NovelToon NovelToon
Misteri Desa Lagan

Misteri Desa Lagan

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Hantu / Tumbal
Popularitas:534
Nilai: 5
Nama Author: rozh

Saddam dan teman-temannya pergi ke desa Lagan untuk praktek lapangan demi tugas sekolah. Namun, mereka segera menyadari bahwa desa itu dihantui oleh kekuatan gaib yang aneh dan menakutkan. Mereka harus mencari cara untuk menghadapi kekuatan gaib dan keluar dari desa itu dengan selamat. Apakah mereka dapat menemukan jalan keluar yang aman atau terjebak dalam desa itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rozh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17. Kesurupan

Mereka menggotong tubuh Agung ke dalam rumah, tepatnya di ruang tengah mereka letakkan.

"Vik, ambil minyak angin!" pinta Saddam.

Diro menutup pintu karena memang sudah jam setengah enam sore, sebentar lagi magrib.

Viko memberikan minyak kayu putih pada Saddam. Saddam mengambil minyak angin itu, mengoleskan di dada, di ujung hidung, jari tangan dan jari kaki Agung.

"Agung!" Saddam terus memanggil manggil namanya.

"Agung!" Memanggil sambil memijat tangan Agung, menepuk pelan wajahnya, menciumkan botol minyak kayu putih itu ke hidungnya.

"Agung! Gung!"

Perlahan, mata Agung pun terbuka. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Duduklah perlahan." Saddam membantu mendudukkan Agung. "Tolong ambilkan air, Dir!" Agung meminta segelas air pada Diro.

"Ini." Diro memberikan segelas air dan meminumkannya ke Agung.

"Pelan-pelan," ucapnya pada Agung.

Agung meneguk segelas air putih itu sampai tandas, matanya mencuri lihat dengan takut-takut ke arah pohon mangga tadi lagi, karena masih bisa terlihat dari celah jendela. Untungnya, tak ada lagi penampakan yang menyeramkan di sana.

"Sudah, jangan celingak-celinguk dulu." Viko menghalangi pandangan Agung dengan tubuhnya.

"Viko, Saddam, aku takut banget." Agung memegang tangan Viko dan Saddam.

"Takut kenapa Gung? Emangnya kamu lihat apa sih?" Diro melihat sekeliling, bahkan menoleh juga ke arah pohon mangga, dimana tadi Agung pingsan setelah melihat pohon mangga.

"Sekarang memang sudah tidak tampak apa-apa lagi, Diro. Akan tetapi, tadi aku melihat jelas sosok wanita berlumuran darah di pohon mangga itu," urai Agung.

Deg! Saddam, Viko dan Diro terkejut.

Diro melompat langsung mendekat ke arah Saddam.

"Jangan nakutin gitu Gung!" Diro berseru.

"Buat apa aku nakutin. Aku bicara beneran, makanya aku sampai pingsan gini saking terkejutnya."

Tiba-tiba, Agung menoleh ke lorong jalan arah ke dapur, dimana lorong-lorong ke dapur itu melewati lorong kamar. Dia kembali teringat kejadian beberapa waktu lalu, dimana dia pingsan dan terkunci di dalam kamar nomor tiga.

"Kalian ingat, saat aku terkurung di kamar nomor tiga?" Agung berkata dan menatap ketiga temannya secara bergantian.

"Ingat," jawab Diro dan Viko serempak, sementara Saddam hanya mengangguk.

"Wajah wanita yang aku lihat itu, mirip sekali dengan yang aku lihat di kamar nomor tiga, mirip sekali dengan foto yang ada di meja televisi Nek Raisyah da—"

Tang! Terdengar suara jatuh ke lantai, menghentikan ucapan Agung dan membuat semuanya terkejut.

Saddam berdiri dan melihat jika foto di televisi itu jatuh dengan sendirinya. Saddam berjalan ke depan.

"Dam!" Viko memanggil.

"Tidak apa-apa," jawab Saddam, lalu dia meletakkan foto itu di meja dekat televisi kembali, namun dalam posisi menelungkup. "Seperti ini saja, biar tidak terjatuh lagi, mungkin terhembus angin kencang, makanya jatuh." Saddam berkata sendiri pada foto itu, lalu kembali lagi ke arah Agung dan lainnya.

"Aku jadi makin takut!" Diro mengelus tengkuk, bulu tangannya meremang.

"Gung, kau yakin yang terlihat olehmu sama bentuknya?" Saddam bertanya setelah duduk di hadapan Agung.

"Dam, jangan nanya aneh-aneh lagi. Aku beneran takut banget!" Wajah Diro mulai cemas. Dia semakin menempel duduk ke arah Viko dan Agung, dia duduk diantara mereka berdua.

"Iya, Dam. Beberapa waktu lalu, aku memang berpikir ini mimpi, tapi beberapa kali aku merasa aneh, apalagi aku dengan jelas melihatnya tadi, berlumuran darah tubuhnya, wajahnya bersih dan jelas sekali, Dam," terang Agung.

Saddam mengangguk, sedangkan Diro ketakutan, dan Viko tampak berpikir.

"Apa kalian berdua pernah melihat juga, atau pernah melihat penampakan juga?" Saddam menatap Viko dan Diro.

"Tidak," jawab Diro dan Viko.

"Apa kamu juga pernah melihatnya, Dam? tanya Viko, Diro dan Agung pun menatap Saddam penasaran.

"Ya, pernah, tapi beda wajah."

Deg! Diro langsung melompat takut. "Dam, kau juga pernah melihat. Sumpah, aku takut banget sekarang!" Diro sampai gemetar.

"Seperti apa, Dam?" tanya Viko.

"Hm, pertama kali aku lihat di kuburan kemarin," jawab Saddam.

"Saat melihat kuburan berpagar itu?" Mereka bertiga bertanya serempak.

"Sebelumnya, saat kita masih di rumah Tante Sita itu, aku sudah merasa aneh, sampai di kuburan aku melihat ada yang berdiri diam dari jauh. Makanya, aku bertanya pada Bang Irul dan mendekat ke sana."

"Jadi, pas di kuburan itu ... Hantu itu ada di sana?" Diro berwajah tegang. Saddam mengangguk.

"Anjir! Kau kok gak ngomong Dam!" Diro mengelus tengkuknya, merinding sekali.

"Kalau aku kasih tahu kalian, kalian pasti akan ketakutan. Setelah dari kuburan, wanita itu terus terlihat, bahkan dia sampai halaman depan," lanjut Saddam.

"Apa! Diro semakin ketakutan. "Dam, Viko, kita harus segera hubungi Bu Anisa. Aku nggak mau mati kesurupan atau gimana-gimana, sumpah!" Diro berkata menggebu-gebu.

Tiba-tiba, Agung menoleh ke belakang, terus terdiam lama.

"Gung!" Diro menatap Agung dan juga menoleh ke belakang ke arah lorong kamar, dimana Agung melihat. Namun, Diro tidak melihat apapun.

"Gung, kau lihat apa?" tanya Diro.

"Agung!" Saddam dan Viko juga memanggilnya.

Agung menoleh ke arah mereka dengan tatapan kosong, lalu kejang-kejang.

"Gung!" Diro terkejut. Dia langsung berdiri. Saddam dan Viko langsung memegang ke dua tangan Agung.

"Agung!" Panggil Viko.

"Gung, kamu kenapa?" Diro kembali berjongkok dan menatap Agung yang kejang-kejang.

"Saddam, Viko, Agung kenapa ini!" Diro cemas sekali.

"Tenanglah Diro! Aku akan menelfon Bang Irul dulu, Dam." Viko berkata dan langsung mengambil ponsel di kantongnya, langsung menelfon Bang Irul.

Saddam mengambil minyak kayu putih dan mengoleskan kembali ke jari jari tangan Agung yang mulai menjadi kaku dengan jari tangan menekuk seperti membuat cakaran.

"Agung!" Diro meringis takut, wajah Agung datar dengan tatapan lurus menyeramkan.

Saddam membaca ayat kursi dengan nyaring, nyaris berteriak, mengusap wajah Agung terus menerus. Diro juga membaca alfatihah dan ayat pendek sambil menggigil ketakutan.

[Iya Bang. Tiba-tiba, baru saja. Iya, mohon ya Bang] Viko sedikit menjauh beberapa langkah saat berbicara dengan Bang Irul di telfon, dia mengatakan jika Agung tiba-tiba pingsan dan kini kejang-kejang seperti orang kesurupan, dia juga memberitahu jika Nek Raisyah tidak ada di rumah saat ini.

Viko berjalan kembali dekat Saddam dan memegang kedua kaki Agung sambil membaca ayat kursi juga.

"Sebentar lagi Bang Irul dan Pak Thalib akan datang," kata Viko.

Saddam mengangguk.

Agung duduk dengan kekuatan, lalu menepis tangan Saddam, juga menendangkan kakinya, hingga tangan Saddam dan Viko terlepas.

"Aaaaa!" Diro berteriak, hingga sempat berlari ke arah dinding ruang tengah, takut saat Agung terlepas, berdiri dan melotot menyeramkan.

"Pegang lagi, Viko!" Saddam berseru karena Agung tampak hendak pergi.

"Pegang dengan kuat, Viko. Diro, ayo bantu pegang kaki Agung. Sini!" Saddam sedikit menghardik pada Diro yang ketakutan.

"Diro takut Gung, aku bisa kok!" Viko langsung membalik dan menindih Agung. Saddam membuka jaket yang dia pakai, lalu mengikat kaki Agung.

Saddam memegang tubuh Agung berdua dengan Viko penuh perjuangan.

Brak!" Mereka berdua terhempas, Agung memiliki kekuatan yang aneh, dia sangat kuat.

"Aaaaa!" Diro berteriak semakin ketakutan, saat Agung merangkak ke arahnya yang sudah terpojok ke dinding.

Grrrrt! Dengan tubuh gemetar, Diro bahkan sampai pipis di celana dan jatuh terkulai lemas, pingsan karena terlalu takut.

1
Ubii
Sebenarnya gadis di foto itu siapa ya? kok muncul terus/Speechless/
Ubii
rarww /Skull/
Ubii
merinding, gak bisa bayangin /Sweat/
Ubii
keren ceritanya, dari sekian banyak yang aku baca, ini sangat menarik /Angry/ aku tunggu kelanjutannya ya!
Rozh: Oke, terimakasih, semoga suka dan terhibur sampai cerita ini tamat 🌹
total 1 replies
Ubii
lagi tegang-tegangnya malah di bikin ngakak/Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!