Pernikahan Sementara

Farrell berpikir ulang untuk memberi tahu langsung tentang surat perjanjian itu pada Wira Tama, Mungkin lebih baik berbicara empat mata terlebih dahulu dengan Algi.

"Ma, biar kan farell urus masalah ini. Mama jaga rahasia ini terlebih dahulu sampai keadaannya tepat. kita akan bongkar semua nya !"

"hm, kenapa tidak langsung saja rell...?"

tanya Dewinta tak paham dengan apa yang ada di pikiran Farrel.

"sudah lah Mama ikut saran farell Saja dulu !"

Dewinta mengangguk.

Farrell menoleh ke arah Ponselnya yang berdering, Sang papah, Ramlan menghubungi nya.

"Farrell Nanti malam kita akan bertemu dengan putri nya pak Ardian, luangkan lah waktu mu !"

Ujar nya di seberang membuat Farrell termangu, kesempatan bersama Salwa berada di depan mata dan sekarang sang ayah memintanya untuk bertemu dengan seseorang yang hendak di jodohkan dengan nya, Farell tak menjawab dan Ramlan langsung mematikan sambungan telepon nya.

"Ada apa rell?"

tanya Dewinta memindai wajah Farrell tampak berpikir.

"papah yang telpon Ma.....!"

farrell menceritakan tentang rencana perjodohan yang sudah di ketahui oleh Dewinta.

"Oh, ya Mama dukung papa mu rell, kau tahu pak Ardian itu orang kaya juga seperti kita, kelak kita Bisa bekerja sama dalam berbisnis kalau kamu menikah dengan anak nya !"

ujar Dewinta senyum lalu pergi meninggalkan farrell sendiri.

Pagi.....

Salwa masih terjaga hingga pagi, ia tidak bisa tidur karena teringat terus dengan algi, ia terbiasa dalam dekapan pria itu dan saat ini semua terasa kosong dan hampa tanpa kehadiran nya.

Salwa menoleh pada pintu yang terbuka, Ardian masuk ke dalam kamar membawa sebuah paper bag.

"Bersiap lah nanti malam Ayah jemput kamu, sebentar lagi pelayanan datang membawa makanan...."

Ujar Ardian lalu pergi tanpa menunggu Salwa menyahut.

Salwa tertegun sendiri menatap paper bag berwarna Coklat, entah apa isinya Salwa penasaran dan mulai mengambil isi dalam paper bag tersebut.

Salwa termangu melihat dress cantik berwarna toska serta kerudung nya, di tambah dengan peralatan makeup dan sedikit aksesoris.

Salwa menghela nafas panjang, Ia berpikir kalau Sang ayah hendak mengajak nya makan malam dan entah apa rencananya Salwa sendiri belum tahu.

Seseorang terdengar membuka pintu, seorang pelayan masuk membawa sarapan untuk nya.

"silahkan di nikmati, kami akan kembali satu jam yang akan datang..."

lagi lagi Salwa bungkam, Ia tidak berselera untuk makan, saat ini ia hanya ingin bertemu dengan suaminya.

Salsa menatap beberapa makanan yang menggugah selera, seperti nya enak tercium dari wanginya, tapi akan lebih enak jika ia tidak sendirian.

Salwa menyeka air matanya, Rasa rindu itu kian terasa membuncah dalam dada hingga membuat sesak.

Salwa beranjak dari duduknya lalu meninggalkan makanan itu, bagaimana caranya menghubungi algi? entah algi masih di Bandung atau sudah pulang ke Jakarta.

Salwa kembali meringkuk di ranjang, terlihat gerimis mulai turun.

lama kelamaan ia memejamkan mata nya karena mengantuk, semalaman ia terus terjaga dan pagi ini ia merasa lelah kemudian terlelap.

*

Asri tertegun sendiri di meja makan, rencananya gagal membawa Salwa pergi, Semalam Ia tidak berhasil menemukan putri nya itu, entah kemana Salwa pergi?

"sudah Bu, jangan memikirkan terus kak Anisa, dia sudah memilih jalan hidup nya sendiri. kita tidak bisa memaksa atau menekan nya!"

ujar Angga memberikan nasihat untuk sang ibu.

"ya, ibu tahu tapi semua itu tak mudah !"

"ya, Angga paham...kita hanya perlu untuk sabar dan ikhlas, lapang dengan semua yang terjadi dalam kehidupan kita !"

Aden senyum mendengar sulung nya berbicara, Angga memang tumbuh menjadi anak yang baik, ia juga selalu bersikap rendah hati.

"ya, Bu... ayah sudah menyuruh seseorang mencari Anisa ! ibu sabar saja !"

Asri mengangguk lemas, kemudian pamit ke kamar untuk beristirahat.

Ia merebahkan diri di ranjang sembari menatap langit langit kamar, terbayang wajah cantik Salwa yang tengah tertawa, ia menjadi kesayangan pada masanya, Saat ini juga asri sangat menyayanginya dan tidak rela Putri nya itu menikah dengan anak dari perempuan yang sudah menghancurkan semua nya.

***

Algi pulang ke rumah dan tidak mendapati sang kakek, pria tua itu tengah pergi ke luar negeri dengan urusan bisnis nya, Algi sendiri tidak mengetahui hal itu, pembantu mengatakan sang kakek pergi kemarin sore.

"jadi gimana Al, rencana Lo ?"

Algi terdiam saat melihat farell turun dari tangga menggunakan jas kebesaran nya.

"Mana Salwa ?"

Tanya Farrell memindai wajah algi tampak kusut.

"ngapain tanyain Salwa ?"

sergah algi tak suka farrell menanyakan perihal istri nya itu.

"hm, emang kenapa kalau gue tanya Salwa ?"

"ya, aneh aja Lo tiba tiba datang tanya istri gue gitu !"

Farrell malahan terkekeh menanggapi penuturan Algi.

"Istri sementara waktu, gue udah tahu !"

jawab farrell lalu pergi meninggalkan algi yang mematung sendiri mencerna ucapan farrell.

"maksud Lo apa ?"

Tanya algi menghentikan langkah Farell yang hendak keluar dari rumah.

"pikir aja sendiri !"

jawab farell seketika membuat Algi geram lalu mengepalkan tangannya.

"udah Al, jangan kepancing emosi !"

Sahut Roy mengajak Algi untuk duduk lagi.

"Udah biarkan saja, ada hal yang lebih penting lagi dari pada ngurusin sepupu Lo itu !"

Algi bungkam, Ia benar benar pusing dan tidak tahu harus bagaimana sementara Sang kakek tengah keluar.

"kita balik lagi ke Bandung aja, gue harus bawa Salwa pulang !"

"Terus kerjaan Lo gimana ? kita ke kantor aja dulu, siangan deh kita balik ke Bandung"

Saran dari Roy karena mereka juga memiliki pekerjaan yang harus di urus.

"ya sudah gue mandi dulu !"

Algi naik ke atas kamar nya, Ia harus bersiap untuk pergi ke kantor meskipun benak nya tak henti hentinya memikirkan Salwa.

Algi tertegun masuk ke dalam kamar tersebut, bayangan Salwa menyambut nya pulang begitu kentara di pelupuk mata, bagaimana senyum nya menghias wajah nya yang cantik dan polos tanpa make up namun mampu menggetarkan hati nya yang kosong.

Algi melangkah dengan gontai, ia lemas seperti tidak memiliki tenaga tanpa Salwa di dekat nya.

semalam ia juga tidak bisa tidur karena cemas dengan keadaan Salwa, Sekarang ia hilang kontak dan entah bagaimana caranya menghubungi Istri nya itu ?

"bang, Salwa enggak mau jauh dari kamu...!"

itu adalah ucapan terakhir pagi kemarin sebelum mereka menemui Asri, ia juga tidak mau jauh dari Salwa tapi keadaan begitu mendesak, algi tidak menyangka Bu Asri langsung bertindak memisahkan ia dan Salwa tanpa mencari tahu kepastian nya terlebih dahulu.

benarkah sang ibu menjadi dalang atas hancur nya rumah tangga Ibu asri dan ayah Salwa ?

Algi tak pernah mendengar cerita apapun.

bersambung...