Beberapa tahun lalu, Sora dikhianati oleh kekasih dan sahabatnya. Mengetahui hal itu, bukannya permintaan maaf yang Ia dapatkan, Sora justru menjadi korban kesalah pahaman hingga sebuah ‘kutukan’ dilontarkan kepadanya.
Mulanya Sora tak ambil pusing dengan sumpah serapah yang menurutnya salah sasaran itu. Hingga cukup lama setelahnya, Sora merasa lelah dengan perjalanan cintanya yang terus menemui kebuntuan. Hingga suatu hari, Sora memutuskan untuk ‘mengistirahatkan’ hatinya sejenak.
Tanpa diduga, pada momen itulah Sora justru menemukan alasan lain dibalik serangkaian kegagalan kisah cintanya.
Yisha : After Reincarnation - Pertemanan, Kisah Cinta, Dan Pengorbanan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rin Arunika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#32
Yang warga Desa Moriko tak ketahui adalah bahwa jauh di dalam hutan sana, Mevine juga ikut damai melihat warga Desa Moriko telah memiliki kehidupan yang lebih baik.
Dan satu hal lagi, kehidupan anak yang menjadi persembahan terakhir mereka sebelum kedatangan Finch. Anak kecil yang mereka persembahkan itu tidak dijemput oleh Ravenor untuk diantar menuju Moonshadow.
Leluhur elf yang bernama Wyn bahkan secara khusus memerintahkan Mevine untuk merawat dan membesarkan anak itu karena mereka merasa sudah terlalu banyak nyawa yang terenggut. Menurut Wyn, anak-anak tak berdosa itu bisa saja mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Anak itu kemudian diberi nama Yisha Aureus. Mevine membesarkan Yisha dengan penuh kasih sayang dan perhatian. Selama dalam pengasuhan Mevine si elf hutan, Yisha juga sering bertemu dengan Rayn, elf yang mengatur keseimbangan langit. Benar. Rayn dan Mevine hidup di zaman yang sama sejak dulu sekali.
Meski awalnya Yisha hanyalah seorang manusia biasa, siapa sangka dirinya mampu mempelajari ilmu yang Mevine dan Rayn berikan padanya dengan sangat baik.
Finch yang juga merupakan seorang elf tentu saja mengetahui kabar baik tentang Yisha. Sesekali Finch pergi ke hutan untuk sekadar menanyakan kabar Yisha dan bertukar obrolan ringan tentang kehidupan mereka masing-masing.
Mengetahui Yisha tumbuh dengan sangat baik, Wyn memerintahkan Mevine dan Rayn untuk menuntun Yisha menjadi anggota keluarga mereka.
Ya. Yisha yang terlahir sebagai seorang manusia mengalami transformasi luar biasa menjadi seorang elf dengan banyak sekali proses yang dilewati. Tentu hal itu tak mudah dan tidak dilalui dalam waktu yang singkat.
Dan selama perjalanan menuju babak baru kehidupannya itu, kisah asmara Yisha juga ikut mengalami perubahan yang tak pernah Ia duga. Rayn yang selama ini Yisha anggap sebagai kakak asuhnya diam-diam memiliki perasaan khusus padanya. Kabar baiknya, perasaan Rayn tidaklah bertepuk sebelah tangan.
Setelah Yisha melalui sejumlah proses yang panjang dan rumit, gadis itu akhirnya sah menjadi anggota keluarga elf. Dan seperti saudara-saudari elf nya yang lain, Yisha juga memperoleh kekuatan langit yang luar biasa. Yisha diberikan kekuatan untuk mampu memanipulasi tanaman dan menjadikannya makhluk humanoid dengan kekuatan yang dikehendakinya. Namun lama waktu hidup makhluk humanoid yang Yisha ciptakan hanya bertahan satu hari saja. Yap. Bagaimanapun hebatnya kekuatan Yisha, dirinya adalah seorang elf, bukan dewa.
Kemudian Wyn memberikan Yisha seekor ular naga sebagai hadiah atas berhasilnya Yisha melewati serangkaian proses dan perjalanan yang Wyn arahkan padanya. Ular naga itu lalu Yisha beri nama Gwardin.
Secara fisik, Gwardin tampak seperti hewan buas yang siap menerkam apa saja yang dilihatnya. Tetapi sejatinya Gwardin adalah makhluk yang sangat jinak dan hewan besar paling bersahabat yang pernah Yisha temui. Gwardin juga lah satu-satunya sosok yang menemani Yisha ketika Mevine atau Rayn tak berada di sekitar Yisha.
Sejak saat itu, Yisha, Mevine, Rayn serta banyak saudara sebangsa mereka hidup dengan aman dan damai berdampingan dengan penduduk Desa Moriko meskipun penduduk desa tidak mengetahui keberadaan mereka.
Kehadiran Finch ditengah kehidupan Desa Moriko benar-benar seperti hadiah dari penguasa langit. Sebab selama Finch tinggal di sana, penduduk desa selalu diliputi kebahagiaan dan suka cita.
Hingga pada suatu hari, penduduk desa akhirnya bisa merayakan panen raya pertama mereka setelah banyak kesulitan yang mereka hadapi. Sebuah perayaan yang meriah lalu mereka adakan. Tak lupa mereka mengajak Finch untuk ikut dalam perayaan itu.
Sejumlah makanan yang menggugah selera dan beberapa botol arak juga dihidangkan dalam perayaan.
Finch yang awalnya menolak untuk mencicipi hidangan yang disajikan di perayaan itu akhirnya luluh setelah terus didesak oleh warga.
Berbagai sajian makanan akhirnya Ia nikmati dan bahkan Finch ikut menenggak arak yang warga berikan padanya meskipun sebenarnya Ia merasa ragu akan akibat yang ditimbulkan dari minuman beralkohol itu. Bukan tanpa alasan, momen itu adalah kali pertama Finch mengkonsumsi arak setelah sebelumnya Ia hanya melihat warga desa yang mabuk dibawah pengaruh minuman beralkohol itu.
Tanpa Finch sadari, dirinya mulai terkena pengaruh minuman beralkohol yang warga berikan. Ya, saat itu Finch mulai mabuk dan perlahan kehilangan kesadarannya.
Dirinya mulai menyesali keputusannya menerima arak yang ditawarkan penduduk desa. Finch menjadi sangat mudah marah bahkan karena hal sepele seperti ketika seorang warga yang kembali menawarkan sebuah daging panggang pada Finch.
“KALAU KUBILANG TIDAK BERARTI AKU TIDAK MAU!” Finch menolak pemberian warga itu sambil melempar piring berisi potongan daging yang siap santap.
“Tapi Tuan Finch… Ini adalah bagian terbaik dari daging-“
“BERISIK!!!” Finch melayangkan tamparan pada wajah pria yang masih saja menawarkan daging panggang itu padanya. “KAU INI PURA-PURA BO*DOH ATAU MEMANG BENAR-BENAR BO*DOH, HUH?!”
Finch, si pelindung dan pendamping Desa Moriko mendadak menunjukkan taringnya dan menyerang seorang warga dengan sangat kejam. Taring tajamnya mengoyak lengan pria malang itu hingga cairan merah mengucur deras dari luka akibat gigitan taring Finch.
Finch bahkan tak segan melukai warga lain yang mencoba menenangkannya. Saat itu Finch benar-benar kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Tubuh Finch bahkan mengalami perubahan yang membuatnya berubah seperti manusia serigala yang sangat besar.
Kejadian mengerikan itu terdengar hingga ke telinga Mevine berkat informasi yang diberikan sejumlah hewan yang menjadi sahabatnya. Lalu tanpa menunggu lama, Mevine mengajak Yisha dan Rayn untuk pergi mengakhiri amukan Finch.
Dalam perjalanan menuju Desa Moriko, ketiga elf itu juga terus memohon bantuan pada leluhur mereka. Hingga untuk pertama kalinya, Wyn muncul dan ikut terlibat dalam tragedi mengerikan itu.
Kekuatan Finch ketika dirinya dikuasai hawa nafsu sangatlah menyeramkan. Wyn, Rayn, dan Mevine yang saat itu menyatukan kekuatan mereka untuk melawan Finch bahkan dibuat kewalahan.
Di sisi lain, Yisha yang saat itu Wyn tugaskan untuk menyelamatkan warga desa juga tampak sangat kerepotan. Meski Yisha mampu memanipulasi tanaman dan membantunya menolong warga, namun lama-kelamaan Yisha juga hampir kehilangan energinya.
Finch benar-benar lepas kendali dan mengamuk sejadi-jadinya. Ia bahkan tak segan menyerang dan berusaha melukai keempat elf yang mencoba meredakan amukannya.
Wyn, Rayn, dan Mevine masih cukup tangguh untuk menghindar dan melindungi diri mereka dari jangkauan Finch. Sayangnya, Yisha yang saat itu tengah kepayahan menolong warga desa justru menjadi sasaran empuk Finch yang dikuasai amarah.
Tubuh Yisha yang mulai kehilangan tenaganya itu terkena beberapa cakaran Finch hingga cairan merah segar mulai merembes dari bajunya yang terkoyak.
“KALIAN! JANGAN LENGAH! TETAP BERUSAHALAH MENYEGEL KEKUATAN MAKHLUK ITU!” teriak Wyn pada Rayn dan Mevine ketika dirinya pergi menghampiri Yisha.
Yisha yang terbaring lemas segera Wyn tangkup dalam pangkuannya.
“Yisha. Ayo, segeralah lakukan perpindahan jiwa ... Tolong jangan tinggalkan kita dalam kengerian ini ...” Wyn meringis.
“Tidak bisa, Wyn. Diriku sudah terlalu lemah ...” suara Yisha tercekat, “Wyn… Kelak, izinkan aku menetap dalam raga salah satu keturunanmu” lirih Yisha.
Perlahan-lahan, tatapan sendu Yisha terhadap Wyn terlihat semakin kosong. Kedua matanya juga mulai terpejam.
Melihat hal itu, Wyn seperti hilang akal dan terus memanggil nama Yisha meski tahu panggilannya itu tak akan pernah mendapat jawaban.
Lalu Wyn segera bangkit dan kembali menyatukan kekuatannya dengan Mevine dan Rayn.
Melihat Yisha telah gugur dan pergi meninggalkan mereka, perasaan ketiga elf itupun ikut bergejolak. Emosi mereka mulai menyala-nyala sehingga Finch perlahan-lahan bisa mereka kendalikan.
Kepergian Yisha seolah menjadi pecutan energi untuk melawan kegi*laan Finch.
Lalu dengan tekad dan keyakinan yang mereka satukan, Finch akhirnya bisa mereka lumpuhkan. Tak berhenti sampai disana, mereka juga bersama-sama mengasingkan Finch ke hutan kegelapan.
Malam perayaan yang seharusnya berjalan penuh kebahagiaan justru berakhir tragis.
“Wyn, kenapa kita tidak lenyapkan saja Finch dari muka bumi ini?” tanya Rayn setelah mereka mengurung Finch di hutan kegelapan.
“Tidak bisa, Rayn. Kita tidak bisa melakukan hal itu kecuali dengan senjata yang memang dirinya ciptakan!” bantah Wyn dengan tegas.
“Lalu di mana senjata itu berada? Bagaimana jika kita tidak bisa menemukannya?” Mevine menyerang Wyn dengan pertanyaannya.
“Aku tidak tahu! Entahlah, aku tak mengerti. Tapi seharusnya Finch tidak akan bisa melarikan diri dari hutan kegelapan. Jika ada hal aneh yang terjadi di sekitar hutan, Pak Tua Arubrum akan mengetahui hal itu. Pak Tua Arubrum juga telah kuperintahkan untuk memberiku kabar secepatnya,” jelas Wyn pada Mevine.
“Baiklah, jadi sekarang kita bisa sedikit bernafas lega setelah mengurung Finch,” kata Wyn lagi.
Ketiga elf itu kemudian melangsungkan upacara pemakaman untuk Yisha yang harus kehilangan nyawanya akibat keganasan Finch.
Jasad Yisha dikuburkan di dalam sebuah tempat yang banyak ditumbuhi tanaman bunga aster yang merupakan bunga kesukaannya semasa dirinya hidup.
Bukan hanya ketiga elf itu yang merasa kehilangan Yisha, Gwardin si ular naga raksasa yang menjadi sahabat Yisha juga merasakan hal yang sama. Ular naga itu bahkan mengubah tubuhnya menjadi patung dan ikut “beristirahat” tak jauh dari kuburan Yisha.
Beberapa hari setelahnya, muncul mata air yang sangat jernih tepat di tempat jasad Yisha disemayamkan. Rayn dan Mevine yang memang sering mengunjungi tempat itu akhirnya membangun sebuah kubah untuk melindungi tempat peristirahatan terakhir Yisha.
*Fun Fact*
Wyn adalah satu-satunya leluhur elf yang pernah menjalin hubungan dengan seorang manusia. Tentu bukan manusia sembarangan. Sosok luar biasa itu adalah seorang panglima kerajaan dari timur yang tak sengaja bertemu dengan Wyn ketika Panglima gagah itu terjebak di hutan salju. Dari pertemuan yang tak disengaja itu, Wyn akhirnya mengandung seorang anak dengan darah campuran.
Anak itu lalu tinggal dan dibesarkan di sebuah tempat tinggal yang Wyn sediakan secara khusus. Wyn juga memerintahkan dua orang elf untuk selalu menjaga keturunannya itu.
#
Pak Tua Arubrum, sebuah pohon ajaib yang kehidupannya terkoneksi dengan seluruh penghuni hutan.
#
•
•
•
Hallo temen-temen readers! Sampai sini ada yang udah mulai dapat pencerahan tentang kehidupan masa lalu Sora? Atau masih ada yang bingung dan belum paham tentang rahasia yang tersembunyi dalam ingatan Yisha? Kasih tahu aku di kolom komentar ya temen-temen readers supaya detailnya bisa aku beri tambahan lagi. Thank you 🖤
*Picture by Pinterest
nga kan bosen.
Semangat thorr