Takdir Cinta Kinan
"Saya terima nikah dan kawinnya Kinan Adelia binti Husein Abdurrahman dengan mas kawin lima puluh gram emas dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!"
"Bagaimana saksi, sah?"
"SAH!"
...*****...
Adzan subuh berkumandang. Suara keran air dari kamar mandi yang ada di seberang kamar Kinan cukup mengganggu nyenyaknya tidur gadis yang belum lama lulus dari akademi keperawatan itu.
"Nak, udah subuh. Bangun gih, jangan sampai terlambat sholatnya." Suara itu samar terdengar oleh Kinan yang tampaknya sangat kelelahan. Matanya tadi terbuka, tapi sekarang tertutup lagi.
"Kinan Adelia. Bangun!" tegas Ibu Kinan yang akhirnya masuk ke kamar putrinya sambil menyipratkan air agar Kinan segera bangun.
"Eh, Ibu. Iya, ini Kinan bangun kok," ucap Kinan yang segera duduk sambil mengusap wajahnya.
"Bangun sholat."
"Iya, Bu." Kinan menguap berulang kali, sebenarnya ia masih sangat mengantuk. Tapi mengingat sholat subuh itu wajib, maka Kinan pun segera menghilangkan kantuknya dan segera mengambil air wudhu.
...*****...
"Papa, bangun udah subuh loh," ucap anak lelaki yang sudah rapi mengenakan peci berwarna hitam lengkap dengan baju Koko dan sarung. Ia sengaja membangunkan papanya yang masih tidur pulas di atas ranjangnya.
"Hhm," jawab pria itu hanya berdekhem.
"Papa, kok cuma hhm sih? Bangun ih, ayo kita sholat berjamaah."
"Rey sholat duluan, gih. Papa masih ngantuk, semalam lembur," kilah pria itu.
"Nggak mau! Rey mau sholat bareng Papa. Kata pak ustad kalau sholat berjamaah itu pahalanya lebih besar Papa!"
Tidak bisa mengelak, akhirnya pria itu pun bangun. "Iya iya, Papa wudhu dulu," ujarnya.
"Alhamdulillah, kemarin papa sholat subuh jam delapan pagi. Itu mah sholat Dhuha namanya, Pa."
"Itukan karena Rey nggak bangunin papa," jawab pria itu yang tidak mau disalahkan oleh anak lelakinya.
Raihan namanya, tapi lebih akrab disapa Rey. Putra seorang pengusaha bernama Dude Danuarta itu kini genap berusia 10 tahun.
"Huh dasar Papa. Selalu aja deh, Rey yang disalahkan," geleng anak lelaki yang kini sudah duduk di atas sajadah menunggu papanya selesai berwudhu.
...*****...
Kinan Adelia berumur 22 tahun. Lulusan akademi keperawatan yang meraih full beasiswa itu kini berkerja di sebuah rumah sakit swasta. Tentunya Kinan bekerja sebagai perawat di rumah sakit tersebut.
"Kinan, kamu udah umur berapa sih, Nak?" tanya Halimah sambil mengaduk nasi yang baru saja masak hingga asapnya mengepul keluar dari rice cooker.
"22 tahun, Bu." Kinan menjawabnya agak malas. Bukan pertama kali ibunya itu menanyakan umur, kali ini alasannya pasti sama. Pertanyaan ibunya tidak jauh dari seputaran, jodoh.
"Dulu ibu melahirkan kamu umur 22 tahun loh, Ki."
"Terus?" jawab Kinan sambil memutar bola matanya. "Kinan udah telat nih, Bu. Kinan berangkat dulu ya," ucapnya yang sudah tahu akan ke arah mana pembicaraan ibunya.
"Eh eh, kamu nih ya. Ibu kan belum selesai bicara, tahu nggak?"
"Ingat pesan almarhum ayah kamu, Nak. Kelak kalau ada pria Sholeh yang melamar, kamu jangan langsung menolaknya."
"Iya, Kinan tau kok apa yang mau ibu bicarakan. Jodoh itu ditangan Allah, Bu."
Ayah Kinan meninggal saat Kinan baru akan memasuki kuliah. Tepat di hari kelulusan Kinan, ayahnya mengalami kecelakaan. Nyawanya tidak tertolong saat Kinan baru akan memasuki dunia perkuliahan. Beberapa bulan ayahnya di rawat di rumah sakit, dan Kinan harus ikhlas, Ayahnya tiada.
Halimah menganggukkan kepalanya. "Bener, tapi Ibu cuma mau kasih tahu kamu. Jangan selalu menolak kalau ada yang datang melamar kamu. Nggak baik," ucapnya.
"Lalu Kinan harus menerimanya gitu? Meski Kinan ngga sreg?"
"Bukan gitu loh, Nak. Kamu kan bisa istikharah dulu, jangan langsung tolak. Takutnya jodoh kamu jauh kalau keseringan nolak lelaki Sholeh."
Kinan terdiam. Meski kata-kata ibunya tidak salah, tapi dia tidak sepenuhnya mengiyakannya juga.
"Ibu maunya gimana?" tanya Kinan dengan bibir maju ke depan.
"Kok Ibu? Itu kan terserah kamu, Nak. Cuma kalau ada lelaki baik yang datang, Ibu minta kamu jangan langsung menolaknya, bisa?"
Kinan tidak dapat berdebat tentang itu dengan ibunya. "Baik, nanti kalau ada yang datang lagi. Kalau ada loh, Bu."
"Ya jelas ada lah, Nak. InsyaAllah. Buktinya minggu depan ada yang bakalan datang loh ke rumah."
"Hah? Siapa?" tanya Kinan kaget.
"Ada deh, nanti juga kamu tahu. Kamu nggak mau sarapan dulu?" tanya Halimah pada anak satu-satunya itu.
"Ngga usah deh, Bu. Kinan minum teh anget udah cukup, belum lapar. Kinan berangkat dulu ya, takut telat. Assalamu'alaikum."
Halimah mengangguk sambil memberikan punggung tangannya untuk dikecup oleh Kinan. "Wa'alaikumsalaam. Hati-hati ya,"
"Iya, Bu."
Jalanan kota Jakarta selalu ramai. Bukan Jakarta namanya jika tidak mengalami yang namanya macet. Kinan harus menaiki angkutan umum menuju rumah sakit tempat ia bekerja.
Suara klakson mobil bersahutan sudah biasa didengar Kinan, meski kupingnya sedikit merasa bising mendengar keributan yang diakibatkan oleh jalanan yang macet.
Kedua mata Kinan terperanjat menatap orang yang ada di dalam mobil tepat di sebelah angkutan umum yang sedang dinaikinya.
Pria tampan.
"Astaghfirullah." Kinan sempat terpesona, sebagai insting perempuan normal pada umumnya. "Kayak artis Korea. Masya Allah sungguh indah ciptaan-Mu," ucapnya sambil berusaha mengalihkan pandangan.
Di sebelah pria itu terlihat seorang anak laki-laki yang sedang duduk tenang sambil memegangi sebuah buku di tangannya. "Apa itu anaknya, ya?" gumam Kinan yang entah kenapa malah penasaran.
Alih-alih menundukkan pandangan, Kinan malah ingin melihat pria itu sekali lagi.
"Ya Allah kenapa ya, kok kayaknya aku pernah ketemu gitu sama dia di suatu tempat. Wajah dia kayak nggak asing gitu," sambil terus mengelus dadanya. "Istighfar kamu, Kinan. Jaga hati, jaga hati," ucapnya berulang.
Batin Kinan terus bermonolog. Dia berpikir pria itu pasti sudah memiliki istri. Yang di sebelahnya itu pasti anaknya. Ya Allah kok bisa sih Kinan sempat kagum sama pria yang sudah memiliki anak. Tak henti-hentinya Kinan terus beristighfar, tidak seharusnya Kinan menatap pria itu. Kinan lupa menundukkan pandangan yang sulit ia elakkan. Pesona pria itu, Kinan terlena. Meski pada akhirnya dia tetap saja menyesali perasaan yang tidak seharusnya ada padanya sekarang.
"Assalamu'alaikum, Kinan." Suara lelaki yang tidak asing lagi bagi Kinan. Dia adalah Hamzah, dokter umum di rumah sakit tempat ia bekerja. Sudah sejak lama Hamzah menaruh perhatian pada Kinan. Tapi, gadis itu tidak pernah merespon lebih, hanya sekedar tegur sapa seperti biasa saja.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh." Kinan menjawab salam Hamzah dengan lengkap. Bukan tanpa alasan, karena jika Kinan menjawabnya pendek, maka Hamzah akan memintanya mengulang dengan salam yang lebih lengkap. Kinan sangat hapal dengan kebiasaan Hamzah.
"Udah sarapan?" tanya Hamzah.
Kinan tersenyum sekilas tapi tidak berlama-lama menatap Hamzah. "Udah kok, Dok."
"Alhamdulillah. Kalau gitu saya ke ruangan dulu ya."
"Baik, Dokter." Kinan mengangguk. Hamzah pun berlalu menuju ke ruangan kerjanya.
Kinan juga akan segera memulai pekerjaannya sebagai perawat. Saat ia sedang berjalan menuju ruangan loker. Sosok pria berjalan di depan Kinan. Pria itu tampaknya tidak asing bagi Kinan. Sepertinya mereka sudah pernah bertemu. Tepatnya, dirasa Kinan pernah melihat pria tersebut, tapi dimana ya? Kinan masih berusaha mengingatnya lagi.
"Astaghfirullah. Bukannya itu cowok yang ada di dalam mobil tadi?"
Kinan terperanjat.
"Permisi," suara pria itu membuat Kinan memaku di posisinya.
...______...
Assalammualaikum. Apa kabar? Udah lama banget, ya. Cherry nggak nulis di sini. Mungkin buat yang udah pernah baca cerita ini di aplikasi orange pasti ngga asing sama nama Kinan. Kali ini Cherry memutuskan menuliskan kembali cerita ini di sini, karena sewaktu di apk Orange masih menggantung, hehe.
Kabar baiknya, cerita ini sudah di kontrak oleh pihak Noveltoon.
Jadi, pembaca tidak perlu merasa cemas kalau cerita ini akan setengah-setengah lalu diboyong ke tempat lain. Sebab, ini sudah menjadi karya yang di kontrak dan insyaAllah akan di selesaikan sampai TAMAT di Noveltoon. Doakan saja agar cherry sehat selalu, aamiin.
Semoga pembaca terhibur dan mendapatkan sedikitnya hal bermanfaat setelah membaca ini.
Kunjungi juga social media aku ya.
IG : Cherry.apink
Tik Tok : Checherryyy
Wp/apk Orange : Myapplecherry
Dr*eame/*** **** : Apple Cherry
GN/Apk merah : Apple Cherry
Kb*m ada tapi aku gak nulis di sana, ada karya gak aku lanjutkan 🤣 efek kebanyakan APK.
Yang sedang aktif di sini, di orange dan di ungu 🥰😇
Khusus Takdir Cinta Kinan exclusive only Noveltoon ☺😚
Terima kasih ^^
Happy Reading.
^^^Xoxo Cherry^^^
^^^3/desember/2021^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Sri Widjiastuti
blm paham ni... ada akad trus kilas cerita nii
2023-02-21
0
Iis Siska
mampir
2022-11-21
0
Vera Diani
Mampir
2022-09-09
0