Warning! Area 21+ yang masih di bawah umur harap tidak membaca novel ini. 🙏😁
Seorang gadis bernama Elisa yang punya segalanya dalam hidup, ia cantik, populer dan kaya raya. Hidupnya begitu sempurna, namun tak banyak yang tahu jika ia mempunyai trauma masa kecil karena penghianatan sang ayah yang menyebabkan ibunya meninggal bunuh diri.
Lima belas tahun berlalu. Sebelum sang ayah meninggal, beliau menulis sebuah surat wasiat yang bertuliskan bahwa seluruh harta kekayaannya akan jatuh ke tangan sang putri tunggalnya. Dengan syarat Elisa harus menikah dan melahirkan keturunan penerus keluarga.
Elisa yang tak percaya dengan adanya cinta sejati mulai mencari cara agar ia mendapatkan warisan tersebut. Dan saat itulah seorang pria sederhana muncul di hadapannya karena meminta Elisa membatalkan penggusuran pemukiman tempat pria itu tinggal.
"Aku akan membatalkan penggusuran itu dengan satu syarat, menikahlah denganku, setelah aku hamil dan melahirkan kamu akan aku bebaskan." Elisa Eduardo.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alya aziz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.22 (Aku bukan anak pembawa sial)
Mobil yang di kendarai Reynald berhenti di depan lobby EA grup. Ia menoleh melihat Elisa yang sedang melepaskan sabuk pengaman dari tubuhnya. "Kamu benar-benar akan keluar menggunakan pakaian itu?"
"Ya tentu saja, yang orang-orang lihat adalah aku bukan pakaian ku." Elisa mengambil kacamata hitam dari dalam tas dan langsung memakainya. "Aku masuk dulu, jangan lupa jemput aku sore nanti." Elisa hendak keluar dari dalam mobil namun tiba-tiba saja Reynald menarik lengannya.
Sontak Elisa kembali ke posisi semula, ia menoleh menatap Reynald yang saat ini sedang melihatnya. "Kenapa lagi, apa aku--"
Cup.
Elisa tak bisa melanjutkan ucapannya karena tiba-tiba saja Reynald memajukan tubuh dan langsung mencium keningnya. Saat ia masih terpaku, Reynald mengusap lembut pucuk kepala Elisa lalu berkata. "Selamat bekerja, sampai jumpa nanti sore."
Merasakan wajahnya memerah, Elisa segera berbalik dan turun dari dalam mobil. Ia melangkah cepat menuju lobby tanpa mengucapkan apapun kepada sang suami apalagi sekedar melambaikan tangan. "Wah jantungku pasti tidak normal."
Sementara itu dari dalam mobil, Reynald hanya terkekeh seraya memandangi kepergian Elisa. Ia sempat melihat wajah Elisa memerah karena tindakannya. "Dia ternyata bisa salah tingkah juga." Tak ingin larut dalam rasa senang yang di rasakan, ia segera tancap gas meninggalkan halaman EA Grup.
Saat masuk ke area dalam gedung EA Grup. Dengan bunyi berdecit dari sandal jepit yang membalut kaki. Elisa berjalan dengan anggun seperti biasa meski semua mata kini tertuju padanya. Bagaimana semua orang tidak kaget, saat melihat pewaris tunggal EA grup datang ke kantor dengan penampilan tidak biasa.
Namun bukan Elisa namanya jika tidak percaya diri. Ia tak pernah menghiraukan pandangan orang, karena yang menjalani dan tahu seperti apa ia, hanyalah dirinya sendiri. Meski tak semua orang setuju dengan apa yang di pikiran, Ia menjalani hidup dengan caranya sendiri, mengikuti yang menurutnya baik dan mengabaikan yang menurutnya buruk.
~
Sesampainya di dalam ruangan Viola pun juga begitu. Ia diam terpaku di posisinya seraya menatap Elisa tak percaya. "Oh my God, pakain apa yang Nona pakai ini, warnanya sudah memudar, kebesaran tidak fashionable seperti biasa."
Elisa melangkah melewati Viola dan langsung duduk di kursi kebesarannya. Ia membuka kacamata hitam yang ia pakai lalu beralih menatap Viola. "Kamu tidak tahu arti fashionable yang sesungguhnya itu adalah, berbeda, mengerti."
Viola berusaha tersenyum dan mengangguk perlahan. "Iya Nona, tapi akhir-akhir ini banyak paparazi yang menunggu di luar untuk mendapatkan foto-foto anda sebagai pewaris tersembunyi yang akhirnya muncul ke permukaan"
"Jika penampilan Nona saat masuk tadi seperti ini, kemungkinan foto yang di muat di artikel mereka hari ini adalah foto yang tadi," sambung Viola.
"Sudah ku bilang aku tidak perduli, biarkan saja mereka. Kamu tahu, aku sudah terlalu lama menghilang karena perasingan. Sekarang saatnya dunia mengakui keberadaan ku dengan apa adanya diriku, tidak palsu."
Viola memandangi Elisa dengan perasaan kagum yang tiba-tiba saja menyeruak. Di balik sifatnya yang terkesan angkuh dan dingin, sang atasan adalah sosok yang hangat dan apa adanya. Jika di banding anak konglomerat yang lain, Elisa jauh berbeda.
Sifat yang Elisa tunjukkan sekarang berbanding terbalik dengan mendiang sang Papa. Dulu di masa kejayaan seorang Edo Eduardo, semua orang memujanya karena sikap dermawan dan di anggap sebagai pahlawan kemanusiaan.
Tetapi mereka tidak tahu bagaimana kehidupan seorang Edo Eduardo yang sesungguhnya. Ia adalah sosok pengusaha yang licik, suka bermain wanita dan tidak gagal menjadi seorang suami dan seorang untuk Elisa.
...**...
Sekitar pukul 14:00 siang.
Di sebuah toko salah satu brand import ternama yang bertempat di salah satu pusat perbelanjaan. Eva tengah berbelanja tas, sepatu dan baju yang ia beli untuk memuaskan keinginan bukan karena ia butuhkan.
Setelah selesai dengan barang-barang yang ia inginkan, waktunya untuk transaksi pembayaran. Seorang pelayan toko membantunya untuk membawa barang-barang itu ke meja kasir. Sebuah black card ia keluarkan dari dalam tas lalu di serahkan ke kasir.
Setelah beberapa saat kasir itu mengembalikan kembali kartu itu kepada Eva. "Maaf Nyonya, kartu kredit anda di tangguhkan."
Eva menatap tajam petugas kasir itu. "Apa! Tidak mungkin." Ia kembali mengambil satu kartu dari dompetnya dan langsung di berikan kepada kasir itu.
Petugas kasir itu kembali mencoba menggesek kartu yang di berikan Eva, namun lagi-lagi tidak berhasil, ia menyodorkan kembali kartu itu. "Maaf Nyonya, ini juga tidak berfungsi."
Wajah Eva mulai memerah karena menahan emosi. "Apa kamu sudah menggesek kartu dengan benar, kemarin semua kartu ini masih berfungsi kenapa sekarang tidak bisa!"
Petugas kasir itu hanya diam seraya menundukkan kepalanya. Wajah Eva tiba-tiba saja berubah pias saat ia kembali mengingat surat yang di berikan pengacara sang kakak kepadanya beberapa hari yang lalu. "Dasar pengacara sialan."
Eva keluar dari dalam toko barang branded itu dengan perasaan kesal. Ia mengambil ponselnya dari dalam tas untuk menelpon pengacara mendiang kakaknya.
[Hallo, selamat siang Nyonya Eva tumben sekali Anda menelpon saya.]
"Jangan banyak berbasa-basi, sekarang coba kamu jelaskan kenapa semua kartu ku di tidak bisa di pakai!"
[Maaf Nyonya, saya sudah menjelaskan kepada Anda bahwa mulai sekarang anda hanya akan mendapatkan jatah bulanan yaitu dua ratus juta untuk anda dan seratus juta untuk Nona Tasya setiap bulan, apa surat yang saya kirimkan kurang jelas?]
"Hey ba*jingan kamu sedang bercanda, mendiang kakakku memberikan aku kartu ini agar aku bisa menggunakannya tanpa batas, kenapa sekarang tiba-tiba di jatah seperti ini!"
[Nyonya apa anda lupa sekarang kuasa atas harta beliau sudah pindah ke tangan Nona Elisa. Meski belum resmi karena Nona belum memiliki anak, tapi hanya dia yang bisa memutuskan. Jika anda ingin aturan ini di ubah, memohon lah kepada Nona Elisa.]
Sambungan telepon itu terputus. Eva menghentakkan kakinya karena kesal. Memohon kepada sang keponakan begitu mustahil baginya. "Sial, kenapa juga aku harus memohon kepadanya."
~
Elisa dan Viola baru saja keluar dari dalam lift. Mereka akan pergi menghadiri sebuah rapat penting di sebuah perusahaan yang bekerja sama dengan EA grup. Sesampainya di luar, saat mereka hendak masuk kedalam mobil, tiba-tiba Eva datang dan mencegah Elisa untuk masuk.
"Kita harus bicara sebentar," ucap Eva kepada sang keponakan.
Elisa menghela napas berat, ia benar-benar tidak tahan saat harus berhadapan dengan tantenya itu. Saat ia menikah jangan kan ucapan selamat, sang tante bahkan tidak mau datang ke pernikahannya. Ia tidak tahu hanya ada satu alasan jika tantenya itu ingin bertemu yaitu karena, uang.
"Maaf saya sedang sibuk, tante bisa datang besok setelah mengatur janji terlebih dulu," ujar Elisa seraya menatap tajam kearah Eva.
"Ck, dasar sombong. Aku sudah berusaha bersikap baik padamu tapi kamu memang tidak pantas untuk di perlakukan baik ... aku hanya minta, katakan pada pengacara Papa kamu untuk mengaktifkan kembali kartu ku."
"Tidak, tidak akan pernah. Tante sudah terlalu banyak Membuang-buang uang dengan hal yang tidak berguna, syukuri saja apa yang sudah di berikan, mengerti?"
Paakkk!
Lagi-lagi Elisa harus merasakan rasa perih di wajahnya karena seseorang dari masalalu yang membenci keberadaannya. Baik itu Eva ataupun Sofia. Viola nampak sangat terkejut, ia melihat ke sekeliling dan begitu banyak orang yang menyaksikan.
Viola berusaha membawa Elisa masuk kedalam mobil, namun Elisa tak bergeming. Ia mengepalkan kedua tangannya karena menahan sesak di rongga dada yang mulai keluar batas aman.
"Kamu itu hanya anak yang tidak di inginkan! Seharusnya kamu tidak pernah terlahir ke dunia ini, dasar anak pembawa sial. Baik kamu atau Mama kamu kalian hanya sampah di keluarga Eduardo," ketus Eva yang sudah di selimuti amarah.
Mendadak hati Elisa bergejolak. Kali ini Logikanya tak mau bekerja, kata-kata sang tante begitu menyakitinya. Ia juga hanya manusia biasa, yang bisa merasakan rasa sedih dan kecewa di saat bersamaan apalagi saat seseorang dengan lantang merendahkan sang Mama di hadapan orang banyak.
Mata yang mulai memanas dan rasa percaya diri yang mendadak runtuh. Kali ini ia benar-benar tidak bisa mengendalikan perasaannya. Rasanya ia ingin sekali saja mendaratkan satu pukulan di wajah sang Tante.
Tetapi sekeras apapun sifatnya ia bukan orang yang akan melakukan hal serendah itu kepada wanita yang seharusnya bisa bersikap sebagai ibu untuknya yang sudah kehilangan kedua orang tua.
"Apa sekarang tante puas? ... Baiklah ayo kita akhiri saja, mulai sekarang kita bukan keluarga karena aku akan memutuskan tali yang menjerat ku selama ini," ucap Elisa dengan nada bergetar, ia tak bisa membendung saat air mata mulai membasahi sudut matanya.
Terlahir dari keluarga kaya bukanlah pilihan seorang anak yang terlahir ke dunia. Saat suaranya pertama kali terdengar, saat dimana ia pertama kali melihat dunia, ia berharap akan menjadi salah satu sumber kebahagiaan semua orang di sekitarnya.
Namun saat ekspektasi tak sesuai realita, hubungan darah mungkin tidak bisa berakhir, namun menjadi asing mungkin saja. Kamu hanya perlu tidak saling sapa, menjauh dan menghilang dari pandangannya.
Bersambung 💓
Lanjut siang ya kakak semuanya 😘
Jangan lupa like komen vote ya readers 🙏😊
~