Ayahnya Arumi terlilit hutang. Hal itu membuat sang ayah kena serangan jantung. Arumi tidak punya uang untuk membawa sang ayah berobat. Bahkan, rumah sebagai jaminan sudah ditarik rentenir. Dalam keadaan sulit itu, seorang dokter wanita menawarkan bantuan kepada Arumi. Akan membiayai pengobatan sang ayah, asal Arumi mau menikah dengan ayahnya yang sedang sakit.
Tidak ada pilihan lain, dalam keadaan terpaksa Arumi menerima tawaran itu, walau sebenarnya ia masih ingin melanjutkan studynya.
Pernikahan Itu pun terlaksana, dan ia dikejutkan dengan kenyataan bahwa, pria yang ia sukai di pandangan pertama adalah anak dari pria tua yang menikahinya, tepatnya. Arumi menyukai anak tirinya.
Bagaimana kah kelanjutan kisah cinta terlarang itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febriliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ngeyel
"Iya... Siapa lagi...?" jawab nya santai. Duduk dengan kaki terbuka di atas ranjang nya Arum.
Arum dibuat syok mendapati Dimas ada di ruangan nya. Kenapa pria ini datang ke rumah nya. Dan dari mana dia tahu rumahnya Arum.
"Nya, ngapa, ngapain kamu di, disini?" tanya Arum tergagap.
Kehadiran Dimas di kamarnya tentu membuat nya ketakutan. Apa lagi tatapannya Dimas tidak terlihat bersahabat kepadanya
"Kirain kamu Gak kenal aku lagi." Jawab Dimas santai. Kini ia bangkit dari duduk nya. Berjalan pelan ke arah Arum, saat ini posisi Arum membelakangi pintu kamar.
Arum yang ketakutan terlihat tidak tenang. Wajah nya yang putih memucat sudah. Ia takut, Dimas akan membunuhnya. Bisa saja ia dan Bu Dewi sekongkol untuk melenyapkannya.
"Ka, kamu mau apa?" Arum yang juga ikut memundurkan langkahnya, kini terpojok di daun pintu. Ia pegangi kusen pintu dengan tubuh gemetar. kepanikannya membuatnya jadi salah ambil tindakan. Harus nya ia cepat melarikan diri.
"Mau kamu!" ujar Dimas dengan tatapan misterius.
"Ma, mau aku?" tanya Arum tergagap menatap heran Dimas.
Dimas mengangguk pelan, ia terus menyeret kaki nya ke arah Arum. Melihat keadaan sudah tidak aman. Arum merasa perlu meminta pertolongan.
"To... Tolong.. Pak... Pak Dandy.. Tolong...!" ujar Arum histeris.
"Astaga... Arum...!"
Graapp..
Dalam satu kali gerakan kini wanita itu sudah dalam gendongan Dimas. Ia bahkan ditandu di bahunya Dimas.
"Dimas.. Kamu... Lepas....!" Teriak Arum, berusaha lepas dari gendongan Dimas.
Bbrrak...
Pintu tertutupi dan dengan cepat Dimas kunci.
"Kamu, kamu mau apa? jangan semena-mena padaku. Aku juga orang berkuasa saat ini. Kamu bisa ku jebloskan ke penjara.." Ujar Arum histeris, menendang nendang Dimas dan memukul mukul garam punggung pria itu.
Dimas yang terpancing menjatuhkan tubuhnya Arum di atas ranjang. Seketika Arum bergerak menjauh dari Dimas, yang kini ada di atas tubuhnya.
"Lepas....!" tapi, Dimas malah menarik kaki nya Arum. Arum yang kesal menendang kuat Dimas
"Aauuww...!" Dimas kini memegangi kejantanannya. Tendangan Arum lumayan kuat.
Braakk...
"Arum.... Tega Kamu!" keluh Dimas, terduduk lemas di sofa sudut dengan memegangi miliknya yang baru saja di tendang oleh Arum.
Arum bergegas bangkit dari atas ranjang. Ia terlihat kacau sekali saat ini. Ia rapikan rambut dan pakaiannya. Kemudian mengambil ponselnya. Ia kan menghubungi pak satpamnya.
"Kita selesaikan masalah kita, aku tidak mau mencelakaimu. Jangan panggil satpam atau polisi!"
Deg
Arum sangat terkejut mendengar ucapan Dimas. Ia batalkan niatnya untuk menelpon satpam. Dan ia pun melirik Dimas yang terlihat sedih..
"Aku tidak ada masalah dengan kalian, dulu dan sekarang!" Sahut Arum tegas menatap Dimas. Yang kini terlihat sudah tidak kesakitan lagi.
"Iya, kamu tidak ada salah. Kami yang banyak salah kepadamu!" ujar Dimas lembut penuh penghahatan.
Arum terharu akan pengakuan nya Dimas. Ia membuang pandangan. Karena ia sudah tidak bisa menahan diri untuk menangis.
"Aku sudah maaf kan kalian semua. Jadi, ku mohon pergilah. Jangan usik hidupku lagi!" ujar Arum masih tidak mau menatap Dimas. Rasanya memalukan sekali jika menangis di hadapan pria itu.
Hening...
Hal itu membuat Arum penasaran, ia pun berbalik badan, ingin tahu kenapa Dimas malah diam. Biasanya pria itu selalu nyerocos berdebat denganya
Haahh..
Arum yang terkejut dengan cepat menutup mulutnya yang menganga. Ia tidak percaya dengan apa yang dilakukan Dimas saat ini. Pria itu kini berlutut di hadapannya dengan satu kaki nya menjulur ke belakang, dengan sebuah kotak beludru meriah berisi cincin ada di tangan nya.
"Menikahlah dengan ku?" ujar Dimas dengan tulus dan penuh harap.
Haahh...
Ingin Rosa nya Arum menertawakan Dimas. Mana mungkin ia menikah dengan anak diri nya. Tapi, Arum adalah wanita yang baik dan sabar. Dia harus bisa bersikap baik.
"Jangan gila kamu Dimas. Sudahlah kamu lebih baik pulang saja." Jawab Arum tegas. Ia menjauh dari hadapan Dimas.
"Aku tidak gila!"
"Kamu gila, aku ini ibu tirimu!" teriak Arum, kesabarannya Habiba sudah. Lagi pula untuk apa dia menikah dengan Dimas, sekali pun ia bukan. ibu tirinya Dimas. Nyonya Dewi sangat membencinya.
"Aku melakukan ini, karena aku tidak melanggar hukuman apa pun. Aku tidak melanggar syariat di agama kita!" ujar Dimas lembut, tatapannya masih memelas pada Arum.
"Aku ini ibu tirimu. Dalam hukum agama kita. Dilarang seorang anak tiri menikah ibu tirinya. Walaupun ibu tirinya itu belum melakukan hubungan badan dengan suaminya. Haram dan tidak sah jika seseorang menikahi ibu tirinya karena masih termasuk mahram dalam ajaran agama kita." Jelas Arum garam kepada Dimas yang masih bertekuk lutut di hadapan nya.
Dimas tersenyum tipis.
"Gila..!" Arum kesal melihat ekspresi santai nya Arum.
"Mahram, kamu bukan mahramku Arum."
"Haahh.. Aduh, jangan ngacoh deh pak. Aku, mau hidup tenang. Bapak pulang saja sana. Masih banyak wanita yang mau dengan bapak. Dan saya juga masih banyak pria yang mau denganku. Gak usah dipaksakan, kita ini tidak boleh menikah. Titik..!" ujar Arum berjalan ke arah pintu. "Keluarlah... Sebelum aku lapor ke kantor polisi."
Arum menunjuk pintu.