Dera Sandya seorang gadis biasa yang tak sengaja di pertemuan dengan seorang lelaki Sadis bergelar Mafia. Kejadian yang tak seharusnya ia lihat, membuat Dera masuk ke dalam lubang hitam. Dunia gelap penuh tantangan di mulai, kala Hiro Yamato. Bos besar Mafia Yakuza; Jepang. Dunia yang harusnya terasa sederhana tidak lagi sama. Bian Dokter tampan yang merupakan Cinta pertama Dera pupus begitu saja. Kehadiran Hiro mempersulit hidup Dera.
Tak sampai di sana, dua lelaki berwajah pangeran namun berhati iblis ikut masuk ke dalam hidup Dera.
Kevin Zhao dan Leo Zhang duo pangeran yang ikut merecoki kehidupan Dera.
Bahaya Sili berganti menghampiri. Membuat Dera merasa ingin mati saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fara Dela Sandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Dera beberapa kali terlihat masih melihat pesan yang tidak kunjung di balas. Jangan kan untuk di balas untuk di lihat saja tidak. Sudah tiga hari baik adik maupun ke dua orang tuanya tak kunjung membalas pesan darinya. Ada apa dengan mereka? Hati wanita berambut sebahu itu terlihat khawatir. Di tambah dengan mimpi buruk yang ia dapati membuat wanita itu semakin khawatir.
Denting jam dinding terdengar samar menyentuh rungu. Dera melirik dari ujung ekor mata sipitnya. Waktu menunjukkan pukul 22.30 malam. Wanita itu melirik pintu besar dan menajamkan pendengaran nya. Tidak ada bunyi mesin mobil memasuki halaman rumah mewah. Nan dijaga oleh begitu banyak lelaki bertampang sangar.
"Tumben sekali dia tidak pulang cepat?" monolog Dera pelan.
Tak butuh waktu lama. Deru mesin mobil menyapa Indra dengar Dera. Tanpa kata Dera melompat turun dari tempat tidur. Melangkah mendekati kaca jendela. Menyingkap tirai berwana senada dengan cat dinding. Mata sipit itu semakin menyempit saja, menelisik mobil sedan hitam yang berhenti di halaman depan. Namun yang dapatkan bukanlah wajah suaminya. Melainkan wajah cantik Clara, bawahan Hiro Yanto. Wanita cantik itu turun cepat dan mendapatkan sambutan hormat dari pada anggota Mafia lain nya. Mobil sedan itu melaju meninggalkan halaman depan, menuju parkir khusus mobil yang memang di sediakan di sayang bagian Kanan Rumah besar Yamato.
Dahi Dera semakin mengerut. Tidak ada pesan ataupun telpon yang ia dapatkan dari Hiro. Bos Mafia itu tidak mengatakan apapun padanya. Biasanya, Hiro akan sibuk menelpon ataupun mengirim kan pesan WhatsApp padanya. Tapi hari ini baik pesan kau telpon sama sekali tidak ada.
Ketukan tiga kali di luar sana terdengar jelas. Sebelum Clara masuk ke dalam kamar mewah dengan nuansa abu-abu. Wanita cantik itu tersenyum lembut pada Dera. Sebelum mendekati Dera.
"Bos hari ini berangkat ke luar kota. Kantor anak cabang mendapatkan masalah. Hingga Bos harus turun tangan sendiri mengurusnya. Dan Bos tidak sempat mengabari mu," jelas Clara dengan nada pelan.
"Ah! Begitu." Jawab Dera seadanya dan mengangguk paham.
"Apa kau sudah makan?"
"Makan malam belum. Aku pikir ingin makan bersama dengan Kak Hiro."
"Sayang sekali. Bagaimana jika aku memasak kan makanan untuk mu. Kau mau makan apa malam ini?"
"Aku kehilangan selera makan. Sebaiknya kau membersihkan diri saja. Aku ingin tidur saja." Balas Dera melangkah meninggalkan kosen Jendela menuju ranjang.
"Apa kau tidak ingin tau Bos berapa lama di luar kota?"
Pertanyaan yang Clara lemparkan membuat langkah kaki Dera terhenti. Istri Bos Yakuza itu tidak membalikkan badannya.
"Tidak." Jawabnya dengan nada malas kembali melangkah.
Clara yakin seratus persen. Wanita yang memunggunginya saat ini pasti merajuk. Clara hanya mengulum senyum sebelum pamit pergi ke kamarnya.
***
Asap mengepul di atas gelas kaca bening. Wanita yang masih terlihat cantik dan menawan di usia tak lagi muda itu terlihat menyunggingkan bibir merah menyala. Tampang angkuh nya terlihat sangat puas kala anak buah yang di utus membawa berita baik.
"Aku mendengar jika adik bungsu wanita itu selamat, Bos!" seru lelaki yang masih berlutut di lantai kayu.
Gerakan jari lentik yang menyentuh kuping gelas terhenti. Raut wajahnya tak terbaca, kata yang di hempasan dari bawahannya membuat Kara terdiam cukup lama. Apakah itu berita baik atau buruk untuk Ibu Mafia besar ini. Hanya lima menit saja, sebelum raut wajah itu menampilkan ekspresi iblis.
Ia menunduk pelan.
"Bagus. Setidaknya kita masih punya orang yang bisa kita ancam. Keluarga adalah orang yang begitu berharga bagi orang awam seperti gadis itu. Kematian keluarga nya akan membuat ia berpikir keras akan masa depan. Dan adiknya, akan menjadi satu-satunya harta berharga. Saat nanti aku mendesaknya meninggalkan putraku. Maka ia akan berlari cepat melakukan perintah itu." Ujar Kara dengan puas.
Wanita dengan baju khas Jepang yang berdiri di belakang tubuh Kara hanya diam. Ia tidak ikut dalam pembicaraan. Wajahnya begitu datar dan dingin. Menjadi bawahan Kara, membuat ia menjadi tangguh dan menakutkan. Sama seperti Tuannya.
"Bukankah begitu Nomi?" Tanya Kara membalikkan tubuhnya kebelakang sedikit mendongak menatap peliharaan nya.
Kasar. Mungkin benar, namun di dunia gelap. Tidak ada teman, yang ada hanyalah bawahan dan peliharaan. Tidak peduli apakah manusia atau bukan. Bawahan sama saja dengan peliharaan. Yang siap melakukan apapun demi sang tuan. Janji sumpah setia yang di lakukan. Begitu menakut kan. Mereka bersumpah dengan darah. Tidak akan mengkhianati sang Majikan. Meski nyawanya adalah taruhan. Kata teman? Ini tidak berlaku.
Yang di anggap teman di sini hanyalah sekutu. Yakni orang yang memiliki kekuatan dan kekuasaan besar. Maka itu adalah teman. Jika tidak memiliki kekuatan dan kekuasaan. Maka mereka tidak akan pernah di anggap teman.
"Ya, Nyonya besar. Keluarga adalah orang berharga bagi sebagian orang. Dan tidak lebih dari alat bagi mereka yang memiliki kedudukan besar," jawab Nomi dengan tegas dan jelas.
Gelak tawa mengelar di ruangan bergaya Jepang Klasik itu. Ia begitu bahagia memiliki peliharaan seperti Nomi. Wanita di belakang nya ini memang di latih menjadi wanita yang dingin. Tanpa belas kasih. Perintah Kara adalah harga mati yang harus Nomi lakukan. Bahkan jika Kara meminta wanita ini mengakhiri hidup nya. Maka ia akan melakukan nya.
"Bagus-bagus! Kau adalah peliharaan yang pintar." Seru Kara di sela tawanya yang meledak.
Lelaki dengan tampang sangar dibawah sana hanya menatap dan mengamati. Tidak ikut serta jika tidak di tanya. Di lain tempat dan waktu yang berbeda. Manik mata dingin Hiro menatap sosok tubuh lemah yang di bantu oleh alat-alat medis. Di samping tubuh kekar itu berdiri Dokter yang menangi adik iparnya itu.
"Bagaimana kondisi nya saat ini?" tanya Hiro tanpa melepaskan tatapan nya dari wajah pucat Sari.
"Untuk saat ini Nona Sari belum stabil. Saat bangun nanti, mungkin akan ada trauma besar yang langsung menyerang nya. Untuk kondisi fisik hanya ada luka-luka kecil. Nona Sari beruntung, karena di peluk erat oleh orang tuanya. Mungkin ada baiknya, Nona Sari di bawa ke Jakarta untuk penangan psikis nya," jelas sang Dokter.
Helaan napas letih mengalun. Jenazah ke dua dan adik Dera sudah di kebumikan. Tanpa sepengetahuan keluarga di kampung. Bos Yakuza ini berusaha dengan keras agar keluarga dari pihak Ayah Dera tau jika Sandy berada di Manado tempat sang istri. Jika keluarga pihak Sandy tau, maka sang istri akan tau. Bagaimana tragisnya kematian keluarga nya. Yang hanya menyisakan adik bungsu nya saja.
Bahkan keadaan Sari belum tentu akan baik-baik saja setelah apa yang terjadi. Trauma besar mungkin menunggu nya kala sadar.
"Tolong siapkan kepindahan Sari," ujar Hiro pada akhirnya.
"Baik Tuan Yamato." Seru sang Dokter sebelum melangkah meninggalkan ruangan VIP Rumah Sakit.
Langkah kaki mendekati ke arah Hiro dapat di tangkap dengan baik. Yeko, membungkuk hormat pada sang Bos.
"Aku sudah memperbaiki ponsel Nona Sari dan juga ponsel Bapak Sandy. Ada baiknya Bos mengirimkan pesan pada Nyonya agar Nyonya tidak gelisah lagi." Ujar Yeko menyodorkan dua beda persegi panjang yang sudah di perbaiki dengan cepat. Tentu dengan harga yang begitu mahal.
Tanpa kata, Hiro meraih ponsel Papa Dera. Membiarkan ponsel Sari di tangan sang bawahan. Ia harus melakukan banyak hal untuk ini. Termasuk memberi sang Ibu pelajaran. Wanita gila itu jika tidak di berikan pelajaran. Maka akan berbuat semaunya. Jangan sampai Kara seolah berpikir jika dirinya takut. Hiro membentuk kekuasaan dan kekuatan untuk bisa lepas dari Ibu gilanya itu.
Ingin lebih kuat dari sang Ibu. Bahkan sang Ayah. Ia tak ingin berada di bawah bayangan ke duanya. Hingga membuat kehidupan nya tanpa kata bahagia. Hiro ingin bahagia dengan apa yang dia lakukan. Tanpa tekanan. Dan Hiro lebih dari kata mampu melakukan nya.
perasaan awal baca, panjang bget alurnya...dr dera diracun pas dibawa ke rumah ibunya Hiro smpai mirable menculik Vian..tp pas aku bc ulang LG gk cpt bgt hbsnya. kurang seru
tp ceritanya plg top deh Krn sambung menyambung
"sama2 Dera,,Kita berjumpa Lagi"/Smile/
(menyahut dialog awal episode😘)
DERAAAA,,ak membacamu lagiii lagiii dan lagiii,,g terasa 5 tahun masih trlove Dera-Hiro
AQ tuh GK bosen tahu GK
udah berapa kali AQ mampir baca ini
aq rindu dera dan hiro..kpn up novel terbaru lagi thor???
malah novel terakhirmu hilang ditelan bumi🥺