"Sekarang kita memang sudah menikah, tapi bukan berarti kamu berhak atas diriku! Semua ini aku lakukan atas kemauan kakek dan Putri ku. Karena bagiku kau tetaplah baby sitter putri ku! Camkan itu!" ucap Revan dingin.
Deg
Sakit itulah yang di rasakan oleh Anin, mendengar ucapan mantan majikannya barusan yang sekarang sudah menjadi suaminya itu. Kalau memang tidak suka dengan perjodohan ini kenapa lelaki itu harus menerimanya.
"Saya tahu tuan, saya sadar diri siapa saya." balas Anin.
Bagaimana dengan kisah mereka berdua? jangan lupa mampir ya ke novel baru Author.. hanya di Novel Toon 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Ziah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 32
Karena putri nya tidak mau, akhirnya Revan menghampiri Anin. Sebab Revan sudah tidak tahan melihat kebersamaan Anin dan lelaki yang dia tidak tahu itu. Dengan alasan mengambil ponsel yang ada di tangan Anin.
"Anin..!' panggil Revan dengan menunjukkan wajah datarnya seperti biasa.
"Eh, iya." jawab Anin terkejut sembari menoleh ke sumber suara yang memanggil namanya.
Setelah lebih dekat baru Revan dapat melihat siapa yang sudah berbicara pada Anin. "Kamu!" Dion tersenyum menatap Revan.
"Siang pak Revan..!" sapa Dion.
"Kenapa kamu ada di sini? apa kamu bolos kerja?!" tanya Revan datar.
"Hari ini saya cuti Pak, dan saya lagi nemenin keponakan saya." jawab Dion.
Dion sendiri adalah karyawan di Perusahaan milik Revan. Dan jabatan yang di miliki Dion di perusahaan Revan lumayan tinggi, yaitu Manager Marketing. Itu makanya Revan sangat mengenal Dion.
"Oke." ucap Revan menganggukkan kepalanya. "Maaf apa kalian saling mengenal?!" tanya Revan lagi.
"Iya pak, Anin dulu teman saya ketika masa SMP dan rumah kami di kampung juga sebelahan." jawab Dion .
"Oh, jadi teman masa kecil dong ya!" ujar Revan.
"Bisa di bilang begitu pak." balas Dion. Sedangkan Anin hanya diam saja karena semua udah di jawab oleh Dion.
"Maaf Dion saya mau bicara pada ISTRI saya!" ucap Revan menekankan kata Istri pada Dion. Revan ingin Dion tahu kalau Anin adalah istrinya. Meski Dion sudah mengatakan kalau Anin adalah temannya di kampung, entah mengapa Revan tetap tidak menyukainya jika Dion ngobrol dengan Anin. Hati nya masih sedikit panas karena itu.
"Oh iya pak." balas Dion.
"Anin ayo, Yuna minta ditemenin main sama kamu." ucap Revan sembari menarik tangan Anin.
"Dion maaf ya aku tinggal, aku mau nemenin anak aku main." pamit Anin. Ada rasa cemburu yang Dion rasakan melihat Revan memegang tangan Anin. Tapi dia juga tidak bisa berbuat apa-apa, Anin sudah menikah dengan bos nya sendiri. Dion hanya bisa menatap Anin pergi bersama Revan. Ini salahnya sendiri yang kurang cepat menemui Anin di kampungnya. Mungkin memang Anin bukanlah jodohnya dia harus ikhlas dengan hal itu. Dion pun akhirnya menghampiri keponakannya yang sedang asik main.
"Bunda..!" teriak Yuna dan Anin tersenyum bahagia melihatnya. "Bunda ayo kita main." ucap Yuna sembari menarik tangan Anin. Sekarang gantian Anin yang nemenin Yuna bermain bola sedangkan Revan mengabdikan mereka melalui ponselnya. Revan tersenyum bahagia melihat putrinya begitu sangat bahagia bermain dengan Anin.
Selesai bermain, Revan mengajak Anin dan putrinya makan siang di Restoran yang biasa Revan kunjungi jika makan siang. Revan lebih memilih private room agar mereka makan dengan nyaman. Ketika sedang makan Anin dengan telaten menyuapi Yuna padahal putrinya itu bisa makan sendiri. Sepertinya putrinya itu lagi mode manja hari ini. Kakek benar hanya Anin yang cocok menjadi ibu sambung untuk Yuna. Ada perasaan hangat yang di rasakan Revan ketika melihat ketulusan Anin pada putrinya dan Anin begitu tulus menyayangi Yuna. Andai dia kemarin tetap memaksa menikah dengan Gladies, belum tentu wanita itu menyayangi putrinya dan mau mengurus putrinya. Apalagi dia juga baru mendengar dari putrinya sendiri jika princess nya itu pernah di ancam oleh Gladies. Pantas saja putrinya tidak menyukai Gladies, ternyata wanita yang dia cintai begitu jahat. Dan dia sangat menyesal baru mengetahuinya.
***
Sore harinya mereka sudah dirumah. Anin seperti biasa mengurus Yuna terlebih dahulu. Sedangkan Revan berada di ruang kerjanya untuk mengecek email di laptop nya. Selesai mengurus Yuna, Anin masuk kedalam kamar untuk membersihkan tubuhnya yang sudah sangat gerah karena seharian main di mall dan habis dari mall lanjut jalan ketaman bersama Revan dan Yuna. Tiba-tiba ada rasa hangat di hatinya mengingat kebersamaan mereka seharian ini, mereka seperti keluarga bahagia. Andai dirinya dan Revan benar-benar menikah saling mencintai pasti. Tapi sayangnya tidak. Meskipun begitu melihat Yuna sangat bahagia tadi, itu sudah lebih dari cukup. Tetapi ada yang berbeda dari Revan hari ini, lelaki itu malah banyak bicara padanya. Biasanya papa dari princess Yuna cuek dan dingin padanya. Apakah ini bakalan ada sedikit kemajuan dengan hubungan mereka, atau Revan seperti itu hanya karena adanya Yuna saja. Entahlah dia hanya bisa berharap kedepannya hubungan mereka baik-baik saja, tanpa adanya perpisahan. Karena dirinya hanya ingin menikah sekali seumur hidup.
Revan masuk kedalam kamar setelah dari ruang kerjanya. Hari ini dia juga merasa sangat bahagia, seharian main bersama putrinya dan Anin. Revan tersenyum mengingat kebersamaan mereka tadi. Bahkan lebih bahagia ketika pergi jalan bersama Gladies. Terlihat rona wajah bahagia dari putrinya ketika mereka berjalan bertiga. Beda dengan pergi berjalan bersama Gladies, putrinya malah murung dan ngambek. Revan berdoa semoga putrinya selalu bahagia seperti ini.
Karena tubuhnya terasa gerah dan lengket, Revan pun memutuskan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Ketika Revan akan masuk kedalam kamar mandi, Anin keluar juga dari kamar mandi dan mereka berdua sama-sama terkejut. Bersamaan itu handuk yang melilit tubuh polos Anin terjatuh. Revan yang berdiri tepat di depan Anin melihat jelas tubuh polos Anin. Susah payah Revan menelan salivanya karena melihat pemandangan indah dengan jarak yang begitu dekat. Saat Anin akan mengambil handuknya yang merosot ke bawah, Revan sudah terlebih dahulu mengambilnya. Reflek tangan Anin yang satu langsung menutup dadanya nya dan tangan yang satunya lagi menutup area pribadinya.
Revan kemudian melangkah kakinya agar lebih dekat ke Anin. Sementara Anin mundur kebelakang hingga tubuhnya tidak bisa kemana-mana, sebab tubuhnya sudah mentok ke dinding.