"Mas Dani, apa yang kamu lakukan?" Tanya Ita saat masuk ke dalam rumah.
Betapa kaget nya Ita saat melihat sang suami tengah bermesraan dengan wanita lain di rumah mereka, lebih tepat nya tetangga baru samping rumah mereka.
"I-ita ..." Ucap Dani gugup.
"Permisi saya mau pulang saja dulu mas" ucap wanita itu sambil berlalu keluar rumah. Namun, Ita mencegah nya agar ia tetap duduk di dalam rumah.
"Mau kemana kamu pelakor?"
"Heh jaga ucapanmu itu ya, aku bukan pelakor."
"Kalau bukan pelakor lalu apa namanya yang bermesraan dengan suami orang lain?"
"Kamu tanya saja sama suami mu itu, siapa aku sebenarnya."
Ita langsung menoleh ke arah Dani seolah meminta penjelasan dari nya, namun bukan penjelasan yang ia dapat melainkan perlakuan kasar dari Dani.
"Ayok kita bicara kan di dalam kamar saja, Dina kamu pulang saja ke rumah mu."
"Baik lah mas, dadah sayang."
Ita di seret hingga masuk ke dalam kamar, setelah di dalam kamar ia di banting di atas kasur dengan sangat keras oleh Dani.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
"Ee ... Bukan siapa-siapa sayang, kamu kenapa bangun?" Tanya ku mengalih kan pembicaraan.
"Aku kebelet pipis dan melihat mu tidak ada di samping ku, makanya aku cari eh tahu nya kamu di sini lagi nelfon yang entah dengan siapa."
"Itu aku tadi lagi nelfon dengan rekan kerja membicarakan untuk besok katanya di tambah waktu nya hingga dua Minggu sayang, tapi aku minta satu Minggu saja."
"Oh lalu kenapa kamu meneflon nya jauh sekali?"
"Aku tidak mau menganggu tidur mu karena berisik oleh suara ku."
"Oh ya sudah tidur lah, besok kamu berangkat bukan?"
"Ayok kita tidur, apa kamu mau sekali lagi?"
"Hmm ..."
"Kenapa sayang? Apa masih lelah?"
"Ah tidak, lebih baik kita langsung tidur saja." Tolak Dina.
Dina menolak nya lantaran masih terasa perih di **** ********** nya akibat melayani pak RT siang tadi, di tambah lagi melayani sang suami hingga larut malam seperti ini.
Dani tidak pernah curiga dengan sang istri karena dia juga tidak terlalu peduli lagi dengan Dina, karena sekarang ia sudah memiliki kekasih baru yaitu Bella yang sedang mengandung anak nya itu.
Keesokan harinya ...
Dani berpamitan pergi menggunakan mobil milik Bella, ia berpamitan dengan Dina di depan pintu dan tak lupa juga ia memberikan uang senilai sepuluh juta untuk menutup mulut nya agar tidak menelfon Dani terus menerus saat bekerja atau bahkan saat dengan Bella.
Karena hal itu membuat nya sangat risih, di depan rumah sedang banyak ibu-ibu yang berbelanja pun sontak bersorak melihat kemesraan yang di pamerkan oleh Dani dan Dina.
Setelah berpamitan ia melajukan mobilnya menuju kantor dan bersiap pergi ke luar kota bersama rekan-rekan nya yang lain. Memang saat ini bisnis dan pekerjaan nya masih terbilang cukup wah, tetapi jika Dani terus menerus menggatal kemungkinan karma akan jauh lebih cepat menghampiri nya.
"Wihh suami beristri dua muka nya cerah amat," ucap Anton.
"Apa sih?"
"Iya lah cerah wong kemarin di gempur habis-habisan sampe telfon gue pun kagak di jawab nya."
"Ah gue jawab ko."
"Iya jawab tapi dengan ah uh ah uh, apaan!"
"Ha ha ha," mereka semua tergelak tawak mendengar ocehan Anton.
Pukul sepuluh tiba waktu nya Dani dan rekan-rekan yang lainnya berangkat, namun ia dan sang bos memesan satu kamar berukuran keluarga.
Satu jam perjalanan yang mereka tempuh akhir nya sampai di kota Surabaya, mereka langsung beristirahat di kamar namun sebelum itu mereka di buat heran dengan kelakuan sang bos karena hanya memesan satu kamar. Sedang kan di antara mereka ada satu wanita yaitu sang asisten bos.
"Loh ko kita satu kamar bos?"
"Iya, untuk beristirahat saja satu kamar dulu. Kemarin asisten saya tidak sempat memesan nya karena sudah penuh. Tapi mungkin nanti akan ada yang kosong dan kalian langsung cek in saja dengan atas nama saya."
"Oh begitu ya, makasih lah kalau begitu."
Mereka beristirahat bersama di dalam satu ruangan, ada rasa risih yang menyelimuti hati mereka karena melihat gaya sang asisten yang begitu menggoda. Dani menjadi teringat dengan Bella dan Dina, ingin rasanya ia menelfon kedua nya untuk menghilang kan semua itu.
"Kenapa lihat-lihat?" Tanya nya.
"Kamu itu loh pake rok ko rendah sekali, apa kamu tidak merasa risih dengan kami para laki-laki di sini?" Tanya Anton.
"Lah kenapa risih? Bukan kah kalian selalu melihat ku berpakaian seperti ini di kantor?"
"Tapi kali ini berbeda Maemunah, kita di dalam satu kamar dan apa kamu tidak takut jika kami menghujam mu?"
"Yee kenapa meski takut? Wong si bos aja enggak kenapa-napa."
"Aneh deh lo itu."
"Udah deh jangan urusin hidup aku, tuh urusin pusaka kalian yang sudah bangun. Aku mau tidur dulu."
Ia bangkit dari duduk nya dan masuk ke dalam kamar yang ada si bos di dalam nya. Aku dan Anton beradu pandang melihat ini, seketika kami merasakan firasat jika mereka bermain api di belakang sang istri.
Anton seolah tahu apa yang aku pikir kan, ia berbicara jika memang benar mereka bermain api. Pasal nya Anton pernah memergoki mereka sedang memadu kasih di sebuah parkiran mobil di pusat berbelanja ternama di kota ini.
"Yang bener aja lo kalau ngomong!"
"Dih ngapain aku bohong, asal lo tahu ya. Dia itu mantan si bos dulu waktu kuliah, si bos kan nikah sama Bu bos itu karena perjodohan."
"Lo tahu-tahu aja masalah gituan,"
"Gue tahu lah bahkan lo sama si Dina pun matan kan?"
"Anj ... Lo ya, tahu dari mana?"
"Alah enggak perlu Lo tahu gue tahu dari mana, lebih baik kita dengerin aja mereka lagi ngapain yukk."
Aku dan Anton mendengar kan semua nya, dan benar saja yang di ucapkan Anton bahwa mereka sedang bermain gila di belakang Bu bos.
Saat tengah asyik mendengarkan tiba-tiba aku ingin meneflon Dina hanya untuk memastikan nya baik-baik saja, begitu juga dengan Bella aku meneflon kedua nya di waktu yang berbeda.
Aku menyuruh Dina di temani oleh adikku Yoga karena aku meras khawatir dengan nya tinggal di lingkungan baru dan seorang diri, jika Bella sudah ada bi inem yang menemani nya jadi aku tidak terlalu merasa khawatir dengan istri muda ku itu.
Setelah memastikan bahwa Dina aman aku kembali beristirahat karena sore nanti akan ada pertemuan dengan klien di restoran hotel.
"Kalian sudah cek in kamar? Tadi Sintya sudah menanyakan nya dan kata nya aman ada yang kosong tiga kamar."
"Oke pak kami akan pesan tiga kamar itu," ucap Anton.
"Siapa yang menyuruh mu memesan ketiga nya?"
"Lah kan sama dia."
"Asisten ku biar kan dengan ku di kamar ini, kalian pisah kamar kalau kalian mau satu kamar berdua pun tidak masalah. Dan kalian bisa jajan di kota ini, saya dengar kota ini begitu bebas kalian akan dengan mudah mendapatkan wanita yang kalian mau."
"Be-benar pak?" Tanya Anton.
"Ya benar. Sebenarnya kita di sini hanya tiga hari saja."
"Lalu?"
"Aku dan asisten ku sudah menikah siri sejak dua bulan lalu, aku tahu riwayat percintaan dan kenakalan kalian itu sebab nya aku mengajak kalian berdua. Dan asal kan kalian bisa tutup mulut maka kalian akan aku beri bonus yang dengan nominal tidak main-main."
"Wahh bisa di atur itu pak, tapi istri muda saya sedang hamil muda."
"Dia jauh, dan selama di sini bersenang-senang lah dulu."
"Ba-baik pak, kalau begitu saya pamit memesan kamar dua."
"Ya. Ingat jangan sampai bocor semua ini."
Aku dan Anton berlalu keluar kamar, di sepanjang jalan menuju loby kami tidak berhenti nya membicarakan semua ini. Hingga kami bertemu dengan seorang gadis cantik bernama Ria. Ia lebih dulu menyapa kami saat kami bertiga berada di dalam lift dan hanya ada kami saja.
"Hai om."
"Ya."
"Tadi saya dengar om sedang mencari pendamping saat berada di kota ini?"
"Ya."
"Oh ya, kenal kan dulu saya Ria. Kalau om mau boleh save nomor saya. Om bisa hubungi saya kapan pun om perlu, dan saya juga pastinya akan membawa teman untuk mendampingi om satu nya! Om berdua ini siapa namanya?"
"Oh saya Dani dan ini rekan saya Anton. Apa kamu sedang bercanda?"
"Tentu saja tidak, saya baru saja selesai bekerja."
"Oh, baiklah tulis kan nomor mu nanti akan kami hubungi."
Setelah menuliskan nomor telfon nya, kami berpisah dengan anak itu di lantai dua. Ia keluar di lantai tersebut sedang kan kamu langsung menuju loby.
"Ternyata memang mudah ya, dan."
"Iya benar, kalau begini aku akan betah di kota ini."
"Sialan Lo."
"Ha ha ha."
"Gimana kalau nanti malam kita coba pesan mereka?"
"Nanti malam ya?"
"Iya."
"Nanti gue coba deh, biasa nya kalau malam kedua bini gue suka rewel. Tapi nanti gue cari alasan saja gampang."
"Nah gitu dong, lagian Lo percaya emang sama bini tua Lo berduaan dengan adek lo di rumah?"
"Hah?"