Vivian Lian di hidupkan kembali setelah mendapatkan pengkhianatan dari suaminya dan adik tirinya. Di kehidupan lalu, dia mempercayai ibu tirinya dan adik tirinya hingga berakhir mengenaskan. Dia pun melakukan cinta semalam dengan calon tunangan adik tirinya hingga mengandung anak sang CEO demi membalaskan rasa sakit hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keterdiamannya
"Nenek aku sedang si ..." Anderson menghentikan ucapannya saat melihat Elina berada di depan sang nenek.
Wanita itu beranjak dari sofa dan berhambur memeluk Anderson. "Anderson, aku takut."
"Jadi selama ini yang kau lakukan." Nenek Amel merasa hidupnya menyedihkan, ia melakukan segala cara agar cucunya mendapatkan istri yang lebih baik, tetapi semuanya ia merasa sia-sia. Kerja kerasnaya selama ini sia-sia.
"Hah." Nenek Amel menghembuskan nafas kasarnya. Melihat cucunya memeluk Elina ia merasa melihat masa lalu mereka.
"Nenek aku bisa jelaskan." Anderson ingin menjelaskan semuanya, namun nenek Amel memilih memalingkan wajahnya.
"Anderson, maafkan aku. Aku menerima uang dari nenek karena saat itu aku krisis uang dan nenek Amel menyuruh ku pergi dari hidup mu." Tubuh Elina merosot, ia memegang sebelah kaki Elina.
Kening Anderson mengernyit, "Nenek memberi mu uang dan menyuruh mu pergi?" ulangnya, ia merasa tidak percaya jika neneknya melakukan itu.
Anderson membantu Elina berdiri, dan kemudian melihat ke arah sang nenek. "Apa maksud perkataannya, Nek. Katakan kalau semua itu tidak benar?" tanya Anderson. Dia sama sekali tidak percaya.
"Apa yang dikatakannya benar, aku memang menyuruhnya pergi karena dia memilih uang."
Kedua mata Anderson memerah, sadarkah apa yang di lakukannya telah membuat dirinya menjadi gila karena kehilangan Elina. "Nek, aku, aku .. Kenapa kau melakukannya? Padahal kami saling mencintai waktu itu."
"Dia memilih uang jadi aku menyuruhnya pergi," ucap nenek Amel. Dia wanita yang tegas, jika salah ia akan mengakui dan jika benar ia akan mengakuinya. "Tetapi yang membuat ku kecewa, kau memperlakukannya sangat baik melebihi istri mu sendiri."
"Nenek! Nenek menuduh ku? Padahal jelas sekali nenek yang salah."
Nenek Amel menatap kedua mata Anderson, kedua netra cucunya itu terlihat marah dan sedih, tapi ia melakukan semuanya ia ingin cucunya mendapatkan istri yang baik. "Lalu sekarang kau mau bagaimana? Kau mau memilih Elina atau kau Vivian. Jika kau memilih Elina biarkan Vivian pergi."
"Nenek tidak perlu ikut campur urusan ku. Aku kecewa pada Nenek. Ayo Elina kita pergi."
Nenek Amel memejamkan kedua matanya, air matanya mengalir. Ia tidak akan mencegah apa yang di lakukan oleh cucu bodohnya itu. "Sekarang kau mempercayainya daripada nenek Anderson."
Nenek Amel memiliki firasat yang tidak enak, mungkin akan terjadi badai di rumah tangga mereka.
....
"Anderson." Sapa Elina. Sejak tadi pria di sampingnya hanya fokus menyetir dan tidak mengeluarkan suara sedikit pun. Ia sangat takut Anderson marah padanya.
"Anderson, maafkan aku." Elina berkata lirih.
Anderson menoleh, ia tidak tau masa lalunya ternyata semenyedihkan ini. "Kenapa kau menerima uang dari nenek?"
"Maafkan aku Anderson." Elina memegang lengan Anderson. "Aku terpaksa dan aku terdesak."
Anderson menekan kemarahannya. Kedua bibirnya bergetar. "Kita bisa mencari jalan keluarnya dan kau tau mempercayai ku?"
Elina menangis teresedu-sedu. "Aku mohon maafkan aku."
Anderson memarkirkan mobilnya di basemant. "Keluarlah, aku ingin menenangkan pikiran ku."
Elina tersenyum, ia yakin Anderson tidak akan meninggalkannya lagi. "Jangan tinggalkan aku, aku ingin bertanya, adakah aku di hati mu walau sedikit?"
Anderson tidak menjawab, pikirannya kacau, apalagi hatinya yang seperti asap hitam. Keterdiamannya membuat Elina mengerti. Tetapi ia tidak akan menyerah untuk mendapatkan pria ini. Ia tidak ingin melakukan kesalahan yang sama.