‼️Harap bijak dalam memilih bacaan‼️
CEO tampan dan dingin itu ternyata seorang psikopat kejam yang telah banyak menghabisi orang-orang, pria itu bernama Leo Maximillian
Leo menjadikan seorang wanita sebagai tawanannya, wanita itu dia jadikan sebagai pemuas nafsu liarnya.
Bagaimana nasib sang wanita di tangan pria psikopat ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 : Terpikir Mengenai Kehamilan
...•••Selamat Membaca•••...
Yuda pulang dari pasar, dia memasukkan semua belanjaannya ke dalam rumah, suara tangisan bayi usia 6 bulan terdengar jelas di telinga Yuda. Dia langsung masuk ke dalam kamar untuk melihat bayinya.
“Kania, Bayu nangis dari tadi, kamu diemin aja?” bentak Yuda pada Kania yang sedang main hp.
“Biarin aja, nanti capek bakalan berhenti sendiri dia.”
“Dia haus Kan, apa salahnya kamu bikin susu buat Bayu, ibu macam apa sih kamu,” hardik Yuda, pria itu langsung menggendong Bayu lalu bergegas ke dapur untuk membuatkan susu.
Bayu langsung diam setelah mendapatkan susu, Yuda yang baru saja pulang bekerja langsung belanja ke pasar dan kini harus mengurus bayinya. Yuda juga bukan lagi seorang direktur, dia hanya karyawan biasa.
“Kania, aku capek tau nggak, dari pagi aku kerja, pulang kerja aku ke pasar dan sekarang harus urus anak. Seenggaknya bantu aku buat ngurus Bayu, Kania.”
“Itu kan anak kamu, kamu kan yang mau punya anak, aku juga capek Yud, dari pagi aku kuliah, aku juga butuh istirahat,” balas Kania tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel itu.
“Oke aku nggak mau ribut, aku udah beli bahan masakan lengkap, kamu yang masak ya, aku capek banget.”
“Males ah, kalau lapar ya beli aja makanan di luar, lagian aku udah makan tadi pulang dari kampus, aku capek, mau tidur.” Kania merebahkan tubuhnya lalu membungkus tubuh itu dengan selimut.
Yuda berusaha untuk sabar, Kania adalah pilihannya, dia bahkan rela untuk menentang kedua orang tuanya agar bisa bersama Kania. Setahun pernikahan mereka, sama sekali tidak membuat Kania berubah.
Yuda menaruh Bayu yang sudah terlelap di dalam box bayi, tanpa mengganti baju, dia mengolah bahan masakan tadi.
Baru saja selesai memasak, Bayu kembali menangis dan kali ini tangisannya begitu nyaring, seperti kesakitan. Yuda langsung mengejar anaknya ke dalam kamar dan benar saja, Kania tengah memukuli bayi enam bulan itu karena tidak mau berhenti menangis.
Yuda dengan cepat mengambil Bayu, ia bahkan mendorong tubuh Kania dengan kuat.
“Gila kamu ya, ini anak kamu, dia masih kecil.”
“Kepala aku pusing denger dia nangis terus tau nggak, aku capek Yuda. Kamu buang aja itu anak, bikin rusuh aja, semenjak ada dia, kehidupan kita jadi begini.”
“Heh jaga omongan kamu, kita begini juga karna kamu, kamu terlalu boros dan selalu foya-foya, semua penghasilan aku harusnya bisa mencukupi kehidupan kita.”
“Kamu nyalahin aku?”
“Iya, aku capek tau nggak.”
“Brengsek.” Kania mengambil tas kecilnya lalu pergi meninggalkan Yuda dan Bayu.
“Mau ke mana lagi kamu Kania?”
“Club, ke mana lagi?”
Yuda menaruh bayinya dan mengejar Kania, Yuda menarik kasar tangan Kania.
“Kamu punya otak nggak? Anak kamu itu butuh kamu, kalau bukan mikirin Bayu, aku udah ceraikan kamu.”
“Oh ya? Silakan ceraikan aku, aku nggak peduli, aku capek hidup miskin sama kamu tau nggak. Lebih baik itu anak kamu kasih aja sama mama kamu, kan dia yang ngotot mau punya cucu.” Yuda menampar kuat pipi kiri Kania, dia kesal karena tidak dihargai sama sekali oleh istrinya sendiri.
Kania balik membalas Yuda, dia mengambil sebuah kayu lalu memukulkannya pada Yuda, tenaga Kania seperti kesetanan. Bukan hanya Yuda yang menjadi sasaran amukan Kania tapi juga Bayu, Yuda langsung mengambil anaknya dan menjauh dari Kania.
“Dasar gila kamu, pergi kamu sana,” usir Yuda, Kania pergi meninggalkan anak dan suaminya, dia ke club malam untuk menjajakan diri agar bisa pamer harta besok di kampus.
...***...
Kania melihat Maureen diantar oleh Leo, mereka begitu mesra, Kania sangat membenci hal itu. Kania berjalan mendekati Maureen dan Leo, lalu menyapa mereka dengan ramah.
“Pagi, kalian romantis banget sih, bareng yuk Maureen,” ajak Kania dengan senyum ramah, Leo menatap tajam Kania, ingin dia menghabisi Kania detik itu juga.
“Kamu duluan aja Kania, aku masih pengen ngobrol sama suami aku,” tolak Maureen, sebab dia melihat Leo seakan tidak suka ketika Kania mendekatinya.
“Ya udah, aku tungguin kalian, ngobrol aja.”
“Pergi dari sini, atau aku akan mengiris telingamu,” ancam Leo, Kania menjadi takut lalu pergi dari sana.
“Sadis banget suami aku.”
“Orang begitu nggak bisa dikasih angin, dia bisa semena-mena. Nanti aku jemput ya, jangan pulang sebelum aku datang.”
“Iya sayang, semangat ya kerjanya.” Leo mengangguk lalu mengecup kening Maureen.
Maureen berjalan memasuki gedung kampus, berbarengan dengan Diandra dan Alea. Kania ternyata sengaja menunggunya, entah apa tujuannya kali ini tapi Maureen tidak mau ambil pusing. Mereka akhirnya jalan berempat, karena kelas mereka semua satu arah.
“Mataku perih tau Lea, dari semalam udah aku kasih obat tetes, masih nggak ngaruh,” keluh Diandra yang mana sebelah matanya merah.
“Nanti deh, aku kasih ASI sama kamu, biasanya aku kalo sakit mata dikasih ASI langsung sembuh.” Alea ibu dua anak, dia memiliki bayi usia satu tahun di rumahnya.
Diandra juga memiliki dua orang anak tapi sudah besar, yang pertama usia 8 tahun dan yang kedua usia 6 tahun. Di antara mereka, memang Maureen yang paling muda dan belum punya anak.
“Beruntung ya kalian, pulang kuliah disambut sama anak-anak, sedangkan aku masih belum,” ujar Maureen dengan tatapan sendu.
“Sabar Maureen, kamu masih bisa punya anak kok, hanya menunggu waktu saja, jangan putus asa begitu dong.” Diandra memberikan semangat pada Maureen.
“Iya, dulu aja ya, aku bisa hamil setelah satu tahun menikah, kamu nggak sendiri kok.” Alea juga memberikan semangat pada Maureen namun hal ini justru membuat peluang bagi Kania untuk mengaduk perasaan temannya itu.
“Tapi kamu harus hati-hati loh Maureen, biasanya ya, kalo yang pernah keguguran itu, sangat sulit buat dapat anak lagi.” Maureen menatap Kania.
“Emang gitu ya?”
“Kamu ini Kania, bukannya semangatin Maureen malah nakutin dia, gimana sih,” tegur Alea.
“Aku bicara fakta loh, coba deh kamu pikir, udah berapa lama semenjak kamu keguguran sampai sekarang?” Maureen kembali berpikir.
“Hampir satu tahun,” lirih Maureen.
“Tuh kan udah lama, hati-hati loh, ntar suami kamu berpaling karena kamu mandul.”
“Udah Maureen, jangan dengerin Kania, yuk kita masuk,” kata Diandra sambil menarik lembut tangan Maureen.
Sepanjang hari, Maureen tidak fokus pada pelajarannya, dia memikirkan apa yang Kania katakan tadi. Hingga Leo datang menjemput, wajah Maureen terlihat murung, tidak seperti biasanya ketika melihat Leo.
“Kenapa wajah kamu ditekuk begitu sayang? Kania nyakitin kamu lagi?” Leo menangkup wajah istrinya.
“Kamu sayang nggak sih sama aku, Leo?”
“Sayang lah, kamu kan istri aku.”
“Jangan tinggalin aku ya.” Mata Maureen berkaca-kaca ketika mengatakan hal itu, Leo sudah yakin kalau istrinya pasti diganggu Kania lagi.
“Kamu mau aku antar pulang atau ikut ke kantor? Ini baru jam 2 siang.”
“Aku ikut kamu aja, aku kangen kamu, Leo.”
“Ya udah ayo.”
Sepanjang perjalanan, Maureen hanya melamun dan tidak bicara barang sepatah katapun. Leo tidak suka dengan mood Maureen yang seperti ini, dia saja mati-matian menjaga perasaan istrinya, sekarang malah ada orang lain yang merusak perasaan Maureen.
“Jika ini ulah Kania lagi, aku akan menghilangkan nyawanya malam ini juga,” geram Leo dalam hati, tangannya menggenggam kuat setir mobil.
...•••BERSAMBUNG•••...
...Hai hai, terima kasih buat kalian yang udah baca cerita ini ya, terima kasih juga buat yang udah kasih vote dan terus beri dukungannya di platform ini....
...Kasih vote nggak bayar kok, GRATIS!...
...Cek visual tokoh di sosial media author ya,...
...Tiktok : vebigusriyeni...
...Instragram : vebigusriyeni02...
...Salam sayang 😍💗...
campur aduk, semua jadi satu 🥺🥺🥺
Kok malah adu mekanik mereka,,,,, panik kan kamu Leo... udah tau istrinya ounya trauma di masa lalu... malah dikasarin, keterlaluan inj si leo anjjj
leooo. kau bodoh sekali/Sob//Sob/