NovelToon NovelToon
Gerbang Tanah Basah: Garwo Padmi Dan Bisikan Malam Terlarang

Gerbang Tanah Basah: Garwo Padmi Dan Bisikan Malam Terlarang

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Poligami / Janda / Harem / Ibu Mertua Kejam / Tumbal
Popularitas:34.7k
Nilai: 5
Nama Author: Hayisa Aaroon

Di Era Kolonial, keinginan memiliki keturunan bagi keluarga ningrat bukan lagi sekadar harapan—melainkan tuntutan yang mencekik.
~
Ketika doa-doa tak kunjung dijawab dan pandangan sekitar berubah jadi tekanan tak kasat mata, Raden Ayu Sumi Prawiratama mengambil jalan yang tak seharusnya dibuka: sebuah perjanjian gelap yang menuntut lebih dari sekadar kesuburan.
~

Sementara itu, Martin Van der Spoel, kembali ke sendang setelah bertahun-tahun dibayangi mimpi-mimpi mengerikan, mencoba menggali rahasia keluarga dan dosa-dosa masa lalu yang menunggu untuk dipertanggungjawabkan.

~

Takdir mempertemukan Sumi dan Martin di tengah pergolakan batin masing-masing. Dua jiwa dari dunia berbeda yang tanpa sadar terikat oleh kutukan kuno yang sama.

~

Visual tokoh dan tempat bisa dilihat di ig/fb @hayisaaaroon. Dilarang menjiplak, mengambil sebagian scene ataupun membuatnya dalam bentuk tulisan lain ataupun video tanpa izin penulis. Jika melihat novel ini di

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hayisa Aaroon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Panunggaling Sukmo

Sementara di sisi lain kota, Martin van der Spoel memutuskan untuk meninggalkan pesta begitu melihat Sumi pulang, ia kehilangan minat pada jamuan yang semakin malam semakin riuh itu.

Beberapa orangtua Eropa mulai mengerumuni Martin, memperkenalkan putri-putri mereka dengan antusiasme yang terlalu kentara. 

Bisik-bisik tentang kekayaan keluarga van der Spoel semakin jelas terdengar, bahkan tanpa berusaha disembunyikan. 

Van Reijden sendiri sudah berkali-kali mencoba mengarahkannya pada putri Asisten-Residen dari Semarang—gadis berpipi merah yang tertawa terlalu keras dan selalu menyentuh lengan Martin saat berbicara.

"Maaf, Tuan Van Reijden," Martin akhirnya berkata setelah gelas sampanye keempatnya, "saya rasa saya harus pulang. Kepala saya mulai pusing."

"Tapi pesta baru saja dimulai, Tuan van der Spoel!" protes Van Reijden. "Nona Elisabeth bahkan belum sempat menunjukkan kemampuan pianonya!"

Martin tersenyum tipis, matanya melirik gadis Belanda yang dimaksud—yang kini sedang mempersiapkan diri di sudut ruangan, di depan piano besar. 

"Mungkin lain kali. Saya benar-benar tidak enak badan."

Setengah jam kemudian, kereta kudanya sudah melaju meninggalkan rumah Karesidenan. Martin memijat pelipisnya yang berdenyut. 

Baru sebulan kembali ke Hindia, tubuhnya belum beradaptasi dengan baik. Udara tropis yang panas dan lembap membuatnya terus berkeringat.

Begitu tiba di rumah, Martin segera memerintahkan pelayan menyiapkan air dingin untuk mandi. 

Ia melepaskan pakaiannya dengan tergesa—jas, rompi, kemeja, dan seluruh atribut formal yang terasa mencekik—dan melemparkannya sembarangan ke atas ranjang.

Kamar mandi rumah keluarga van der Spoel adalah salah satu kemewahan modern yang hanya bisa ditemui di rumah-rumah elit. 

Didesain mengikuti gaya Eropa dengan bathub porselen besar, lengkap dengan shower bergaya Inggris.

Martin mencelupkan kakinya ke dalam bathtub berisi air dingin, lalu perlahan merendamkan seluruh tubuhnya. 

Sensasi dingin seketika menyegarkan kulitnya yang kepanasan. Ia menghela napas lega, merasakan ketegangan perlahan meninggalkan ototnya yang lelah.

Berendam dalam air telah menjadi kebiasaan Martin sejak kecil. Tidak seperti kebanyakan orang Eropa yang takut air, Martin justru merasa air memberikannya energi baru. 

Di Leiden, ia sering menghabiskan berjam-jam berendam di bathub apartemennya setelah seharian berkutat dengan buku-buku tebal di perpustakaan.

"Tuan muda perlu sesuatu lagi?" tanya Naryo yang berdiri di ambang pintu dengan handuk bersih di tangan.

"Tidak, terima kasih. Kau bisa istirahat," jawab Martin tanpa membuka mata.

Setelah Naryo pergi, Martin menyandarkan kepala ke tepian bathub yang dingin. Aroma sabun lavender yang dibawanya dari Belanda memenuhi ruangan. 

Kombinasi efek alkohol, kelelahan, dan air yang menenangkan membuat kelopak matanya semakin berat.

Perlahan, Martin terlelap dalam posisi setengah duduk di dalam bathup.

Dan kemudian, mimpi itu datang dengan cepat, membawanya ke tempat yang terasa familiar. 

Pepohonan tinggi yang berdesir ditiup angin, dan suara air yang beriak pelan. Dalam remang-remang malam, ia melihat perempuan berdiri membelakanginya.

Perempuan itu mulai melucuti pakaiannya satu persatu. Pertama selendang yang menutupi bahunya, lalu kebaya yang membungkus tubuh rampingnya. 

Dengan gerakan yang anggun namun sensual, jari-jari lentiknya membuka ikatan kain yang melilit pinggangnya, hingga akhirnya ia berdiri tanpa sehelai pun benang, memamerkan setiap lekuk yang membuat Martin kesulitan menelan ludah.

Pemuda itu terpaku, tak mampu mengalihkan pandangan. Ada daya tarik magis dari sosok itu, sesuatu yang membuatnya tak bisa bergerak maupun berbicara—hanya mengamati dari kejauhan.

Kemudian, bisikan itu muncul—suara pria tua yang berbisik tepat ke telinganya, namun anehnya, lehernya kaku, tak bisa melihat siapa yang ada di belakangnya.

Hee … Martin van der Spoel ....

Sun awe-awe soko kadohan

Sun cekel sukmamu sing lagi lelana

Sun tuntun marang dalan kang wis tinatah

Hee ... sukma lanang sing durung manggih jodho

Iki dina ketemu garising lelakon

Wadon ayu sing sun pilih kanggo sliramu

Sukma loro dadi siji ing banyu kang suci

Hee ... banyu Kedung Wulan, dadi seksi panunggaling sukma

Bulus keramat dadi pangiket janji

Anakmu mengko bakal miyos saka banyu lan lemah

Lemah sing wis nampani getih suci

Hee ... Martin van der Spoel lan Raden Ayu Sumi

Sukmamu wis dadi siji ing alam antara

Ragamu durung gathuk nanging wis kapasthi

Wijine wis tumiba ing papan kang bener

 Sun putus aji panunggal sukma

Sak lir kumandhanging angin

Sak geter lemah teles

Sak langgeng jagad gumelar

Hai ... Martin van der Spoel

Aku memanggil dari kejauhan

Aku pegang sukmamu yang sedang mengembara

Aku tuntun ke jalan yang sudah ditakdirkan

Hai ... sukma lelaki yang belum menemukan jodoh

Hari ini bertemu dengan garis takdirmu

Perempuan cantik yang kupilih untukmu

Dua sukma menjadi satu dalam air yang suci

Hai ... air Kedung Wulan, jadi saksi penyatuan sukma

Bulus keramat menjadi pengikat janji

Anakmu kelak akan lahir dari air dan tanah

Tanah yang sudah menerima darah suci

Hai ... Martin van der Spoel dan Raden Ayu Sumi

Sukmamu sudah menjadi satu di alam antara

Ragamu belum bertemu tapi sudah dipastikan

Benih sudah jatuh di tempat yang benar

Aku lepaskan ajian penyatuan sukma

Sejauh kumandang angin

Sekuat getaran tanah basah

Seabadi jagad semesta

Seolah terhipnotis, Martin mengikuti bisikan itu, kakinya melangkah sendiri menembus keremangan. 

Ia kini bisa melihat sebuah struktur batu kuno dengan undakan tangga yang mengarah ke sebuah kolam air besar—sendang yang dikelilingi bebatuan berlumut.

Perempuan itu perlahan menuruni undakan tangga, kulitnya berkilau diterpa cahaya senja keemasan, menciptakan siluet yang membuat jantung Martin berdebar kencang. 

Tanpa sadar, ia pun mengikuti, langkahnya ragu-ragu namun terdorong oleh hasrat yang tak ia pahami.

Air sendang yang gelap menelan perempuan itu hingga sebatas pinggang. Ia berbalik perlahan, dan Martin akhirnya melihat wajahnya—Raden Ayu Sumi Prawiratama. 

Namun bukan Sumi yang ia temui di pesta tadi, melainkan versi yang lebih bebas, lebih liar, dengan tatapan yang mengundang.

Martin melangkah menuruni undakan tangga, tangannya terulur, meraih bahu Sumi yang basah dan berkilau disorot cahaya senja. 

Lambat-lambat menyusuri kulitnya terasa dingin namun lembut. Tanpa kata, Martin membungkuk, bibirnya menemukan bibir Sumi dalam remang cahaya. 

Tubuh mereka menyatu, tenggelam bersama ke dalam air sendang yang dingin namun anehnya terasa intim dan menenangkan, tenggelam lebih dalam ke kegelapan yang memabukkan.

Martin tersentak bangun, refleks menarik udara sebanyak mungkin, air bathub terciprat ke segala arah. Napasnya tersengal-sengal dan terbatuk, jantungnya berdebar kencang seperti akan meledak. 

Ia menatap sekeliling dengan panik, memastikan dirinya masih berada di kamar mandi rumahnya, bukan di sendang misterius dalam mimpinya.

Martin mengerjap beberapa kali, mengusap wajahnya yang basah. Namun secara perlahan, rasa panik itu mereda, digantikan oleh sensasi aneh yang menyenangkan. 

Bibirnya melengkung membentuk senyuman saat kelebatan mimpi itu memenuhi pelupuk matanya. 

Tidak seperti mimpi-mimpi buruk tentang sendang yang biasa menghantui, mimpi kali ini terasa ... menyenangkan. 

Ada kehangatan yang tersisa. Martin menyentuh bibirnya sendiri, masih bisa merasakan sensasi ciuman dalam mimpinya—dingin namun membakar, asing namun familiar. 

1
noofii
semakin menegangkan huhu berasa nonton film keringat dingin, kalian harus berhasil menghentikan kutukan itu ayoo 🥺
Amelia Puji Rahayu
tidak akan semudah itu perjalanan mereka karena masih d awal2 bab 🤣
Ratna Juwita Ningsih
semoga setelah menikah, bisa terlepas dari kutukan Ki Jayengrana. walaupun kehidupan setelahnya banyak aral melintang. setidaknya itu bukan berasal dari hal2 yang gaib, kecuali dendam Ki Jayengrana masih berlanjut...
mbok e Gemoy
aku deg degan takut sumi nekad lompat dari mobil
🍭ͪ ͩ💜⃞⃟𝓛 S҇ᗩᑎGGITᗩ🍒⃞⃟🦅
Sumi kerasukan sihir
entah bagaimana caranya
Sumi harus sampai ke pendeta Cornelis
semoga belum terlambat
Alea 21
tegang puoll..apalagi bacanya pas tengah malam...
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
wahh mantra dendam terus berjalan yaaa
waduhh semoga saja ini berhasil dan semua akan memudar dgn ikatan suci krn jln satunya ya menikah bukan berzianah meski bukan karna kehndk sndri tp semua itu. dilandasi dendam seseorang
Amara
Tidak semudah perkiraan ,membawa Sumi walau berhasil tapi tetap ada perlawanan dari penghuni jiwa ...
Takut Sumi menolak di kristenisasi dan kutukan itu akan semakin dalam dan sulit buat di lenyapkan
Amara
Takut banget Sumi bakal loncat dari mobil yang sedang melaju...
menggeram dan menyerang semua yang ada di mobil dan karena panik lalu mengalami kecelakaan....
ngeri banget bayanginnya ...
⍣⃝ꉣꉣAndini Andana
wiiih tegang ndoro.. /Sweat/ kekuatan gelap dalam diri Sumi berusaha menolak cahaya
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈: wahahaa... bong obong obong...
Amara: anoman donk,king kobong🤭
total 18 replies
Anggita 2019
semoga selamat sampai ke gereja
Darwati Zian
baca pertama,,moga Sumi SM Martin bisa lepas dari kutukan Thor
mbok e Gemoy
retno baru juga calon sudah duduk didepan,
padahal belum karuan gimana dia melayani anaknya kelamSumi udah melayani anaknya 15tahu dan legowo dengan sikap ibu mertuanya tapi begitu direndahkan
Zia Zee
can't wait for the next chapter, Ndorooo 😁
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
aduh ndoro ayu
coet nikah aja sm martin biar g jd firnah dan terbebas dr belebgu dendam ya aknnn
Ai Emy Ningrum: /Toasted//Toasted/
total 1 replies
Titik Luk Aida
Martin martiiiinnnn sabar sabar jangan tegangan dong,,,, selangkah lagi selangkah lagi kami semoga bisa nikah dgn Sumi. pak Johan jangan egois lihatlah tingkah anakmu di kerumunan orang saja berani mau berdiri mengikuti sumu keluar untung km cegah kl tidak udah lari dia nyamperin Raden ayu sumirna
Titik Luk Aida
Sumi tolong jangan pulang dan jangan melanjutkan aksi bunuh dirimu , merenung lah...
noofii
Martin astaga malu ihh keliatan kecintaan banget 🤭
Alea 21
Hatjr nuwun double up nya ndooroo Author....gak sabar nunggu hari esok
Amara
Rasa 15 tahun bersama masih bersemayam, apa yang kau harap Sumi?? Apa kamu menginginkan Soedarsono menjemputmu lagi setelah masa iddah mu selesai??
Jangan Sumi, jangan punya harapan seperti itu, apa kau mau tenggelam lagi dalam hinaan kanjeng ibu dan menjadi garwo sisih?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!