"Dia anakku bukan anak orang lain, dan tubuhmu serta dirimu adalah milikku"
~ Rendra~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fafacho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 32
Adiba berjalan dengan sedikit menghentakkan kakinya masuk kedalam ruangan Rendra saat ini. dia melihat pria itu yang tengah menatapnya tanpa ekspresi semakin membuat dirinya kesal saja untuk saat ini.
“kau sudah membeli pesanan ku?” tanya Rendra pada Adiba.
“Apa anda tidak bisa melihatnya pak” ketus Adiba sambil membawa Mocca Latte pesanan Rendra tadi. Dia berjalan mendekat kearah pria itu yang yang mengkerut kan dahinya.
“Ya maaf, saya tidak terlalu memperhatikan” pungkas Rendra santai.
“Ini pesanan anda tadi” ucap Adiba menaruh minuman itu didepan Rendra.
Rendra melihatnya sekilas, dan menatap Adiba kembali.
“kenapa masih disni? Kamu mau? Ambil saja. Aku sudah tidak ingin” ucap Rendra pada Adiba.
“Apa?” Adiba melebarkan matanya menatap tak percaya pada Rendra, dia takut salah dengar.
“Aku sudah tidak mau sayang, kamu ambil saja. Aku ingin minum air putih saja” ucap Rendra sambil mengangkat gelas yang ada di mejanya dari tadi menunjukkannya pada Adiba.
“Kau mengerjai ku ya?” tukas Adiba kesal dengan ulah Rendra barusan.
“Siapa yang mengerjai mu, salahmu sendiri lama. Cepat ambil itu, aku mau kerja lagi jangan ganggu aku” pungkas Rendra dan menegak air di gelas sambil memincingkan matanya melihat Adiba yang tampak kesal menatap dirinya saat ini.
“Mamanya Rafka sabar, jangan natap aku benci begitu dong. Nanti makin cinta lagi,” goda Rendra sambil tersenyum menatap Adiba.
Adiba langsung mengambil Mocca Latte yang dia beli barusan tak lupa tatapan kesal dia berikan pada Rendra. Pria itu tidak merasa bersalah atau apa, dia malah tersenyum saat ini.
Adiba uring-uringan sendiri di hatinya, ia benar-benar tidak habis pikir dengan Rendra yang sudah mempermainkan dirinya sekarang. Pria itu ingin balas dendam atau apa sih dengannya.
......................................
“Papa..” seru bocah kecil yang berlari masuk kedalam ruangan rendra saat ini.
Adiba yang duduk di kursinya terkejut mendengar suara itu, dia langsung mendongak melihat putranya yang masuk kedalam ruangan Rendra saat ini sambil menggendong tas sekolah.
“Waah, anak Papa sudah pulang” ucap Rendra langsung berdiri sambil tersenyum berjalan kearah Rafka yang menghampirinya. Sepertinya Rafka belum menyadari kalau mamanya juga berada di situ fokusnya hanya pada Papanya yang merentangkan tangannya menyambut dirinya saat ini.
“Rafka,” gumam Adiba dan langsung berdiri dari duduknya berjalan menghampiri Rafka yang telah di gendong oleh Rendra.
“Rafka, kenapa kamu bisa kesini nak?” tanya Adiba saat berada di depan anaknya yang membelakangi dirinya saat ini.
Rafka langsung menoleh kebelakang, dia langsung berseri saat melihat Mamanya yang juga berada di tempat yang sama dengan Papanya.
“mama?” ucapnya dan langsung turun dari gendongan sang Papa berdiri mendongak menatap Mamanya.
“Kak, aku tidak mau lagi menjemput anakmu. Dia pintar sekali banyak pertanyaan darinya yang diberikan padaku” ucap Jeremy yang berjalan masuk terengah-engah, dia lelah sendiri saat ini karena mengejar Rafka yang berlari saat Jeremi mengatakan kalau ini kantor Papanya.
“dengan keponakan sendiri protes,” cibir Rendra pada adiknya.
“Mama kok ada di kantor papa juga, Mama kerja disini?” tanya Rafka yang berdiri di depan mamanya yang sudah menyamakan tinggi dengannya.
“Mama kamu memang kerja disini, Mama sama papa kan selalu bersama” ucap Rendra menyela terlebih dahulu saat Adiba akan menjawabnya.
“Yey, bentar lagi aku punya adik dong berarti” ucap Rafka gembira.
Tiga orang dewasa yang berada disitu tentu saja terkejut terutama Adiba yang melebarkan matanya menatap Rendra yang juga menatapnya.
“mampus tuh, dia udah minta adik” goda Jeremy.
“Adik apaan sayang, kenapa kamu bilang begitu” lirih Adiba yang sekilas melihat Rendra malu-malu, wajahnya memerah menahan malu.
“Iya ma, itu Mama sama papanya Gio sering bareng sama-sama di ruangan. Keman-mana bersama, terus Gio punya adik. Aku..aku juga mau ma punya adik” rengek bocah yang hampir berumur enam tahun itu.
Rendra menahan senyum saat Adiba seakan bingung untuk menjawab, dia menutupi senyumnya dengan tangannya agar Adiba tidak melihat. Anaknya memang luar biasa, kalau Rafka begini terus pasti mau tidak mau Adiba bakal menerima dirinya.
“Sini sayang sama papa” ucap Rendra sekilas tersenyum menatap Adiba yang melihatnya aneh.
Rafka langsung berjalan kearah Rendra yang sudah menekuk lututnya didepan dirinya saat ini.
“Rendra pengen punya adik ya, mau punya adik cewek atau cowok sayang?” tanya Rendra dan langsung mendapat plototan tajam dari Adiba. Tapi Rendra mengabaikannya saja, dia malah menggendong sang anak dan mengajaknya untuk duduk di sofa.
“Jeremy tolong belikan kakak es krim” pungkas Rendra sambil berjalan kearah sofa.
“kak aku bukan babu mu, yang kau suruh seenaknya.” Keluh Jeremy yang merasa keberatan.
“Ya sudah kalau kau tidak mau, uang jajan mu dariku tidak akan aku berikan. Andalkan saja uang dari papa yang kurang itu” ancam Rendra pada adiknya tersebut.
“Lo nyebelin ya, Adiba jangan mau jadi istri kakakku” kesal jeremy sebelum pergi, entah dia pergi membeli es krim atau pergi kemana yang jelas pemuda itu langsung pergi dari ruangan Rendra.
“Kok diem sayang, tadi belu jawab pertanyaan papa. Kamu mau punya adik?” tanya Rendra pada Rafka yang diam memperhatikan Jeremy yang keluar.
“Iya, aku udah mau enam tahun. Teman-teman aku udah punya adik, aku belum, aku juga baru tahu kalau aku ada papa” lirih bocah kecil itu sedikit sedih.
“Sabar ya, Mama kamu lagi jual mahal sih. Kalau nggak jual mahal pasti bentar lagi punya adik” uap Rendra sambil melihat Adiba yang berdiri menatapnya kesal.
“Memang Mama barang pa, kok dijual Mahal” ucap bocah itu polos.
“bukan begi..”
“Rafka sini sama Mama,” panggil Adiba dan dia mendekat pada Rafka dan juga Rendra yang duduk di sofa. Dia segera mengangkat anaknya.
“Kok kamu bisa kesini, mama kan sudah bilang sama kamu kalau sama orang asing jangan Mau” ucap Adiba pada Rafka.
“Dia bilang adik Papa ma, aku tadi juga udah kasih pertanyaan sama Om itu. dia nunjukin foto Papa” jawab polos bocah tersebut.
“Jeremy bukan orang asing, dia adikku. Om dari rafka, dia juga aku yang suruh” tukas Rendra dan langsung berdiri menghampiri Adiba.
“Tapi dia orang asing bagi Rafka termasuk kamu juga, dia dan kamu asing bagi kita” pungkas Adiba menatap tidak terima Rendra.
“Papa bukan orang asing Ma, dia Papa aku kan” sahut bocah itu menatap kedua orang tuanya yang terlihat bersi tegang.
“Lihat Kan, dia anak siapa. Dia anakku, dia membelaku” ucap Rendra merasa menang karena Rafka membela dirinya saat ini.
“Sudah, tidak usah kesal begitu. Kamu iri tidak ada yang bela, maka ayo nikah sama aku kita buat adik buat Rafka sekaligus buat seseorang yang bisa membelamu.” Pungkas Rendra sambil tersenyum penuh kemenangan menatap Adiba yang menatapnya tak berekspresi.
°°°
T.B.C