Sequel Terpaksa Menikahi Tuan Posesif
IG : @nafasal8
Season 1
Damian harus merasakan kekecewaan yang mendalam, karena sang tunangan diam-diam berselingkuh darinya. Ia terpaksa harus memutuskan pertunangannya secara sepihak.
Jebakan yang direncanakan oleh Arra, ternyata menjadi pertemuan pertama untuk Damian dan Sarah. Lantas bagaimana cara Damian untuk menaklukkan hati Sarah.
Bagaimana perjuangan Damian untuk mendapatkan hati sang pujaan hati, berhasilkah atau Sarah malah berbalik arah dari Damian?
Season 2
Rencana konyol Davian untuk menjadikan Linanda sebagai kekasih settingan ternyata berujung pada keputusan Oma yang ingin menikahkan mereka dalam waktu dekat.
Bagaimana kisah Davian dan Lin dalam menghadapi rencana Oma? Apakah mereka akan bersatu dalam ikatan suci? Atau mengungkap semua dan mengaku pada keluarga besar mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nafasal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 31. Permintaan Arrabela
Pak Sam yang sebelumnya sudah mengetahui kabar kedatangan Tuan Tony ke Rumah Sakit, segera mengintruksikan anak buahnya untuk berjaga-jaga apabila Tuan Tony melakukan sesuatu yang berbahaya.
Disisi lain, Tuan Tony dan Nyonya Mirna tampak setengah berlari menuju kamar VVIP Rumah Sakit Hutama. Raut wajah mereka menunjukkan kecemasan, pria paruh baya itu segera memutar handle pintu kamar tempat putrinya dirawat. Ia mendapati putri satu-satunya sedang duduk di ranjang dengan selang infus yang terhubung dengan punggung tangannya.
"Arra ...." Nyonya Mirna segera mendekati putrinya. Namun, gadis itu segera menyingkap selimutnya dan berdiri di sisi kanan ranjangnya.
"Jangan mendekat!" teriak Arra dengan mengarahkan salah satu tangannya ke depan.
"Sayang, ada apa denganmu?" tanya Nyonya Mirna yang bingung dengan sikap anaknya.
Davian dan Damian yang baru saja masuk ke kamar gadis itu tampak terkesiap dengan keadaan di dalam kamar. Pandangan mereka segera tertuju pada posisi Arra yang berdiri dengan tangan lurus ke depan tanda bahwa ia tak ingin didekati.
Sorot mata Tuan Tony menatap tajam ke arah Damian. Namun, pria tampan itu hanya tersenyum tipis lalu menundukkan kepalanya sebagai rasa hormat kepada pria paruh baya itu.
Nyonya Mirna mencoba kembali mendekati putrinya, tapi Arra masih saja menolak tubuhnya di sentuh oleh orang yang sudah melahirkannya itu.
"Arra, ada apa denganmu? Apa kedua pria ini sudah meracunimu isi kepalamu?" hardik Tuan Tony yang mulai tersulut emosi dengan sikap anaknya.
Arra tersenyum getir, terlihat jelas bahwa kedua mata gadis itu tampak berkaca-kaca.
"Daddy memang tak pernah berubah, selalu menyalahkan orang lain ketika semua tak sejalan dengan keinginan Daddy."
"Arra, kamu tahu kan. Kalau Daddy paling tidak suka basa basi, apalagi Daddy tidak punya banyak waktu untuk meladeni omong kosong mu itu. Sudahi semua ini. Ayo kita pulang sekarang!" pekik Tuan Tony.
"Tidak, aku tak akan pernah pulang bersama kalian. Daddy dan Mommy tak pernah menganggap aku sebagai anak, aku hanya objek kalian yang selalu kalian atur semau kalian sendiri." Arra menumpahkan semua yang ia rasakan selama ini, cairan bening yang sedari tadi menggenang di pelupuk matanya perlahan mengalir di kedua pipinya.
Nyonya Mirna tampak menutup mulutnya dengan kedua tangan nya, ia tak menyangka bahwa putrinya sudah berpikir seperti itu.
"Itu tidak benar sayang, Mommy dan Daddy sangat menyayangimu. Hanya kamu harta berharga yang kami miliki," ujar Nyonya Mirna dengan terisak.
Melihat kedua wanita yang sedang menangis di hadapannya itu, membuat Tuan Tony semakin geram dengan sikap Arra yang di anggap nya kekanakan.
"Arra stop bersifat kekanakan, ayo kita pulang sekarang. Atau Daddy akan semakin murka!" Tuan Tony bersungut-sungut marah, ia berjalan mendekati Arra. Namun gadis itu seperti mendapat ide, gelas yang berada di atas nakas dekat dengan tempatnya berdiri segera ia pecahkan dan dengan cepat ia meraih pecahan yang paling tajam.
"Baiklah, memang ini yang kalian mau bukan? Mengakhiri hidup anak yang kandung, aku akan mengabulkannya." Arra tersenyum miris seraya menatap tajam kedua orang tuanya secara bergantian. Gadis itu mengarahkan pecahan yang berada di genggamannya di leher jenjangnya.
Nyonya Mirna berteriak histeris, Davian dan Damian pun membulatkan mata melihat sikap nekat Arra.
"Arra, buang benda itu!" teriak Tuan Tony.
"Tidak ... tidak akan, lebih baik aku mati bersama anakku daripada hidup tersiksa seperti sekarang ini." Arra semakin menajamkan pecahan gelas itu di lehernya hingga menimbulkan sedikit robek di kulit mulusnya dan membuat darah segar keluar dari robekan kulitnya.
"Arra ...." suara putus asa Nyonya Mirna membuat Damian tergerak hatinya.
"Arra, apa yang kamu lakukan? Kamu tahu, kamu akan menyakiti bayimu!" pekik Damian.
Namun Tuan Tony seolah tak terima dengan ucapan Damian.
"Diam kamu, kamu lah penyebab putriku berbuat nekat seperti ini. Jika kamu tak mempermalukannya di depan keluargamu, mungkin Arra tak akan seperti ini." Tuan Tony beralih menatap Damian, ia hendak melangkah menghampiri Damian.
Namun, suara Arra mampu menghentikan langkah pria paruh baya itu.
"Cukup Daddy ... semua ini bukan salah Damian atau pun keluarganya. Arra lah yang bersalah. Selama ini aku selalu menuruti kemauan Daddy sampai aku mengabaikan perasaanku sendiri. Dan hubunganku dengan Damian, memang awalnya aku sangat mencintainya. Tapi aku berpikir, kita memang saling mencintai tapi Damian tak pernah ada waktu untuk ku. Dan saat itu Chris menawarkan cinta tulus untukku, bukan cinta yang hanya sebatas memiliki. Tapi cinta yang saling berbagi dan menerima semua kelebihan dan kekuranganku, aku sama sekali tak mendapatkannya dari Damian. Justru Chris lah yang memberiku segalanya, sampai aku menyadari bahwa aku memang lebih mencintai Chris daripada Damian. Dan aku bersyukur aku hamil anaknya, karena aku yakin Damian akan tersiksa jika terus bersamaku. Damian hanya akan menjadi alat untuk ambisi Daddy."
"Cukup Arra ... Daddy tak akan pernah merestui hubunganmu dengan pria brengsek itu." Suara Tuan Tony menggema di ruangan tersebut.
Arra tersenyum menyeringai. "Baiklah, selamat tinggal Daddy dan Mommy."
"Cukup ... kamu memang benar-benar manusia tak memiliki hati nurani, dia anakmu. Jika memang Arra harus mengakhiri hidupnya, aku akan menyusul Arra. Dia anakku, apa gunanya hidupku jika anak yang paling aku cintai harus meninggalkanku." Nyonya Mirna mengambil garpu yang berada di atas piring, lalu mengarahkan pada lehernya.
Tuan Tony terlihat sangat frustasi, ia tak menyangka istri yang sangat dicintainya -- yang selalu mendukung setiap langkahnya. Kini berbalik menyerang nya.
"Apa yang kalian lakukan?" suara Tuan Tony terdengar berat, matanya yang sedari tadi menyorot tajam perlahan mulai melemah.
"Daddy hanya ingin kamu mendapatkan yang terbaik Arra." Suaranya kembali terdengar putus asa.
"Bukan seperti itu Dad, biarkan aku memilih jalan hidupku sendiri. Aku ingin merawat bayiku dan menjalani hidup normal dengan keluarga yang utuh." Arra kembali terisak. Sayatan di leher yang semakin ia tekan membuat lukanya semakin menganga.
Tuan Tony yang melihat hal itu merasa tersakiti, ia memejamkan matanya perlahan. Bayangan selama hidupnya seperti film yang diputar ulang dalam ingatannya. Ia merasa menjadi Ayah yang gagal.
Tiba-tiba tubuhnya merosot ke lantai, ia bersimpuh dengan kedua lutut yang bertumpu ke lantai. Air Matanya menjadi saksi bahwa ia sangat menyesal karena sudah menyuruh putrinya menggugurkan janin bakal calon cucunya.
"Maafkan Daddy sayang, selama ini Daddy sudah jahat sama kamu." Air Matanya semakin deras mengalir di kedua pipi pria paruh baya itu, ia menyesal sungguh menyesal. Seorang pria tidak akan bisa menangis jika hatinya tidak benar-benar terluka, atau karena penyesalan yang teramat sangat. Dan kali ini Tuan Tony menunjukkan air matanya di hadapan kedua wanita yang sangat penting dalam hidupnya dan juga di hadapan Damian, Davian.
Arra terenyuh, begitupun dengan Nyonya Mirna. Gadis itu membuang pecahan gelas yang sedari tadi di pegang nya. Dan segera berlari menghampiri Daddy nya, ia memeluk erat sang Daddy dan berucap terimakasih.
Damian dan Davian pun akhirnya menghembuskan napas lega, mereka saling pandang dan tersenyum penuh arti.
🍁🍁🍁
Keesokan harinya, Damian sudah berada di depan pintu rumah Sarah. Namun sebelum nya Ben sudah mengajak Satya dan Bu Karmila untuk fitting baju untuk pernikahan Sarah dan Damian. Pria itu sudah membawa kunci rumah tersebut, informasi terakhir yg di dapat nya dari Satya -- saat ini Sarah sedang mandi. Damian segera masuk ke rumah calon istrinya tersebut, ia memilih duduk di ruang tengah yang menghadap langsung ke kamar Sarah.
Lima menit kemudian, Damian yang tengah duduk santai tampak terperangah melihat makhluk indah bernama Sarah.
Sarah yang baru saja keluar dari kamar dengan rambut basah terurai membuat Damian harus berulang kali menelan Saliva nya dengan susah payah.
Begitu juga dengan Sarah, gadis itu terjingkat kaget melihat Damian yang sudah ada di kursi menghadap kamarnya tersebut.
"Cantik nya ...." tanpa sadar kalimat itu terlontar dari bibir pria tampan tersebut.
Gadis itu segera mengalihkan perhatiannya, pipinya terasa panas karena tersipu.
"Tu-tuan kenapa bisa ada disini?" tanyanya mengalihkan rasa gugupnya.
"Dua hari tak bertemu membuat mu lupa cara memanggilku dengan benar ya?" tukas Damian. Pria itu segera bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Sarah.
Sarah semakin salah tingkah, beruntung suara telpon terdengar dari dalam kamarnya. Membuat gadis itu segera menjauh dari jangkauan Damian.
Damian yang merasa penasaran dengan sang penelpon akhirnya menyusul Sarah masuk ke dalam kamarnya, sebuah senyuman tersemat di wajah tampannya. Pasalnya tempat tidur yang menurutnya tak layak itu sekarang sudah berganti dengan ranjang empuk berukuran kecil. Dan lemari pakaian yang sekarang lebih enak di pandang dengan beberapa pakaian brand di dalamnya. Berkat campur tangan Ben dan Daisy.
Namun, senyuman yang tampak mengembang di bibirnya kini perlahan mulai memudar saat ia mendengar Sarah menyebut nama Pak Navin dengan begitu akrab. Pria itu segera mendelik menatap gadis yang masih menempelkan ponsel pintarnya di telinga kirinya. Sarah yang merasa tak nyaman memilih mengakhiri panggilan tersebut.
"Siapa yang sudah menelpon mu?" selidik Damian dengan raut wajah serius.
"Oh itu, Pak Navin," jawabnya singkat.
"Siapa dia?"
"Dia atasan saya."
"Kenapa dia menelpon mu?" tanya Damian dengan suara tenang namun mampu membuat bulu kuduk Sarah meremang.
"I-itu, di-dia menyuruh saya untuk bekerja nanti siang menggantikan teman saya yang sedang cuti dadakan," jelas Sarah dengan terbata.
Damian meradang, terlihat jelas matanya menyorot tak senang.
"Memang siapa dia sampai berani menyuruh calon istri Damian untuk bekerja, sekarang juga kamu berhenti bekerja!"
"Apa? Kenapa begitu?" Sarah merasa tak terima, karena pada awalnya Damian tak melarang dia tetap bekerja sampai mereka menikah. Namun, sekarang tiba-tiba Tuan Muda itu merubah keputusannya dan melarangnya bekerja.
"Aku tak suka!" desis Damian.
"Ta-tapi!"
"Kalau kamu membantah, malam ini juga kita menikah," ucap Damian santai. Membuat Sarah tak bisa berkutik, ia merutuki Tuan Muda di hadapannya ini. Kata menikah seolah menjadi mantra yang tak bisa ia sanggah.
Sarah berdecak kesal, ia mengerucutkan bibirnya dan melipat tangannya di dadanya.
"Kalau kamu merasa kesal, kita akan menikah sore ini!"
"Apa?" Sarah tak habis pikir kenapa ada orang yang begitu menyebalkan seperti dia.
Gadis itu merasa sangat kesal, ia hendak berjalan meninggalkan Damian. Namun, dengan cepat tangan pria itu menangkap lengan Sarah lalu menariknya secara perlahan dan mendekap tubuh gadis itu dengan erat.
"Maaf ... biarkan aku memelukmu sebentar saja. Aku sangat merindukanmu," ucap Damian.
Tubuh Sarah seketika membeku, darahnya berdesir hebat. Jantung nya seolah mau loncat dari tempatnya mendapat pelukan dari calon suaminya itu. Ini adalah pelukan pertama mereka, dan tentu saja pengalaman pertama bagi Sarah. Damian semakin mengeratkan pelukannya, ia sangat menyukai aroma tubuh Sarah. Damian seolah menginginkan lebih dari sekedar pelukan, tapi ia segera menggeleng pelan kepalanya agar tersadar dari pikiran liarnya.
Bersambung ....
💖💖💖
.
Sambil menunggu up, mampir ke novel yang dijamin bakal baper maksimal😁😍👍🏻
.