Demi tetap bertahan di universitas idolanya, dan demi terbebas dari penderitaan akibat kekejaman paman dan bibinya, Jelena nekat menerima permintaan dari dua orang kakak beradik yang ingin mencarikan jodoh bagi paman mereka yang bernama Adras Rianto Permana, seorang pilot yang dingin dan dianggap sebagai penyuka sejenis di kalangan teman-temannya.
Jelena pun bekerja sama dengan kedua gadis itu, untuk menjebak Adras dan membuatnya harus menikahi Jelena. Namun kenyataan yang harus Jelena hadapi saat menikah adalah, bukan hanya sikap dingin Adras, melainkan juga kekejaman sepasang suami istri, paman dari Adras yang ingin menguasai harta lelaki itu. Jelena ingin pergi dan mengahiri pernikahannya, namun ia kembali saat menyadari bahwa ada sesuatu yang mulai mengusik hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tarik Ulur
Adam terlihat memasuki sebuah kawasan apartemen yang mewah itu. Ia nampak berjalan dengan sangat tergesa-gesa. Tak perlu ada ijin masuk ke dalamnya karena Adam memegang kartu akses untuk membuka pintu utama. Ia pun menuju ke lift. Tak lama kemudian, ia keluar dari lift di lantai 7 dan menuju ke sebuah unit bernomor 705. Di tiap lantai apartemen ini hanya berisi 6 unit saja. Adam dengan cepat menekan beberapa nomor di kotak digital itu dan pintu langsung terbuka.
"Sudah ku katakan untuk menghancurkan Jelena! Namun kamu tak melakukan apa-apa." Begitulah kalimat pedas dan didapati Adam saat ia telah berada di ruang tamu itu.
"Maaf. Jelena sekarang ada di rumah kapten Adras jadi agak sulit mendekatinya."
"Aku sudah memberikan kamu semua kemudahan yang kamu butuhkan di maskapai ini. Jadi aku harus menunggu berapa lama lagi sampai melihat gadis itu binasa? Apakah sampai ia harus melahirkan anak terkutuk itu?"
"Aku akan mencoba lagi."
"Gadis itu berbahaya. Jangan biarkan Adras semakin dekat dengan Jelena. Aku tak mau Adras sampai jatuh cinta dengannya. Aku tak mau Adras lepas dari tanganku. Adras tak akan pernah dimiliki oleh siapapun. Tidak akan pernah!"
Adam mengangguk. Jika orang ini sudah berteriak, maka Adam tak bisa melakukan apapun selain menyetujui keinginannya. Karir Adam ada di tangan orang ini. Dan ia tak mau impiannya sejak kecil akan menjadi hilang hanya karena ia tak bisa melakukan tugas ini.
********
Melihat istrinya yang hanya diam saja saat Adras mencium punggung Jelena, Adras pun memberanikan diri melepaskan gaun Jelena yang sudah dibukanya. Gaun itu jatuh tepat di kaki Jelena.
Adras memejamkan matanya sejenak, lalu tangannya melingkar di perut Jelena. Mengusap perut istrinya itu yang masih rata. Ia merapatkan tubuhnya pada Jelena sehingga tak ada jarak diantara mereka.
Jelena bingung. Tak tahu apa yang harus dilakukannya. Hatinya ingin menolak namun tubuhnya mulai terasa panas dingin. Saat tangan Adras semakin naik ke atas dan ciuman Adras berpindah ke lehernya, Jelena berusaha menahan tangan Adras.
"Aku menginginkanmu, sayang." bisik Adras sensual, membuat lutut Jelena seolah mulai tak tahan menahan tubuhnya.
"A....aku mau buang air kecil." Jelena melepaskan tangan Adras yang melingkar di perutnya dan ia segera berlari ke kamar mandi.
"Jangan lari, Na. Kamu sedang hamil." kata Adras dengan suara yang nyaring.
Di dalam kamar mandi Jelena duduk di atas kloset dengan penutup di atasnya. Ia tak buang air kecil. Ia hanya menyeka wajahnya yang berkeringat dingin dengan telapak tangannya.
Tidak boleh seperti ini. Aku tidak boleh membiarkan Adras menyentuhku. Apalagi dengan pengalaman yang lalu. Sakitnya masih terasa. Ia menjadikan aku hanya sebagai pelampiasannya saja. Mungkin waktu itu ia tak mendapatkan jatah dari pasangannya sehingga melampiaskannya kepadaku. Tidak. Aku juga belum yakin kalau hubungan mereka sudah berakhir.
Jelena mencuci wajahnya. Ia berusaha mendinginkan kepalanya. Ia tak mau larut dalam sentuhan Adras.
"Na...., kamu baik-baik saja?" terdengar suara Adras yang memanggilnya sambil mengetuk pintu.
Jelena mengeringkan wajahnya dengan handuk. Lalu ia meraih jubah mandi dan memakainya. la pun keluar dari kamar mandi.
"A....aku baik-baik saja." Jawab Jelena sambil tersenyum lalu segera melangkah meninggalkan Adras namun Adras menahan tangannya.
"Ada apa?" tanya Jelena berusaha bersikap biasa pada hal jantungnya kembali berdetak cepat saat kulit mereka saling bersentuhan.
"Apakah kamu takut saat aku ingin menyentuhmu?" tanya Adras lembut.
"Bu...bukan." Jelena menggeleng. Ia berusaha menarik tangannya dari genggaman Adras namun pria itu tetap menahannya. "Aku tak mau lagi kau menyentuhku karena dia."
"Aku tak pernah menyentuhnya lagi semenjak aku menyentuhmu."
Jelena tersenyum mengejek. "Mana mungkin."
"Aku mengatakan yang sebenarnya. Aku memang bukan lelaki baik karena menjalin hubungan terlarang ini. Namun, semenjak aku menyentuhmu, apalagi tahu kalau kamu masih perawan, aku justru merasa berdosa saat akan berhubungan dengannya."
Jelena kali ini tertawa dan ia berhasil menarik tangannya dari genggaman Adras. "Kamu mengerti juga arti kata dosa? Aku pikir kamu selama ini tak takut berbuat dosa. Aku bahkan merasa kalau kamu adalah orang atheis."
"Nana, please. Aku tahu sulit bagimu untuk percaya. Namun aku memang ingin berubah. Mungkin dengan kedekatan kita, maka aku bisa lepas sepenuhnya dari ikatan yang tak baik ini."
Jelena memandang Adras. Lelaki yang dulunya angkuh, dingin dan sering berkata ketus padanya, sungguh kah sekarang sedang memohon padanya?
Adras meraih kedua tangan Jelena. "Kita memulai pernikahan ini tanpa tahu siapa diri kita masing-masing. Karena itu, mari kita saling mengenal. Demi anak kita yang sedang tumbuh di rahimmu. Maafkan aku yang sempat meragukan keberadaan anak ini."
"Apakah benar kamu tak pernah menyentuh dia lagi?"
"Ya. Aku bersumpah padamu."
"Jadi sekarang kita mau apa?" tanya Jelena polos membuat Adras menjadi gemas dan langsung tertawa. "Terserah sama kamu saja."
"Terserah sama aku? Bagaimana kalau kita tidur saja?"
"Baiklah." Adras mengangguk walaupun dari pancaran matanya terlihat kalau ia agak kecewa.
Jelena pun menuju ke walk in closet. Ia memakai piyamanya. Lalu ia segera naik ke atas ranjang.
"Aku mau ke kamar mandi dulu." ujar Adras sambil melepaskan kemeja yang dipakainya.
Jelena langsung mematikan lampu tidur yang ada di sampingnya. Ia kemudian menarik selimut dan menutup tubuhnya.
Tak lama kemudian, terdengar suara pintu kamar mandi di buka. Adras masuk ke dalam walk in closet. Memakai celana training dan kaos oblong lalu ikut naik ke atas tempat tidur.
Jelena pura-pura menutup matanya. Namun entah kenapa ia tak bisa tidur. Ia juga dapat merasakan kalau Adras belum tidur karena ranjang di sebelahnya bergerak. Keduanya saling diam selama kurang lebih 15 menit Dan Saat Jelena merasa kalau Adras sudah diam, ia pun perlahan membalikan badannya. Namun yang terjadi kemudian, perempuan itu justru hampir berteriak karena melihat Adras sedang tidur menghadap ke arahnya dengan mata yang terbuka.
Jelena secara spontan langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Kenapa?" tanya Adras lembut lalu perlahan melepaskan tangan Jelena yang menutupi mulutnya. Adras kemudian mendekatkan tubuhnya. Jelena pun mundur. Adras maju lagi. Jelena menggeser tubuhnya ke belakang. Begitu seterusnya sampai Jelena tak menyadari kalau dia ada di ujung ranjang. Ia hampir saja jatuh kalau tangan Adras tak cepat menarik tubuhnya sehingga Jelena kini berada di atas tubuh Adras. Dan sebelum perempuan itu menyadari apa yang terjadi, Adras dengan cepat memegang tengkuknya dan mencium bibirnya dengan lembut.
Mata Jelena langsung terbuka lebar. Dan tanpa melepaskan ciumannya, Adras membalikan badan Jelena sehingga kini menjadi dia yang di atas. Ciuman yang panas dan memabukkan. Belum pernah Adras mencium Jelena seperti ini. Sangat menggoda dan Jelena tak bisa menolaknya.
**********
What Next???
Dukung emak terus ya guys...
yang menjanjikan kopi kalau emak double up, mana kopinya ???