Jika ada yang meniru cerita dan penggambaran dalam novel ini, maka dia plagiat!
Kali ini Author mengangkat ilmu hitam dari Suku Melayu, kita akan berkeliling nusantara, Yuk, kepoin semua karya Author...
"Jangan makan dan minum sembarangan, jika kau tak ingin mati secara mengenaskan. Dia menyusup dalam diam, membunuh secara perlahan."
Kisah delapan mahasiswa yang melakukan KKN didesa Pahang. Bahkan desa itu belum pernah mereka dengar sebelumnya.
Beberapa warga mengingatkan, agar mereka jangan makan suguhan sembarangan, jika tak ingin mati.mengenaskan...
Apa yang menjadi misteri dari desa tersebut?
Apakah kedelapan Mahasiswa itu dapat selamat?
ikuti kisah selanjutnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Santau Angin-2
Andana dan Emy masuk kedalam kamar yang ditempati oleh Darmadi dan juga Yudi. Ruangannya sangat kecil, hanya sekitar dua kali dua meter saja, dan tidak mungkin menampung keenam orang mahasiswi, yang ada mereka pengap dan kehabisan oksigen, jika tidur didalam kamar.
Andana membalurkan minyak angin roll on milik Emy ke bagiqn punggung, dan mulai mengeriknya. "Baru sebentar, udah merah banget,"
"Beneran masuk angin," sahut Emy, dengan wajah meringis menahan sakit. " Tapi, rasanya seperti nusuk diulu hati, ya?" perasaannya mulai tak nyaman. Dilehernya seperti ada bola kecil yang hendak keluar, tapi tersangkut ditenggorokan.
"Jadi gimana? Apakah kita pergi berobat saja? Tanya Andana. Ia masih mengerik punggung gadis itu, dan warna merah menghiasi kulit putihnya.
"Entahlah, tetapi peradaanku, seperti gak enak gitu," sahutnya.
"Ya udah, nanti kalau bamg Darmadi pulang, kita minta anterin ke bidan terdekat,"
"Ngapain ke bidan? Emang mau perkisa kandungan?" sahut Emy
"Hih! Didesa biasalah, Bidan merangkap tenaga nakes lainnya," Andana menjelaskan.
"Oh, begitu. Kirain,"
"Iya." Andini telah berhasil membuat lukisan tulang rusuk dipunggung sahabatnya, dengan warna merah menyela, yang mana kontras dengan kulitnya.
Tak berselang lama, Darmadi dan Yudi pulang ke rumah. Mereka menuju kamar, setelah mengucapkan salam sebelumnya.
"Jangan!" serentak para gadis mencegah keduanya.
Sontak saja hal itu membuat pemuda itu tersentak kaget. "Pada kenapa, sih?" tanya Yudi keheranan. Ia menyangkutkan kopiahnya didinding yang berpaku.
"Kak Andana dan juga Kak Emy didslam, lagi kerikan," Fitri angkat bicara.
"Huh,! Kirain pada kenapa," Yudi mendenguskan nafasnya, lalu berjalan ke teras, dan memilih duduk diteras rumah kos.
Sedangkan Darmadi, mengekorinya dari arah belakang, dan ikut duduk diteras, lalu duduk berdampingan dibangku panjang, yang sengaja diletakkan disana.
"Apa kita pindah rumah kos saja? Kita buat pengaduan pada dosen, jika tempat ini sangat berbahaya, dan jangan sampai ada korban lainnya," Yudi menyulut rokok ditangannya, lalu menghisaap zat nikotin tersebut, masuk kedalam tubuhnya.
Sedangkan Darmadi, mengambil sebatang rokok pada bungkus milik Darmadi, dan ikut menghisaapnya.
"Kita tunggu dua hari lagi, setelah perobatan Yayuk rampung, dan kita sembari mencari rumah kos baru." pemuda itu menghembuskan asap rokok itu ke udara, lalu meliuk dan hilang terbawa angin.
"Apa tidak terlalu lama? Dua hari terlalu cukup waktu, untuk dia mengirimkan racun tersebut," Yudi merasa keberatan. Sebab peristiwa kemarin, membuat ia sangat mual, saat membayangkan tumpahan darah yang cukup banyak dilantai. Ia tidak pernah melihat, hal semengerikan itu.
"Tetapi, kita harus benar mencari lokasi yang aman, dan sepertinya, Pak Kades bisa memecahkan masalah ini," Darmadi berharap, jika perangkat desa itu dapat diandalkan.
"Baiklah, semoga saja tidak ads hal yang aneh yang terjadi," Yudi menghela nafasnya dengan berat.
Saat bersamaan, Emy datang dari arah dalam. "Bang, bisa anterin ke rumah bidan?" tanyanya, sembari meringis menahan sakit.
"Kamu sakit apa?" tanya Darmadi cepat. Baru saja ia dan Yudi membahas tentang hal yang tidak mengenakkan, kini justru harus dihadapkan pada sebuah kenyataan, jika salah satu diantara mereka ada yang sakit lagi
"Masuk angin. Mungkin kebanyakan makan acar nenas, jadi kena asam lambung." sahutnya.
Darmadi mematikan rokoknya. "Ya sudah, ayo." pemuda itu beranjak dari tempatnya, lalu bergerak pergi menuju sepeda motornya.
Kemudian keduanya berboncengan, lalu menuju ke rumah tenaga kesehatan yang dimaksud.
Sedangkan Yudi, masih memilih duduk diteras dan ia tidak mungkin masuk, sebab didalamnya para gadis semua.
Ia terlihat termenung memikirkan sesuatu. Lalu tanpa sengaja melihat sekelebatan bayangan yang menyelinap dibalik dinding rumah tetangga sebelah mereka.
Hal itu, mmebuat ia merasa penasaran, dan beranjak dari tempatnya. Ia memakai sendal dengan terburu-buru, lalu berjalan menuju kebelakang rumah tempat dimana ia melihat sesuatu bayangan hitam didekat dinding rumah tetangga, menuju ke belakang rumah kos mereka.
Perasaannya mulai tak nyaman. Ia merasakan, jika rumah yang mereka tempati memiliki aura kegelapan yang membuat mereka selalu dirundung masalah.
Perlahan ia mulai meradakan bulu kuduknya meremang dan hatinya sedikit was-was. "Siapa yang pergi kebelakang?" gumamnya dengan gelisah.
Ia berhenti diujung dinding dapur, lalu memperhatikan dengan diam, apa yang sedang bergerak dibalik pepohonan kelapa.
Sesuatu bertubuh tinggi, dan juga hitam terlihat bergerak lamban. Lalu aroma singkong bakar tercium menguar diindera penciumannya.
Saat bersamaan, sosok itu memutar tubuhnya dan memperlihatkan dua bola matanya yang memerah, dan menyeringaikan taring yang mencuat dari dua sudut bibirnya.
"Astaghfirullah," ia tersentak kaget, lalu bergegas pergi meninggalkan rumah belakang, dan kembali ke teras.
Bulu kuduknya meremang, dan ia merasa menggigil dengan penampakan tersebut.
"Darimana, Bang Yud," sapa Yulia, yang baru saja dari arah dalam.
"Hah! Ngagetin aja," omelnya dengan cepat. Jantungnya masih berdetak cukup kencang, disebabkan peristiwa yang baru saja dialaminya.
"Gitu aja kagetan," sabut Yulia, lalu memanyunkan bibirnya.
"Ya minimal jangan langsung nyapa, kan bisa duduk dulu,"
Yulia tak menjawab, ia berbalik badan, lalu kembaliasuk ke dalam rumah.
Sementara itu, Kiky merasakan gatal pada bagian tenggorokannya, entah apa yang membuatnya kembali kambuh, bukankah ia sudah berobat?" gadis itu beranjak dari tempatnya, berniat mengambil air hangat, dan berharap jika rasa gatal ditenggorokannya akan hilang.
Saat ia berada didapur, ia melihat botol berisi obat yang ia bawa dari rumah berada dimeja klmpor, dan ternyata, ia lupa meminumnya sejak siang tadi.
Gadis bergegas membuka tutup botol, dan tenyata sudah mengandung gas, alias sudah basi dan tidak lagi dapat digunakan.
Ia terdiam sejenak. Lalu membuang isinya kedalam tong sampah.
Gadis itu melanjutkan mengambil air minumnya, dan kembali lagi keruangan deoan.
Saat ia duduk dilantai, rasa gatal itu kembali datang, lalu ia terbatuk, sebab sudah tak tahan dengan rasa yang seolah menggelitik lehernya.
"Batuk, Ky?" tanya Fitri. Yang saat ini masih sibuk dengan laptopnya.
"Iya, Kak. Gatal banget rasanya,"
"Kakak punya obat batuk, coba minum." gadis itu mengambil tas ranselnya, lalu mengekuarkan sebutir obat, dari apotik berjalannya.
"Nih, minumlah," ia mengulurkan obat yang berlogo generik itu pada sang gadis.
Logo tersebut adalah jenis obat yang mana sudah lolos uji keamanan dan manfaatnya, serta zat aktif dalam kandungan obat tersebut.
"Makasih, ya, Kak." sahutnya, lalu meminum obat tersebut.
Foto acar nenas khas Sumut, atau Laila mengamuk. Biasanya ditambah potongan wortel. irisan cabai, bawang merah, air jeruk lime, gula pasir dan garam secukupnya, lalu disiram air hangat. Ditunggu dingin, baru disantap, ditambah es batu lebih enak.
~Racun Santau dapat dikirimkan melalui dua media. Pertama melalui makanan dan minuman, yang kedua melalui angin.
knp bisa seoerti itu sih ya kk siti
ada penjelasnya ga yaaa
hiiiiii
tambahin lagi dong ka interaksi darmadi sama andana entah kenapa jiwa mak comblang ku meronta saat mereka bersama
ada apa ini knp bisa jd begitu
hemmm ... beneran nih ya... kebangetan...