Elena Rosalina adalah gadis desa lulusan sarjana yang berjuang untuk mendapatkan pekerjaan,harus menjatuhkan harga dirinya sebagai seorang cleaning service.tapi dia di pertemukan dengan seorang bos CEO Evan Mahendra ya notabennya adalah pemilik Skyline Corporation sebuah perusahaan besar yang di mana di situla Elena bekerja.Elena akhirnya di jadikan sekertaris oleh Evan,disanalah seorang Evan Mahendra baru pertama merasakan jatuh cinta dengan seorang gadis cantik dari desa.apakah hubungan mereka akan tetap berlanjut ...???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indaria_ria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 #Makan Malam Barsama bu Sindy
Baik Evan maupun Elana masih sama-sama canggung dengan apa yang baru saja mereka lakukan, mereka masih sama-sama terdiam. Mereka masih mengatur deru nafas mereka yang masih belum beraturan, tiba-tiba Evan dikagetkan dengan bunyi telepon dari ponselnya dengan segera dia melihat siapa yang menghubunginya "Ibu"
"Halo Ibu." ucap Evan menyapa Ibunya di ujung telepon.
"Halo Van, bisa kita bertemu malam ini?" tanya Bu Sindy pada Evan.
"Tentu saja Bu, Evan juga ada sesuatu yang akan Evan tanyakan pada Ibu?" Bu Sindy sebenarnya sudah menduga pasti Elena sudah menceritakan pada Evan perihal kedatangannya ke apartemen.
"Baiklah Ibu tunggu jam delapan malam Van!"
"Baik Bu, Evan pasti kesana!" Kemudian komunikasi mereka pun berakhir. Disana Elena sedari tadi mendengarkan percakapan Evan dengan Ibunya.
"Pak apa Bapak akan bertemu dengan Ibu Sindy, kalau begitu silahkan Pak sekarang sudah jam tujuh malam, Bapak segeralah agar Ibu Pak Evan tidak lama menunggu." ucap Elena yang tidak ingin Evan terlambat.
"Baiklah, saya akan segera berangkat, El...Maafkan saya atas kejadian barusan, "Saya sangat mencintaimu." ucap Evan yang meyakinkan pada Elena bahwa dia melakukan itu karena benar-benar sayang pada Elena.
"Saya juga mencintai Bapak." ucap Elena dengan menundukan wajah malunya, Evan pun sangat senang atas ucapan Elena.
"Kalau begitu saya pergi dulu, Oya...ini untukmu!" ucap Evan sambil memberikan sebuah black card untuk Elena.
"Apa ini Pak?" ucap Elena yang bingung, Evan pun tersenyum.
"Ini untukmu, kamu jangan menolaknya ya, kamu bisa menggunakannya untuk keperluanmu." Elena yang mendengarnya pun sungguh tak enak hati.
"Tapi Pak!" Evan pun segera mendekatinya.
"Kamu tidak boleh menolaknya!" Mau tidak mau Elena pun akhirnya menerimanya, walau pun mungkin dia tidak akan menggunakannya dia pun tak bisa menolak perintah Evan.
Evan pun akhirnya meninggalkan apartemennya, sebelumnya dia sudah menghubungi sopir pribadinya, Evan pun segera menyuruh sopirnya untuk menuju kerumah Ibunya.
Dirumah yang sangat megah itu Bu Sindy sudah menyiapkan makan malam untuk kedatangan Evan, tidak lupa Bu Sindy menyiapakan makanan kesukaan Evan. Tidak berselang lama Evan pun sudah sampai di rumah Ibunya, dia pun segera di sambut oleh Bu Sindy.
"Kamu sudah datang Van, Ibu sangat senang sekali kamu bisa menemui Ibu, malam ini kamu menginap disini ya?" ucap Bu Sindy yang memang sangat merindukan putra semata wayangnya.
"Baiklah Bu malam ini Evan akan menginap disini, besok pagi Evan berangkat kekantor dari sini." Ucap Evan pada Ibunya, Ibunya pun sangat senang mendengarnya.
"Baiklah kalau begitu kamu bersih-bersih dulu, setelah itu Ibu tunggu kamu di ruang makan, kita akan makan bersama!" ucap Bu Sindy.
Evan pun segera menuju kekamarnya disana tempatnya pun masih sama seperti dulu waktu Evan masih tinggal bersama Ibunya, Bu Sindy memang sengaja tidak merubah tata ruang kamar Evan, dia sengaja membiarkannya agar tidak berubah sama sekali.
Disana Evan pun segera mandi, di sela-sela mandinya Evan masih teringat dengan kejadian yang ia lakukan dengan Elena. "El padahal baru saja aku dari sana tapi rasanya aku sangat rindu denganmu, aku ingin segera memilikimu." ucap Evan dalam hati. diapun masih senyum-senyum sendiri mengingat hal yang membuat darahnya berdesir.
Evan pun akhirnya selesai membersihkan badannya, dia pun bergegas menuju ruang makan, disana Ibunya sudah menunggunya dari tadi.
"Kamu sudah selesai?, Duduklah dekat Ibu dan kita akan makan!" perintah Ibu Sindy.
Akhirnya mereka pun sama-sama mulai makan Evan pun sungguh senang, sudah lama dia tidak pernah makan dirumahnya bersama Ibunya, dia jadi teringat lagi pada Elena.
Di sela-sela makan Bu Sindy pun mulai berbicara tentang perihal yang membuat akhir-akhir ini jadi beban Bu Sindy.
"Van boleh Ibu berbicara?" tanya Bu Sindy pada Evan, Evan pun hanya menganggukan kepalanya.
"Van apa kamu dan Elena sudah ada hubungan?" Tanya Bu Sindy yang membuat Evan jadi terbatuk setelah mendengar pertanyaan Ibunya.
"Ini minum dulu!" ucap Bu Sindy sambil menyodorkan satu gelas air untuk putranya.
"Benar bu aku dan Elena sudah menjalin hubungan." jawab Evan tegas, sebenarnya Bu Sindy pun sudah mengetahuinya.
"Apa kamu sangat menyukai Elena?" tanya Bu Sindy lagi.
"Tentu saja Bu, saya sangat nyaman dengan Elena, dialah wanita yang selama ini Evan cari." Bu Sindy yang mendengarnya pun sebenarnya sangat senang, tapi mengingat asal usul Elena yang tidak jelas membuat Bu Sindy berfikir ulang.
"Van sebenarnya Ibu sangat senang mendengarnya, tapi Ibu hanya ingin kamu mendapat pendamping yang jelas asal usulnya!" ucapan Ibunya membuat Evan menghentikan makannya.
"Ibu tau dalam hal ini Elena tidak salah, dia tidak bisa memilih untuk tidak dilahirkan bukan?, kalau masalah asal usulnya nanti Evan akan selidiki siapa orang tua Elena. Untuk saat ini Evan harap Ibu jangan menghawatirkan hubungan aku dan Elena!"
Bu Sindy pun hanya bisa menarik nafas berat, dia pun sebenarnya sudah menyelidiki siapa Elena, tapi tidak mendapatkan hasil yang baik, tapi disisi lain dia tidak ingin membuat putra satu-satunya patah hati.
"Baiklah...Kalau kamu mau mencari tau siapa orang tua Elena, kalau sudah jelas asal usulnya Ibu akan menerimanya dengan senang hati." ucapan Ibunya membuat Evan bahagia setidaknya Ibunya memberikan jalan restu untuk hubungannya dengan Elena.
"Terimakasih banyak Bu, aku tidak akan
Mengecewakan Ibu Elena orangnya sangat baik, bahkan dia tidak menuntut apa pun
pada Evan." Bu Sindy yang mendengarnya pun mulai tersentuh, pilihan Evan mungkin sudah yang terbaik.
**
Akhirnya pagi-pagi Evan pun berangkat ke kantor dari rumah Ibunya, dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Elena, dia tau kalau Elena akan masuk kantor hari ini.
Akhirnya Evan pun berpamitan pada Ibunya,
mobilnya pun melaju membelah pagi yang begitu sejuk dan berseri seperti hati Evan saat ini. Sopir Evan pun begitu senang melihat bosnya hari ini, entah ada apa dengan bosnya tidak seperti biasanya hari ini Pak Evan wajahnya berseri-seri.
Hanya satu jam perjalanan dari rumah Ibunya menuju ke kantor, semua karyawanya pun sudah menanti kedatangan bosnya. Disana Mario pun sudah menunggu bosnya di lobby untuk mengawal bosnya masuk.
Evan dan Mario pun akhirnya masuk, dan melintasi semua karyawan yang berbaris menyambutnya, mata Evan pun tak melihat keberadaan Elena disana, dia pun akhirnya tetap melangkahkan kakinya menuju ruangannya. Setelah masuk pun dia tidak menemukan keberadaan Elena dimejanya.
Mario yang mengikuti bosnya pun juga heran kenapa Elena juga belum datang, padahal jam masuk kerja sudah lewat. Akhirnya Evan pun meraih ponselnya dia segera mengubungi Elena.