Takdir Cinta Kinan

"Jadi, menurut dokter saya ini kenapa?"

"Apa Tuan merasa mual atau pusing saat akan melakukannya?"

"Awalnya tidak, saya menikmatinya. Tapi, setelah saya hendak melakukan ke tahap lebih lagi, saya merasa tidak bisa, saya merasa ada sesuatu yang membuat saya tidak bisa melakukannya, dokter."

"Apa yang membuat tuan tidak dapat melakukannya? Apa itu karena masa lalu, atau trauma?"

"Saya tidak punya trauma, tapi saya merasa takut menyakiti dia, Dokter."

"Kenapa bisa begitu? Pasti ada hal yang mendasari rasa takut tersebut 'kan?"

"Ya. Saya melihat sesuatu yang menyakitkan pada diri perempuan lain, saat seorang lelaki melakukan itu padanya."

"Apa itu berhubungan dengan Anda?"

"Laki-laki yang saya maksud bukan saya, dokter."

Setelah mendengar penuturan Dude, dokter terlihat mencatatnya. Begitu kejadian janggal semalam, Dude langsung berinisiatif ke dokter spesialis. Dia tidak tahu kenapa itu bisa terjadi, dia sama sekali tidak berencana menggagalkan malam pertamanya, dia bahkan menikmati pada awalnya. Tapi, dia sendiri tidak tahu kenapa pada akhirnya dia tidak bisa melakukannya.

Dokter itu lalu menatap Dude, dia agak menghela napas berat. Sepertinya sesuatu yang serius memang terjadi pada Dude.

"Menurut diagnosa awal saya, bisa saja Anda memiliki Genophobia. Itu adalah kondisi yang membuat penderitanya merasa takut atau cemas secara berlebihan terhadap hubungan seksual. Kondisi ini hampir serupa dengan erotophobia. Bedanya, genophobia lebih spesifik ke berhubungan intim, sedangkan erotophobia mengarah ke semua aktivitas seksual."

Dude sangat terkejut mendengar itu. Padahal dia dapat memastikan bahwa dia baik-baik saja dulu, dia tidak pernah merasa ketakutan yang seperti itu. Phobia? Tapi kenapa bisa?

"Kenapa saya bisa memiliki phobia, Dokter?"

"Ini harus dilakukan pemeriksaan yang lebih lagi, Tuan. Dan ini bisa diatasi dari diri tuan sendiri. Cobalah untuk menumbuhkan rasa percaya diri, bahwa tuan melakukan hubungan intim dengan pasangan bukan untuk menyakitinya. Tapi, sebaliknya, untuk membahagiakannya."

Dude mengusap kasar wajahnya. Dia tidak tahu harus bagaimana sekarang. Karena dia merasa biasa saja sewaktu di awal hendak bercumbu, hanya saat akan berhubungan intim dia merasa ada yang menahannya melakukan itu. Tangisan adiknya, Hana, selalu terbayang sewaktu mengatakan rasanya amat sakit waktu laki-laki jahat menidurinya secara paksa.

"Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan, dokter."

"Bicarakan dengan pasangan supaya tidak ada kesalahpahaman."

Selesai melakukan pemeriksaan itu, Dude mulai banyak diam. Sampai di kantor dia juga hanya diam, lesu dan tidak bersemangat melakukan apapun. Dude memang orang yang tertutup, dia juga jarang berinteraksi dengan orang-orang jika tidak ada kepentingan, apalagi dengan lawan jenis, semenjak kepulangannya dari Amerika.

...***...

Selepas salat dhuha, Kinan kembali memikirkan masalah Dude semalam, ditambah dengan masalah Diana yang memintanya menemui Hamzah. Kinan tidak mungkin menemui Hamzah untuk alasan apapun. Apalagi sudah pasti Dude tidak akan mengizinkan, dan akibatnya bisa fatal jika dia kembali menghubungi Hamzah.

Kinan lalu mencari nomor Diana yang sempat dia blokir. Kinan membuka kembali blokiran Diana dan mengirimkan pesan pada teman nya itu.

Kinan : Assalamu'alaikum, Diana. Gue udah baca surat lo. Gue udah maafin lo. Gue juga udah maafin Mas Hamzah. Tapi, Di, sorry gue nggak bisa menemui Mas Hamzah, gue harap lo bisa lebih mikirin kebaikan untuk diri sendiri mulai sekarang. Bicarakan lagi baik-baik, pasti akan ada jalan. Bukan berarti lo putus asa dan ambil jalan pintas. Gue harap lo bahagia, Diana. Wassalam.

Setelah mengirimkan pesan itu pada Diana, Kinan kembali memblokir nomor Diana. Bukan karena dendam, tapi menurutnya untuk saat ini sebaiknya begitu saja. Kinan sendiri masih kepikiran tentang Dude, dia mulai berpikir apakah Dude tidak mau melakukannya karena tidak tertarik padanya? Apa karena dia kurang dalam penampilan saat tidur?

Lalu Kinan mulai mencari tahu bagaimana cara berpenampilan menarik saat tidur untuk menarik perhatian suami.

Kinan malu sendiri mencari tahu sesuatu yang belum pernah dia cari tahu sebelumnya. Tapi sebenarnya itu sah-sah saja, kan?

Kinan membuka lemari pakaiannya, dia iseng mengambil kotak hadiah pemberian teman-temannya, dan di sana juga ada hadiah dari Diana, hadiah itu diberikan Diana untuk Kinan sebagai kado pernikahan.

Teruntuk Kinan, semoga pernikahan kamu bahagia. Diana.

Kinan tersenyum, walau agak miris membaca itu. Kalau dia tetap menikahi Hamzah, mungkin kebahagiaan itu tidak akan terjadi.

Kinan membuka bungkusan kertas yang melapisi isi kado dari Diana. Lalu matanya terbuka menatap sebuah baju tidur yang terlihat tipis. "Ini pakaian tidur seksi?"

Refleks Kinan memasukkan kembali pakaian itu ke dalam kotak. Dia tidak mungkin memakainya di hadapan Dude, kan?

"Malu banget pakai kayak gini. Lagi pula belum tentu Mas Dude suka, kan? Tapi menurut yang aku baca tadi, pasti laki-laki suka, sih."

Kinan pun mulai bimbang dengan semuanya. Hal yang benar-benar tidak dia pikirkan saat akan menikah. Dia tidak mengira bahwa setelah menikah dia akan dipusingkan dnegan masalah hubungan suami-istri.

Ketika Kinan terbayang lagi yang terjadi, dia memang sedikit merasa aneh dengan Dude. Setelah hubungan intim baru akan dilakukan, Dude seperti orang ketakutan dia bahkan memalingkan wajahnya dan mendadak lemas.

Namun sebagai gadis yang minim pengetahuan tentang hal berbau seksualitas, Kinan tidak bisa berpikir hal lain selain tetap berpikiran positif bahwa suaminya sedang lelah saja.

Di kantornya Dude merasa tidak sedang fokus mengurus pekerjaan. Akhirnya dia memutuskan untuk pulang dan melakukan seperti apa yang disarankan dokter, dia harus membicarakannya dengan Kinan. Saat sedang menuju tempat parkir, Reyhan mengirimi sebuah foto dan pesan padanya.

Reyhan : Pa, Alhamdulillah Mama bisa tersenyum dan menyebut nama Rey. Lihat deh. Mama bahkan mau memeluk Rey. Foto diambil sama suster, Pa. Rey senang banget, kata dokter, Mama kemungkinan akan sembuh.

"Alhamdulillah ya Allah." Dude sangat bahagia membaca pesan itu. Setelah hampir sebelas tahun, akhirnya Raihana mendapatkan kemajuan. "Semoga kamu segera pulih, Dek."

Sekarang Dude berharap Kinan mau mengerti keadaannya dan menerima kekurangannya itu. Tapi kalau memang Kinan tidak bisa menerima, Dude tidak ajan memaksa Kinan tetap bersamanya. Karena itu tandanya, dalam waktu dekat, sampai dia bisa mengatasi ketakutannya, mungkin Dude belum bisa menunaikan tugasnya dalam hal nafkah batin untuk Kinan.

..._____...

...Bersambung......