Saling mengenal satu sama lain sejak dibangku sekolah namun Leon sangat membenci Elvira karena alasan yang sampai saat ini tidak dimengerti oleh Elvira.
Dan kebencian Leon terhadap Elvira semakin bertambah ketika keduanya dijodohkan oleh kedua orang tua mereka.
Leon menganggap Elvira sebagai wanita licik. Elvira merusak hidupnya. Sedangkan Elvira menganggap Leon sebagai cinta pertamanya yang kini menjadi pangerannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anindita Ningtias, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
"Loh kemana anak baru itu?" tanya Ruby yang baru saja keluar dari ruangan Leon.
"Dia izin karena harus kuliah" ucap Shiena sedikit malas melayani Ruby.
"Apa-apaan anak baru itu. Baru kerja sudah izin keluar kalau kuliah seharusnya jangan kerja, fokus kuliah saja kalau begini kan bikin susah teman kerja" ucap Ruby mengomel.
"Sudahlah tidak masalah, lagipula pak Leon pasti tau tentang ini dan memberinya izin makanya Elvira bisa pergi kuliah" ucap Shiena lagi, ia tak membela Elvira tapi begitulah keadaan saat ini.
"Kamu sih jadi orang terlalu baik, dilarang lah bilang gak boleh tinggalin meja. Kamu tuh gak boleh iya-iya aja jadi senior ntar kebiasaan tuh anak baru" ucap Ruby kini menyalahkan Shiena.
"Sudahlah Ruby, kamu ngapain keluar?" tanya Shiena mengalihkan pembicaraan.
"Bosan sekali di dalam, tidak ada yang bisa kulakukan. Pak Leon sibuk dengan kerjaannya sampai-sampai tidak mengajakku bicara" ucap Ruby menghela nafas kasar.
"Terus kamu mau kemana?" tanya Shiena.
"Kantin yuk, mbak?" ajak Ruby namun Shiena menolaknya.
"Kamu pergi saja, kalau aku juga pergi disini gak ada yang jaga nanti kita malah dimarahin pak Leon" ucap Shiena.
"Ih jangan dikasih pergi deh mbak anak baru itu, biar kita bisa santai dikit" ucap Ruby kesal namun Shiena tak merespon itu.
"Yaudah deh mbak, aku kantin ya" ucap Ruby pergi meninggalkan Shiena.
Setalah kepergian Ruby, Shiena hanya menggelengkan kepalanya. Ia tak menyangka Ruby mengatakan hal seperti itu tentang Elvira padanya karena selama kerja bersama Ruby, wanita itu selalu pergi ke kantin, toilet tidak betah duduk diam di kursinya.
Jujur saja, ia sama sekali tidak membantu pekerjaan Shiena malah menambah beban Shiena saja karena saat mengerjakan sesuatu tanpa berusaha mencobanya ia sudah mengatakan tidak bisa dan itu akan berakhir di kerjakan oleh Shiena.
Selalu begitu. Ruby bertahan diperusahaan ini karena pamannya adalah kepala bagian personalia perusahaan ini jadi mau bagaimana pun tingkahnya tidak akan ada yang berani komplain dan yang bisa memecatnya hanyalah Leon.
Namun sayangnya Leon tidak mengetahui hal-hal seperti itu karena sesuatu yang sampai padanya ya hasil kerja keras Ruby dan Shiena walaupun itu semua hasil kerja Shiena dan Ruby hanya numpang nama.
*Ringringring
Lamunan Shiena buyar saat ponsel di mejanya berdering, ia menerima panggilan dari Leon.
"Dimana Elvira? Dia sudah pergi ke kampus?" ucap Leon begitu Shiena mengangkat teleponnya.
"Sudah pak"
"Kamu sibuk? Dimana Ruby?" tanya Leon lagi.
"Saya tidak terlalu sibuk pak, Ruby katanya tadi mau ke kantin pak" ucap Shiena.
"Apa yang di lakukan di kantin? Ini belum jam makan siang" ucap Leon terdengar sedikit kesal.
"Tinggalkan pekerjaanmu, pergilah ke kantin juga" ucap Leon memerintahkan Shiena untuk bersantai juga.
"Tidak apa pak, pekerjaan saya tidak terlalu banyak lagi pula saya belum lapar jadi saya akan siapkan kerjaan saya lebih dulu saja" ucap Shiena.
"Ya sudah terserah kamu, nanti kalau Elvira sudah datang suruh dia masuk ke ruangan saya" ucap Leon.
"Baik pak"
Shiena menyelesaikan pekerjaannya dengan cermat hanya beberapa menit tersisa sebelum jam makan siang dimulai, Shiena pergi menuju kantin dan ia hanya bisa menggelengkan kepalanya saat melihat Ruby masih berada di kantin bermain ponsel.
"Hey, kamu tadi dicariin pak Leon" ucap Shiena menepuk pelan pundak Ruby.
"Serius mbak? Kok kamu gak langsung ngabarin aku sih mbak" ucap Ruby panik dan kesal pada Shiena yang tak langsung memanggilnya.
"Memangnya kalo aku kabarin kamu bakal angkat teleponku? Kamu kan gak pernah angkat selalu telpon aku kalo butuh sesuatu" ucap Shiena menggelengkan kepalanya.
"Arghh" ucap Ruby meninggalkan makan siangnya lalu berjalan sedikit cepat untuk kembali menuju ruangan Leon.
Shiena hanya menghela nafasnya kasar melihat tingkah Ruby yang tak kunjung berubah itu dan saat itu juga ia dikagetkan dengan seseorang yang menepuk pundaknya.
"Kenapa lagi nenek sihir itu?" tanya pria itu duduk disamping Shiena.
"Ntahlah, setiap hari ada saja tingkahnya" ucap Shiena kembali menghela nafas.
"Hey jangan menghela nafas seperti itu biarkan saja wanita itu, jangan diambil pusing" ucap pria itu lagi.
"Kau keluar lebih awal siang ini" ucap Shiena
"Iya pekerjaanku sudah selesai dan kebetulan atasanku tidak ada di ruangan" ucapnya tertawa.
"Ada-ada saja kau ini" ucap Shiena.
"Oh ya Sen, katanya ada karyawan baru di atas?"
"Iya der, sekretaris baru" ucap Shiena.
"Sekretaris? Memangnya kalian sesibuk apa disana sampai membutuhkan tiga sekretaris" ucap Deri kaget mendengar tentang karyawan baru itu.
"Iya sekertaris, Ruby gantiin posisi mbak Dewi sementara" ucap Shiena menjelaskan situasi diatas.
"Kenapa harus Ruby? Kalau memang asisten pribadinya diambil dari sekretaris, seharusnya itu kau bukan Ruby secara kau seniornya Ruby" ucap Deri tak habis pikir dengan keputusan Leon yang malah menarik Ruby menjadi asisten pribadinya.
"Tidak masalah, aku ataupun Ruby itu sama saja tidak ada senioritas" ucap Shiena.
Shiena orangnya sangatlah positif vibes, tidak pernah berpikir jelek tentang orang lain selalu sabar dan ikhlas dengan keadaannya apapun yang terjadi, walaupun tidak menyukai sesuatu ia hanya bisa menghela nafas dan pasrah.
Jam makan siang hampir selesai, Elvira kini berada di basement perusahaan ia bergegas naik ke lantai atas. Ia tidak melihat adanya Shiena disana ia melirik kearah jam tangannya.
"Oh, mbak Shiena masih di kantin karena ini masih jam makan siang" ucap Elvira berjalan menuju mejanya.
Baru saja hendak mendudukkan dirinya, ia kembali bangkit saat melihat pintu ruangan Leon terbuka menampilkan Leon dan Ruby yang berada di belakang Leon.
"Oh anak baru, sudah pulang?" tanya Ruby begitu melihat Elvira menyapa Leon.
"Iyaa mbak" ucap Elvira mencoba untuk bersikap ramah pada Ruby walaupun sebenarnya gedek.
"Mbak? Memangnya aku mbak kamu? Kalo dilihat-lihat juga kayaknya kamu lebih tua dari aku, muka kamu boros banget" ucap Ruby dengan beraninya mengatakan hal seperti itu saat Leon berada diantara mereka.
"Perhatikan ucapanmu Ruby!" ucap Leon memperingatkan wanita gila itu.
"Kau sudah makan siang? Ayo makan bersama" ucap Leon mengajak Elvira makan bersama dan tentu saja itu disetujui oleh Elvira tanpa pikir panjang karena kebetulan dirinya belum makan siang karena buru-buru kembali ke perusahaan.
Saat berada di kantin ketiganya menjadi pusat perhatian terlebih banyak mata memandang kearah Elvira yang berjalan dibelakang Leon dan Ruby, bukan Elvira yang berjalan disamping Leon justru Ruby yang ada disamping Leon tapi itu tidak masalah untuk Elvira karena ini keputusan dirinya untuk menyembunyikan hubungan mereka.
"Elvira, disini"