Setelah kembali dari luar negeri, Keira Adelina Oliver terpaksa harus menikah dengan seorang pria asing untuk membantu perusahaan ayahnya yang diambang kebangkrutan.
Xavier Grayson Chester seorang pria tua berumur 34 tahun, dibuang oleh keluarganya setelah kecelakaan mobil yang dialaminya. Yang mana membuat kedua kakinya menjadi lumpuh. Dan sebagai imbalan atas kerja kerasnya, keluarganya mencarikannya seorang istri untuk menemaninya di pengasingan.
Dan bagaimana jika seorang wanita yang mirip dengan Keira muncul di tengah-tengah pernikahan mereka.
Apa hubungannya?
penasaran dengan ceritanya? yuk baca.
jangan lupa like and comment ya 🥰
ini karya ku yang pertama, jika ada kesalahan mohon maaf.
Terima kasih 🙏🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selenophile, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Melihat foto yang dilemparkan padanya, Keira mengambil salah satu dari foto tersebut. Di dalam foto itu terdapat seorang pria dan wanita muda berpose sangat mesra. Wanita cantik itu menggandeng tangan pria di sampingnya, meski ekspresi pria itu dingin tapi tatapannya terlihat lembut saat menatap wanita di sampingnya.
Keira tau pria di foto itu suaminya, tapi dia tidak tau siapa wanita yang 7% mirip dengannya.
"Apa aku mempunyai kembaran? Tapi, ibu tidak pernah menceritakan padaku jika aku punya saudara kembar."
"Lihat, Xavier setuju menikah denganmu karena kamu sangat mirip dengan wanita yang dicintainya..."
"Dia menjadikanmu sebagai penggantinya." Suaranya penuh dengan nada menghina dan meremehkan.
"Asal kamu tau, jika suatu hari wanita itu kembali. Xavier akan langsung meninggalkanmu dan kembali pada wanita itu."
Karina menatap Keira dengan senyum provokatif. Dia akan menghancurkan rumah tangga mereka bagaimanapun caranya dan merebut kembali Xavier.
"Xavier hanya bisa menjadi milikku.Siapa saja yang berani merebut Xavier ku, aku pasti akan menghancurkannya seperti wanita itu." Batinya dalam hati. Dengan seringai kejam di bibirnya dan mata yang penuh dengan obsesi yang ekstrem.
Keira bukan orang yang gegabah dalam mengambil keputusan, dia hanya akan menuruti instingnya sendiri. Lagian itu adalah masa lalu mereka.
Tanpa terpengaruh oleh provokasi karina, Keira menyesap kopinya yang dingin. Matanya yang lembut menatap Karina dengan santai.
"Lalu apa tujuanmu memberitahukan ini semua padaku?"
Meski tatapannya terlihat lembut, tapi entah kenapa Karina merasa merinding. Mengepalkan tinjunya, dia menggertakan giginya penuh kebencian.
"Apa yang harus ditakutkan dari wanita j****g ini."
"Apa kamu pikir setelah memberitahukan ini, aku akan menceraikannya?"
"Ckckck… kamu terlalu naif Karina. Lalu kenapa jika wanita itu orang yang dicintainya aku tidak masalah, toh sekarang aku yang jadi istrinya."
Setelah mengucapkan kalimat itu, Keira langsung bangkit dari kursinya. Terlalu malas untuk membicarakan hal yang tidak penting dengan orang gila.
"Aku pergi, jangan lupa bayar minumanku." Keira langsung pergi meninggalkan Karina sendiri.
Melihat punggung wanita sialan itu yang pergi menjauh, Karina tidak bisa menahan emosi yang memuncak. Dia menyapu bersih semua gelas di atas meja hingga pecah berkeping-keping.
"Kenapa! Kenapa reaksinya seperti itu, dia seharusnya marah dan merasa cemburu!"
Para pengunjung yang mendengar kekacauan tersebut sangat terkejut, mereka langsung menoleh ke arahnya dengan tatapan aneh.
"Sialan!"
°°°°
Menghembuskan nafas lelah, Keira menatap langit yang sangat cerah. Banyak pejalan kaki yang berlalu lalang melewatinya dan kendaraan yang melaju cepat di jalanan.
Membuka ponselnya, Keira melihat sebuah pesan dari Xavier yang belum dia baca.
Pria Tua
Sayang, kalau urusanmu sudah selesai kamu bisa telepon David untuk menjemputmu. Mas masih ada urusan.
Sampai jumpa nanti malam, sayang.
Jangan marah lagi, ya.
Melihat pesan yang dikirim Xavier membuat Keira bergidik ngeri. Dia tidak bisa membayangkan ekspresi dingin Xavier saat mengirimkan pesan seperti itu padanya.
Tanpa membalas pesannya, Keira langsung memasukan ponselnya ke saku celana. Hari ini dia memakai t-shirts putih polos dan celana jeans biru dipadukan dengan sepasang sepatu sneakers. Yang membuat penampilannya terlihat segar dan lincah.
Keira melangkahkan kakinya menuju gang sepi yang jarang dilewati orang, dia ingin merilekskan pikirannya yang kacau. Namun, niat itu harus dia urungkan. Karena di depannya berdiri lima orang preman yang menghadang jalannya.
"Hah…." Keira menatap mereka dengan dingin.
"Apa dia orangnya Bos?"tanya seorang pria yang berbadan kerempeng.
Yang dipanggil bos oleh mereka mengangguk mengiyakan, tubuhnya yang gemuk dipenuhi tato dan terdapat bekas luka bakar di sisi wajahnya.
"Ternyata cantik juga, bagaimana kalau kita bersenang-senang dulu Bos."
"Ya Bos, sebelum kita menghancurkan wajah cantiknya."
Mendengar permintaan dari bawahannya, bos itu mengangguk dengan ekspresi cabul.
"Kalau begitu bawa dia kemari."
"Baik Bos."
Tidak ada raut panik ataupun takut di wajahnya yang cantik saat melihat mereka datang ke arahnya. Malah Keira dengan santai membuka bungkus permen karet lalu memakannya.
"Hai cantik, ayo ikut kami. Jangan takut, kami bukan orang jahat, kami hanya ingin mengajakmu bersenang-senang," ajak pria gondrong dengan ekspresi ngiler saat melihat tubuh wanita di depannya.
"Kebetulan sekali suasana hatiku juga sedang buruk, jadi ayo kita bersenang-senang."
"Hahaha bagus, ayo." Tepat saat tangan pria itu ingin menggapai lengan Keira.
Keira sudah terlebih dahulu memelintirnya lalu mengangkatnya melewati bahu dan membantingnya ke tanah.
"Akh… sakit…,"jeritnya kesakitan sambil berguling-guling di tanah.
Pria kerempeng itu tidak percaya apa yang dilihatnya saat melihat temannya sudah terkapar. Dengan tatapan bengis, pria itu mengambil belati dari sakunya lalu menyerang Keira dari belakang.
"Dasar j*****g!"
Merasakan niat membunuh di belakangnya, Keira tersenyum menyeringai. Sambil mengunyah permen karet dia berbalik ke belakang.
"Ah sudah lama aku tidak merasakan adrenalin yang seperti ini,"gumamnya.
Dengan tatapan senang, Keira dengan gesit menghindar dari serangannya. Kemudian kakinya yang ramping menendang punggung pria itu hingga tersungkur.
"Akh… sialan!"desisnya kesakitan, kekuatan tendangan wanita itu tidak main-main.
Mengambil belati dari tangan pria itu, Keira memutar-mutarnya di tangan. Tatapannya yang polos menatap tiga preman lainnya yang gemetar.
"Jadi siapa lagi yang mau bersenang-senang?"ucapnya lembut sembari tersenyum polos.
"Aku sudah lama tidak merenggangkan tulang-tulangku."
Melihat bawahannya sudah terkapar, bos itu menggertakan giginya penuh kebencian.
"Apa yang kalian lakukan berdiri diam, cepat bangun serang wanita itu!"
"Aku tidak percaya wanita lemah seperti itu bisa mengalahkan kami berlima."
"Baik Bos." Mereka berempat bersama-sama menyerang Keira.
Dengan senyum devil Keira tertawa terbahak-bahak.
"Bagus, ayo kemari serang aku!" Matanya yang berbinar melihat gerak-gerik mereka, dan tanpa menunggu lama dia langsung menghajar habis para preman itu tanpa ampun.
Melihat keganasan wanita itu dalam menghabisi semua bawahannya, tubuh bos itu gemetar ketakutan. Dia diam-diam mundur kebelakang ingin melarikan diri sebelum wanita itu menyadarinya.
"Sialan! jika aku tau akan seperti ini, seharusnya aku tolak saja permintaan wanita itu,"gerutu pria gemuk itu.
"Mau kemana?"
Mendengar suara dingin dari belakang, tubuh bos itu membeku, dia dengan kaku menoleh dan melihat sosok pria jangkung berdiri di belakangnya.
Arthur mencengkram leher pria gemuk yang akan melarikan diri. Lalu menyeretnya dan melemparkan ke depan Keira.
"Pria ini mencoba melarikan diri darimu." Arthur menatap wanita yang duduk di tumpukan manusia yang terkapar. Wajahnya yang cantik terdapat noda darah membuat dia terlihat seperti iblis yang keluar dari neraka. Dengan belati tajam yang dia mainkan di tangannya
"Kabur heh."
"Tidak! Nona maafkan saya, saya salah! saya seharusnya tidak menyerang Nona. Sa-saya hanya menuruti permintaan orang lain, Nona mohon maafkan saya." Pria gemuk itu berlutut dan bersujud di kaki Keira dengan tubuh yang gemetar ketakutan.
"Bangun! siapa yang menyuruhmu?" Keira menatap dingin pria itu.
"Sa-saya tidak tahu Nona, ta-tapi dari suaranya dia seorang perempuan." Pria gemuk itu menatap Keira dengan takut-takut.
Mendengar informasi yang tidak berguna Keira langsung mengusirnya.
"Ck, pergi!"
"Te-terima kasih Nona." pria itu langsung bangun dan berlari terbirit-birit.
"Kamu membiarkan dia pergi?"
"Tentu saja tidak." Keira melempar belati di tangannya ke arah punggung pria itu dengan tepat sasaran.
"Akh...."