NovelToon NovelToon
PEMERAN PEMBANTU

PEMERAN PEMBANTU

Status: tamat
Genre:Romantis / TimeTravel / Petualangan / Tamat / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Masuk ke dalam novel / Penyeberangan Dunia Lain / Fantasi Wanita
Popularitas:7.9M
Nilai: 4.9
Nama Author: Mira Akira

Ia mengalami kematian konyol setelah mencaci maki sebuah novel sampah berjudul "Keajaiban Cinta Capella". Kemudian, ia menyadari bahwa dirinya menjelma menjadi Adhara, seorang tokoh sampingan dalam novel sampah itu.

Sayangnya, Adhara mengalami kematian konyol karena terlibat dalam kerusuhan.
Kerusuhan itu bermula dari Capella, si tokoh utama yang tak mau dijadikan permaisuri oleh kaisar.

Demi kelangsungan hidupnya, ia harus membuat Capella jatuh cinta dengan Kaisar Negeri Bintang. Kesulitan bertambah saat terjadi banyak perubahan alur cerita dari novel aslinya.


Mampukah ia mencegah kematiannya sebagai Adhara, pemeran pembantu dari dunia novel yang berjudul "Keajaiban Cinta Capella"?

"Mungkin ini hanya jalan agar kita bisa bertemu lagi, dan saling mencintai dengan cara yang lebih bahagia."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mira Akira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DEWA DENEB 4: YANG SEHARUSNYA PERGI

Ternyata Pejabat Auriga dulunya pernah tinggal di Deneb. Adhara tak terlalu mengenal karakter-karakter lainnya yang jarang tampil dalam novel. Apalagi untuk tokoh perubah alur seperti Pejabat Auriga.

Dalam novel, Pejabat Auriga hanyalah tampak sebagai pejabat yang ingin mengendalikan kekaisaran. Melalui Lyra, Pejabat Auriga ingin kaisar di bawah kendalinya.

Namun karena Pejabat Auriga ini sekarang mengangkat Sargas menjadi puteranya, Adhara harus masuk ke dalam pengadilan tinggi. Lalu, ada banyak perubahan yang terjadi. Kasus di Deneb pun mucul, padahal kasus ini tak pernah ada di dalam novel.

Aku tak bisa lagi menggunakan novel itu sebagai acuan!

Jadi, ini maksud bocah kecil itu bahwa ia bisa melihat langsung penyebab dari terciptanya air hitam. Adhara kembali pada kejadian dimana Lyra terjatuh saat perayaan kepada dewa pelindung sungai.

“Bolehkah aku tahu namamu?”

Siluman ular itu menghela napasnya, mendadak kelelahan karena tingkah Lyra, “Kau bisa memanggilku Dewa Deneb, atau apapun sesukamu.”

Lyra mengangguk dengan semangat.

Tatapan Lyra masih takjub pada keadaannya sekarang, “Apa aku sudah meninggal?”

“Memangnya kenapa?” tanya siluman ular itu kembali.

“Aku belum mengucapkan selamat tinggal pada Ayah. Beliau hanya tinggal sendirian di rumah. Aku tak suka dia kesepian,” ucap Lyra lemah.

“Kau belum meninggal, tetapi kau tak bisa pergi dari sini?”

Mata bulat Lyra menatap siluman ular itu dengan cermat, “Kenapa?”

“Entahlah.”

***

Adhara hanya sekali melihat Lyra Auriga, yaitu saat gadis itu menabraknya di istana Alnair. Namun gadis sombong itu sangat berbeda dengan gadis kecil ini. Padahal mereka adalah orang yang sama.

Apa yang membuat gadis semanis ini berubah menjadi nenek sihir?

Saat ini, Adhara yang masih berada dalam diri siluman ular menyaksikan Lyra Auriga tengah tertidur di dalam dasar sungai.

Bukankah ini sangat tak ilmiah? Manusia bisa tidur nyenyak di dalam sungai.

Siluman ular itu memperhatikan Lyra Auriga dari kejauhan.

“Ukkhhh..”

Adhara tersentak saat ia mendengar suara kesakitan yang keluar dari mulut siluman ular itu. Siluman ular itu mencengkeram dadanya sendiri sekuat yang ia bisa.

Anehnya, Adhara yang ada dalam tubuh siluman ular ini tak merasakan sakitnya. Apa dirinya masih menjadi bagian dari siluman ular itu?

Krrtttt…

Tangan siluman ular itu semakin kuat mencengkeram dadanya, bahkan sampai berdarah. Namun meskipun siluman ini kesakitan, ia tak berniat untuk mengambil jantungnya lagi dari Lyra.

Adhara sudah merasakan sakit yang sama saat jantung mereka bertukar, dan Adhara bersumpah ia tak akan mau merasakan itu lagi.

Tetapi bagaimana bisa siluman ular ini bertahan dengan segala rasa sakit itu?

Sosok Lyra Auriga perlahan mengubah posisi tidurnya. Tak lama gadis itu mengusap matanya sendiri, terbangun dari tidur tak ilmiahnya.

Siluman ular itu berhenti mencengkeram dadanya sendiri, dan bertindak bahwa dia tak pernah sakit sebelumnya.

“Dewa Deneb, wajah anda pucat.”

“Aku memang selalu pucat.”

Lyra mengangguk-angguk, “Mungkin karena kita berendam dalam air, tetapi kenapa ya baju Lyra tidak basah?”

“Mungkin karena kau aneh.”

Lyra menyentuh jubah hitam yang digunakan oleh siluman ular itu. Mendadak tubuh siluman ular itu tersentak layaknya tersengat. Ia menatap tajam pada Lyra, tetapi gadis itu malah terkikik kecil.

“Baju anda juga tak basah. Lyra pikir hanya Lyra saja yang aneh, anda juga aneh,” Lyra mencoba menarik-narik jubah hitam milik siluman ular untuk mengganggunya.

Keduanya malah berakhir dengan kejar-kejaran. Lebih tepatnya, Lyra yang terus menerus menggangu siluman ular itu. Menganggu siluman ular yang bertindak seperti alergi terhadap manusia. Ini menarik bagi Lyra.

Meskipun dia ini puteri pejabat Auriga, tetapi dia ada manis-manisnya sedikit, daripada ayahnya yang pendendam itu.

“Aku bilang! Jangan sentuh-sentuh sembarangan,” pekik siluman ular itu jengkel.

“Kenapa? Kita kan berteman.”

Siluman ular itu mendelik, “Aku tak akan mencampuri urusan…..”

“Meskipun tak mencampuri urusan manusia, tetapi anda berteman dengan manusia kan Dewa Deneb?” Lyra memotong pembicaraan siluman ular.

Mata siluman ular itu menolak untuk bertatapan dengan Lyra, “Terserahmu.”

“Dewa Deneb terlihat masih muda, bahkan lebih muda dari ayah. Kenapa anda jadi dewa?” tanya Lyra sambil menangkap udang yang berenang di dekatnya.

“Lepaskan dia!” perintah siluman ular saat melihat udang itu bergerak-gerak di tangan Lyra.

Lyra cemberut, “ Di sini tak bisa menghidupkan api ya? Saya mau memasak ikan dan udang. Mereka berenang ke arahku pasti karena mereka mau dimakan.”

Adhara nyaris terjengkang mendengar pertanyaan Lyra. Jelas-jelas mereka berada dalam air, mana bisa menghidupkan api.

Memangnya ini dunianya Sp*ngeb*b apa? Yang bisa ada api dalam air, atau pantai di dalam air begitu.

Lagipula bukan ikan dan udang yang mendekat padamu, tetapi kau yang masuk ke dunianya mereka.

Siluman ular itu mengangkat alisnya, “Kau merasa lapar?”

Lyra menyentuh perutnya dengan kening berkerut, “Lyra tidak lapar.”

Sudah tiga hari Lyra di dalam air, dan Lyra tidak merasa lapar?

Apa karena pengaruh jantung siluman ular yang berada dalam diri Lyra? Namun kenapa siluman ular ini tidak mengembalikan Lyra ke permukaan sungai? Apa siluman ini hanya ingin meminjaminya sebentar saja? Sampai jantung Lyra sembuh dengan sendirinya.

Yah, mungkin saja…

“Lyra, uhuk..uhuk…”

Darah mengalir dari bibir Lyra yang tipis. Adhara dapat mendengar suara degup jantung yang kencang dari dalam diri siluman ular ini.

“Jantung ular mungkin terlalu kuat untuknya. Padahal aku mengira tiga hari cukup untuk beradaptasi. Dia harus kembali ke dunianya sendiri,” Adhara dapat mendengar ungkapan batin siluman ular.

Siluman ular ini…

“Sepertinya Lyra tersedak batu sung…. Uhuk..uhuk,” ucap Lyra pada siluman ular yang perlahan mendekat kearahnya.

“Berhentilah bicara. Suaramu berisik,” siluman ular itu menghampiri Lyra yang terbatuk keras.

“Apa gadis ini akan mati?”

Adhara tersenyum kecut saat menyadari bahwa siluman ular ini selalu mengatakan hal yang bertolak belakang dari hatinya sendiri.

Lyra terus terbatuk hingga dirinya membungkuk. Dengan kepekaan pendengaran sepuluh kali lebih besar dari manusia, Adhara dapat mendengar suara degup jantung yang keras berasal dari Lyra.

Jantung itu berdetak melebihi detak jantung manusia pada umumnya, tentu saja organ tubuh Lyra yang lainnya tak bisa menahannya.

Grepp..

Siluman ular itu menarik Lyra mendekat kearahnya dengan tangan bergetar.

“Apa gadis ini akan mati?” bisik siluman ular itu dengan pedih.

Siluman itu mengeluarkan sihirnya, tetapi itu tak membantu sedikitpun. Lyra masih tersengat rasa sakit yang parah. Tidak, keduanya masih tersengat rasa sakit yang parah, namun siluman ular ini tetap berdiri tegak. Menompang Lyra yang kehilangan kesadarannya.

Saat itulah ia menyentuh permata hitam yang melekat di dahinya. Matanya masih menatap Lyra yang terengah-engah dalam pelukannya.

Ini jalan satu-satunya…..

Baru saja siluman ular itu berniat mencongkel permata hitam dari dahinya, suara gemuruh air sungai terdengar. Sepertinya permata hitam ini dapat mempengaruhi seluruh komponen di dalam sungai.

“Tuan, apa yang kau lakukan?” seekor ular putih seukuran bantal guling mendekat ke arah mereka. Entah darimana ular ini berasal, mungkin saja ia datang karena gemuruh yang tercipta.

Bahkan sekarang Adhara tak terkejut lagi ketika mendengar ular putih ini berbicara. Ia malah dengan cermat mendengarkan semua pembicaraan di antara kedua ular ini.

“Dia akan mati," bisik siluman ular itu dengan wajah kosong.

“Manusia memang sangat lemah, Tuan,” jelas ular putih itu.

“Dia akan mati.”

“Tidak ada yang bisa menyelamatkannya.”

Siluman ular itu masih menyentuh permata hitam yang menempel di dahinya. Ia perlahan mengorek permata hitam itu dengan kuku-nya yang tajam.

Ular putih itu bergerak untuk membelit tangan siluman ular. Membelitnya agar tak melakukan tindakan bodoh yang dapat merugikan dirinya sendiri.

Meskipun siluman ular dalam wujud manusianya, tenaganya masih kuat untuk membanting ular putih besar itu ke hamparan batu sungai.

Brakkk…

Ular putih itu menggelepar ketika menabrak hamparan batu, “Tuan, jangan lakukan itu. Jika tuan memberikan permata anda padanya, anda tak akan bisa menjadi dewa.”

Siluman ular itu ular itu masih mengorek permata hitam di dahinya tanpa memperdulikan bujukan dari ular putih. Adhara dapat mendengar rintihan rasa sakit yang keluar dari bibir siluman ular itu.

Mengapa kau melakukan semua ini hanya untuk seorang manusia yang baru saja kau temui?

Tess…

Darah hitam keluar dari dahi siluman ular itu. Darah itu merembes keluar dengan cepat seperti air hujan. Air sungai bergolak, seolah merasakan kesakitan karena proses itu.

“Akkhhhh…”

“Tuan, anda perlahan akan mati jika mengeluarkan permata anda sendiri.”

Tess….

Dengan tangan yang dipenuhi darah hitam, siluman ular itu menggenggam permatanya sendiri. Mengarahkan permata itu ke mulut gadis yang kesakitan dalam pelukannya.

“Jantung itu akan beresonansi permata hitam. Kau akan tetap hidup dengan itu sampai kau meninggal karena usia yang tua. Lalu, permata itu akan melebur ke udara seperti embun saat kau meninggl dengan tenang nanti,” bisik siluman ular itu pelan.

“Ukkhhh…”

Air sungai mulai tercemar oleh darah beracun miliknya. Melihat itu, siluman ular mulai mengumpulkan sihir yang tersisa dalam dirinya untuk mengantarkan Lyra ke permukaan sungai. Gadis ini tak boleh terkena air sungai yang kini mulai terkontaminasi dengan racun.

Adhara tak melihat ular putih itu lagi. Mungkin saja ular putih itu terbawa oleh arus yang bergolak di sungai. Suara dentuman batu-batu yang saling menabrak terdengar mengerikan, seolah merasakan sakit yang sama seperti yang siluman itu rasakan.

Lyra perlahan membuka matanya lagi. Menatap pada siluman ular yang membungkuk padanya. Tangan kecil Lyra terangkat untuk menyentuh wajah siluman ular itu. Tangan itu ingin mengusap dengan lembut pada dahi yang memiliki luka yang sangat parah.

“Kau harus kembali ke permukaan. Sekarang jantungmu akan berfungsi dengan baik,” siluman ular itu melepaskan pelukannya pada Lyra.

“Itu jantungmu kan?"

Perlahan siluman itu menarik bibirnya untuk menampilkan senyum pertamanya, “Apa lagi yang kau dengar?”

Hening sejenak..

“Aku mendengar kau akan mati jika kau memberiku permata yang ada di dahimu,” suara Lyra terdengar serak.

Senyum tipis siluman ular masih tersaji di wajahnya yang dipenuhi oleh darah hitam. Sebagian darah hitam terlarut dalam air. Mengaburkan pandangan di antara mereka.

“Harusnya aku yang mati, bukan kau. Itu takdirku untuk pergi, aku memang sudah seharusnya meninggal,” Lyra menatap nanar pada darah yang mengalir dari dahi siluman ular.

“Aku tak bisa melihatmu mati.”

“Kenapa? Bukankah kau sendiri yang bilang bahwa kau tidak mencampuri urusan manusia. Namun dalam tubuhmu sekarang, hanya ada jantung yang hampir berhenti berdetak .”

Siluman ular itu menggunakan telapak tangannya untuk menutup mata Lyra dengan lembut, “Kau tidak mendengar apa-apa.”

“Aku tak mau pergi. Hey, Dewa Deneb, aku tak mau kau mati. Dewa Deneb, hiks.. hiks.. Jangan mati. Aku tak mau.”

Seberapa keras Lyra memberontak, ia masih tak bisa melepaskan diri dari sihir siluman ular. Lyra tertidur dengan matanya yang masih basah. Tangan siluman ular itu perlahan mengusap sudut mata Lyra yang basah, dan menundukkan kepalanya hanya untuk mencium dahi gadis kecil itu.

“Teruslah hidup.”

Perlahan, tangan siluman ular itu melepaskan tubuh Lyra untuk terbawa dengan arus air. Tubuh kecil Lyra semakin menjauh, meninggalkan siluman ular yang terus mendongak untuk menatap Lyra yang pergi.

Darah hitam terus menerus keluar dari dahi dan juga mulut siluman ular itu. Tangannya mencengkeram erat dadanya, berusaha menahan rasa sakit yang terus menerus menekan di dadanya.

Siluman ular ini telah memberikan jantungnya dan juga kekuatannya pada Lyra.

Siluman ular itu menatap pada sosok Lyra untuk terakhir kalinya. Sebelum membebaskan Lyra dari sihirnya, sehingga Lyra bisa ditemukan oleh orang-orang di permukaan sungai.

“Karena kau begitu berharga,” bisik siluman ular itu sebelum tubuhnya roboh dan menggetarkan seluruh isi sungai.

***

Selamat membaca :D

Jangan bosan-bosan untuk meninggalkan jempol pada tempatnya. Terima kasih bagi kalian yang berkenan untuk menunggu cerita ini.

Jaga kesehatan, dan selalu semangat ya (◠‿◕)

Adhios~

1
Bzaa
semangat terus ya kak
Bzaa
ya ampun ternyata G-star itu serius aihhh
Bzaa
tebakanku satupun gak ada yg bener🥲
Bzaa
visualnya mengingatkan drakor, boybefore flowers, 🫢🫢
Bzaa
sedih banget 😭😭
Bzaa
Luar biasa
🍃🥀Fatymah🥀🍃
dulu pas awal terbit nih novel pernah baca...
cuman kayaknya belum nyampe sini...

Aku dibuat naik turun perasaan bacanya...

nano nano banget inih
🍃🥀Fatymah🥀🍃
dikiranya beli barang kali /Facepalm/
🍃🥀Fatymah🥀🍃
udah ditargetin jadi calon permaisuri rupanya sama si Aldebar /Grin/
🍃🥀Fatymah🥀🍃
yeehhh
pengen jadi kompor rupanya yh nih si Capella
🍃🥀Fatymah🥀🍃
untungnya Regor gk dibawa /Facepalm/
bisa pada heboh nanti mereka
🍃🥀Fatymah🥀🍃
Aldebaran menghukum tangan yang sudah berani menampar gadisnya...
bahkan sampai menculiknya /Smug/
🍃🥀Fatymah🥀🍃
cacar weh
orang zaman dulu mah anggepnya kutukan ya /Facepalm/
🍃🥀Fatymah🥀🍃
anjlog ya kalau berdiri bersanding sama kaisar /Facepalm/
🍃🥀Fatymah🥀🍃
beeehhh
jiwa jiwa ghibahnya mulai tumbuh kembali 😆
🍃🥀Fatymah🥀🍃
Duh Rigel, gitu-gitu juga adekmu loh...
walaupun tubuhnya saja /Facepalm/
🍃🥀Fatymah🥀🍃
baca ulang dari awal /Grin/
Rheny Safitri
ini Thor gak mau di terbitkan apa ? pengen cerita yang lebih kompleks ayo dong , ntar ku beli deh ✌️☺️☺️☺️
Rheny Safitri
Entah sudah sekian kali membaca novel ini , Kalau tidak salah 2021 atau 2022 menemukan novel ini , tapi tidak pernah bosan untuk membaca lagi dan lagi .Bahkan tanpa sadar aku mulai menghapal dialog setiap chapter . Yang membuat aku suka sekali dan bahkan mau mengulangi membaca itu karna , aku selalu merasa masuk ke dalam cerita ini merasakan tawa , sakit , kemalangan , teguh dan tak mudah menyerah dari seluruh pemain terutama permaisuri yang tak pernah anggun itu . Novel yang kompleks untuk cerita transmigrasi yang paling masuk akal bagi ku . Thor gak mau gitu cetak buku untuk cerita yang lebih banyak episodenya kalau mau, aku pelanggan pertama
yang mau beli /Smile//Smile//Smile/
Septi Ramadhania
/Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!