibi, aku harus segera pergi. Margaretha sudah menungguku. Sebentar lagi Pak Cael akan datang menjemput," ucap Lareyna kemudian dia menyambar tasnya.
"Mau ke mana?" tanya Ayden.
"Bukan urusanmu," jawab Lareyna ketus. Dia berjalan melewati Ayden dan berhenti di depan pintu.
Ayden berdeham, dia menekan tulang hidungnya lalu dia berkata lagi, "Tetapi aku pulang untuk mengajarimu menyetir. Katanya kamu ingin diajari menyetir. Apakah nggak jadi?"
Mata Lareyna terbelalak, dia juga memastikan waktu yang seharusnya Ayden pulang sekitar dua atau tiga jam lagi dari kantor tetapi saat ini dia sudah berada di rumah.
'Dia mengejarku?' Lareyna tersenyum tipis.
Gadis bermata hazel itu berbalik menatap Ayden dengan ekspresi kesal. "Aku akan belajar pada Margaretha. Kamu silakan kembali saja."
Ayden berjalan mendekat kemudian dia berkata, "Kita belajar menyetir atau aku kembali ke perusahaan, hm?" Dia sedikit menelengkan kepalanya lalu mengulas senyuman manis yang tak bisa Lareyna hindari.
Lareyna menghentakkan kakinya kesal, lalu dia berkata, "Aku gagal merajuk. Astaga, mengapa kamu begitu tampan, Ayden? Ayo ajari aku menyetir. Aku akan duduk di pangkuanmu. Cepatlah suamiku, gendong aku keluar ...."
Ayden tergelak, baginya Lareyna sangat menggemaskan. Begitu pula dengan Layla, dia hanya bisa tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
dia untuknya bukan untukmu
sadarlah kamu
jangan kau ganggu
biarkan dia bersamanya..🎶
ohhh sungguh kasihannya dirimu Morgan
la la la la
🥰
KELAUT AJA.........!!!!!!!!!!!!!
Wkwkwkwk.....
dasar Cassandra...bawel.....
suasana semakin hidup....😂