Pernikahan Reynaldi dan Annisa awalnya harmonis. Namun, semuanya berubah di saat pernikahan mereka berusia lima tahun. Rumah tangganya berada di ujung tanduk. Hadirnya Viona sang mantan kekasih Reynaldi, membuat cintanya Reynaldi kepada sang istri menjadi goyah.
Perlahan sikap Reynaldi semakin berubah ke Annisa. Dia kerap menyakiti hati Annisa. Dia lebih memilih menghabiskan waktunya bersama Viona. Sampai suatu hari, Annisa melihat langsung suaminya bergandengan tangan dengan seorang wanita.
Apakah Annisa akan tetap mempertahankan rumah tangganya dengan Reynaldi, dengan menerima Viona sebagai madunya? Ataukah Annisa memilih bercerai, dan mencari kebahagiaannya sendiri? Bagaimana kisah perjalanan cinta Annisa selanjutnya? Ikuti kisahnya dalam karya "Hilangnya Cinta Suamiku."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SyaSyi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Program Hamil Anak Kedua
Setelah selesai makan, Reynaldi mengajak istrinya untuk berbincang. Nisa menyenderkan kepalanya di bahu suaminya. Mereka mesra seperti dulu. Saat Viona belum hadir di antara mereka.
"Yang, Khanza 'kan sekarang sudah berusia 4 tahun. Tahun depan 5 tahun. Bagaimana kalau kita menambah anak lagi. Aku kepingin punya anak laki-laki," ujar Reynaldi.
Nisa terdiam dan tampak berpikir sembari menatap ke arah suaminya.
"Kenapa? Masih belum yakin kalau aku sudah berubah? Masih curiga aku menjalin hubungan dengan wanita lain?" tanya Reynaldi ketus.
Nisa akhirnya terpikir, mungkin kehadiran anak kedua nantinya akan menambah kekuatan hubungan pernikahannya dengan sang suami. Hingga akhirnya mereka sepakat untuk menambah anak kembali.
Setelah berbincang, mereka memilih untuk masuk ke kamar untuk tidur. Bukan namanya Reynaldi kalau tidak melakukan ritual sebelum tidur. Dia mulai memberikan rangsangan kepada Nisa, hingga membuat Nisa terlena mengikuti permainannya.
Malam ini mereka melakukannya kembali. Reynaldi akan berusaha menikmati permainannya bersama istri sahnya, karena dia menginginkan kehadirannya anak kembali.
Berbeda saat melakukannya dengan Viona, dia hanya sekedar menuntaskan hasrat lelakinya. Akan tetapi, Reynaldi tidak pernah membedakan antara permainan Nisa dan juga permainan Viona. Saat bersama Nisa dia menikmatinya dan saat bersama Viona dia juga menikmatinya.
"Kapan kamu akan melepas KB IUD? Biar nanti aku antar," ujar Reynaldi.
"Lusa mungkin Mas, aku datang bulannya lagi banyak banget," jawab Nisa dan Reynaldi menganggukkan kepalanya.
Reynaldi pamit untuk berangkat bekerja, seperti biasanya Nisa mengantarkan suaminya sampai suaminya pergi dari rumah.
"Bun, kata Ayah. Ayah sama Bunda mau kasih aku adik bayi, ya?" tanya Khanza.
Mendengar ucapan Khanza, Mama Ratih merasa tak suka. Dia berniat menghubungi Viona. Agar Viona segera bertindak. Dia tak ingin Reynaldi kembali memiliki anak dari Nisa.
"Semakin sulit saja Reynaldi pisah dengan wanita kampung itu, jika memiliki anak kembali. Aku tak akan membiarkannya," gerutu Mama Ratih.
Ratih segera masuk ke kamar, berniat untuk menghubungi Viona. Mama Ratih berniat mengajak Viona bertemu.
"Bisa 'kan Vi? Kita harus bertemu soalnya, ada hal penting yang harus kita bicarakan," ujar Mama Ratih.
Besok, Viona berniat mengambil cuti. Dirinya ingin bertemu dengan Mama Ratih. Dia juga berniat mengambil hati Mama Ratih, dengan membelikan tas branded.
"Aku yakin pasti calon mertua matre itu, suka kalau aku belikan tas branded," gumam Viona.
Tak jadi masalah dia keluar uang, demi menyenangkan hati calon mertuanya. Agar Mama Ratih semakin menyukai dirinya. Semakin besar harapannya, untuk menjadi menantunya.
Mama Ratih sudah sampai lebih dulu, dan menunggu Viona datang. Dua puluh menit kemudian, Viona datang dengan gaya glamornya. Penampilan perempuan itu sangat berbeda dengan Nisa.
"Maaf ya Ma, aku datang terlambat," ucap Viona sambil menarik bangku untuk duduk di hadapan Mama Ratih. Mereka bertemu di sebuah restoran yang berada di sebuah Mall.
"Sebenarnya ada apa, Ma? Kata Mama ada hal penting yang ingin dibicarakan sama aku?" tanya Viona to the poin.
Mama Ratih mulai menceritakan, kemarin pagi dirinya mendengar kalau anak Reynaldi sempat membicarakan perihal memiliki adik.
"Sepertinya kamu harus cepat-cepat Vi. Kalau perlu kamu teror si Nisa, suruh ceraikan Reynaldi! Kalau sampai Nisa hamil lagi anak Reynaldi, Mama yakin kamu akan semakin sulit mendapatkan Reynaldi. Reynaldi semakin berat menceraikan istri miskinnya itu," ujar Mama Ratih.
"Iya Ma. Viona minta nomor ponsel Nisa, Ma! Secepatnya akan Viona telepon," ucap Viona.
Setelah puas berbincang-bincang, Viona mengajak Mama Ratih untuk berbelanja. Dia juga mengungkapkan keinginannya untuk membelikan tas untuk Mama Ratih. Tentu saja hal itu membuat wajah Mama Ratih berbinar-binar.
"Vi, Mama boleh tidak ambil yang ini?" tanya Mama Ratih. Menunjukkan satu buah tas merk Guess seharga dua juta lima ratus.
"Gila juga ni nenek-nenek. Seleranya tinggi juga. Tak apa deh, gue turuti saja. Biar dia senang dulu," ucap Viona dalam hati.
"Makasih ya Vi, kamu memang calon menantu Mama paling the best," puji Mama Ratih membuat hati Viona merasa senang. Untung saja hanya seharga segitu, bukan meminta yang harganya puluhan bahkan ratusan juta.
Kartu AS sudah di tangan Viona. Semakin besar kemungkinan dirinya untuk mendapatkan Reynaldi. Tak masalah sekarang dirinya mengeluarkan uang sejumlah itu. Toh, dia sudah pernah menguras uang Reynaldi, bahkan nominalnya lebih dari itu.
"Mama pulang dulu, ya, Vi? Sekali lagi makasih ya tasnya. Mama suka banget!" seru Mama Ratih dan Viona mengiyakan.
"Sudah dapat keinginannya, langsung pamit pulang. Dasar Nenek-nenek matre," gerutu Viona.
Mama Ratih baru saja sampai, dia terlihat sangat senang karena di belikan tas baru oleh Viona.
"Viona memang paling mengerti aku, tak seperti wanita kampung itu. Susah sih, kalau dasarnya kampungan. Mana mengerti dia barang branded seperti ini," ujar Mama Ratih.
"Tas dari siapa Ma? Itukan tas mahal," ucap Papa Faisal.
"Sudah deh, Papa tak perlu tahu. Tenang saja, aku bukan beli sendiri. Ada orang baik yang belikan aku, " sahut Mama Ratih membuat Papa Faisal geleng-geleng kepala melihat tingkah istrinya yang matre. Semakin tua, semakin banyak keinginannya.
Reynaldi baru saja sampai di rumah. Dia sempat mampir membelikan tiga dus martabak untuk istri dan juga orang tuanya. Dirinya tersenyum, kala melihat sang istri sedang mengajari anaknya belajar.
Suasana seperti ini yang membuat Reynaldi tak bisa melupakan momen kebersamaan dirinya dengan sang putri. Dia sangat menyayangi keduanya, tetapi dia tak bisa menghindari perasaan kepada Viona.
"Yang, besok aku sudah daftar ke dokter kandungan," ujar Nisa.
"Jam berapa? Kamu pilihnya malam 'kan? Agar aku bisa menemani kamu," ujar Reynaldi.
Besok Reynaldi akan berusaha untuk pulang cepat, untuk bisa menemani istrinya ke dokter. Besok, dari kantor dia akan langsung menyusul istrinya. Keputusan untuk melakukan program memiliki anak kedua ini, Reynaldi memilih menutupinya dari Viona. Reynaldi yakin kalau Viona akan marah jika dirinya tahu, Reynaldi berniat memiliki anak kembali dari Nisa.
"Kamu kenapa si, Ay? Selalu saja bohongi aku. Kamu bilang ingin berpisah dengannya. Tetapi sekarang aku dengar, kamu ingin memiliki anak kembali. Semakin sulit saja kamu berpisah dengannya," Viona bermonolog dengan hatinya.
Semakin besar kemungkinan Reynaldi akan meninggalkan dirinya. Viona yakin kalau Reynaldi akan semakin sibuk dengan keluarganya. Saat ini saja, Reynaldi sudah memblokir nomornya. Viona hanya bisa berkomunikasi dengan Reynaldi, jika dia yang menghubungi duluan.
"Semoga, adik bayi segera hadir di perut Bunda! Khanza mau punya adik cewek atau cowok?" tanya Reynaldi.
"Khanza ingin punya adik laki-laki. Agar nanti ada yang menjaga Khanza," ungkap Khanza. Sama halnya dengan Khanza, Reynaldi juga menginginkan memiliki anak laki-laki. Namun, jika Allah memberikannya anak perempuan, Reynaldi tak akan mempersalahkannya.