Penyesalan CEO Lumpuh

Dokter yang memeriksa Meidina pun keluar, Bi Min sontak berdiri "Bagaimana keadaan nona kami dok?" tanya Bi Min kepada sang dokter wanita di depannya.

"Nona kalian baik-baik saja, dia hanya perlu istirahat agar janin yang ada di dalam kandungan nya sehat" ucap sang dokter.

Deg

Bi Min kaget, sekaget-kagetnya. Hendri yang berada di samping Bi Min hanya mendengarkan nya dengan santai. Tidak seperti Bi Min yang shock keget, Hendri sudah merasa bahwa nona muda nya akan hamil anak tuan muda nya.

Benar kan aku bilang, nona muda pasti sebentar lagi akan hamil. Tuan muda sangat hebat, dengan satu tembakan membuat perut nona muda membesar selama 9 bulan. Batin Hendri

Bagaimana ini, bagaimana. Apa yang harus ku katakan pada tuan muda dan tuan besar, jika nona muda hamil. Apa ini anak tuan muda, pasti tidak mungkin. Batin Bi Min.

"Kalau begitu, saya permisi dulu. Kalian boleh menengok nya di dalam" ucap sang dokter, ia pun pergi meninggalkan Bi Min dan Hendri.

Bi min segera masuk ke dalam, di buntuti Hendri dari belakang.

Bi min masuk, nampak nona mudanya sedang berdiam diri berada di dalam lamunan "Nona" saut Bi Min.

tetapi tidak menyadarkan Meidina. Bi Min menggoyang-goyangkan tubuh Meidina, meidina pun tersadar dari lamunan nya.

Ia melirik ke arah Bi Min, dengan sorot mata nya sedih dan memilukan. Matanya memerah dan tangisan tidak bisa meidina bendung, Bi Min memeluk nya erat.

Berusaha menenangkan Meidina, Bi Min juga tahu apa yang di rasakan nona muda nya itu.

Pasti sangat terkejut, ketika mendengar kehamilan. Tentu saja, bahkan Meidina tidak tahu siapa lelaki yang sudah menaruh benih di rahim nya. Hendri yang melihat nona muda nya, merasa bersalah.

Apa aku katakan saja, jika tuan muda Sakha lah yang sudah menghamili nona muda. Tetapi tuan muda melarang siapa pun, untuk mengatakan kejadian waktu malam itu pada siapapun bahkan termasuk nona muda. Batin Hendri.

"Kasihan nona muda" gumam nya yang melihat Meidina tersendu-sendu menangis.

"Nona, ayo kita pulang" ajak Bi Min, Meidina hanya menggelengkan kepala nya.

Takut, takut dan bingung, apa yang harus ia katakan pada suami nya. Jika ia sudah hamil anak dari lelaki lain, apakah keluarga Arsakha akan membuangnya atau justru akan senang mendengarkan kabar ini.

Hendri kaluar dari ruangan itu, ia mengambil ponsel yang berada di dalam saku celana nya. Ia mencari tempat yang nyaman, dan mulai Menghubungi tuan muda nya.

Sudah beberapa kali ia menghubungi nya, tetap saja tidak ada jawaban dari sang penerima.

Akhirnya Hendri mencoba Menghubungi Adam, dan Adam menjawab nya.

Akhirnya Tuan Adam menjawab. Batin Hendri yang bernafas lega.

📞 "Halo" ucap Adam di sambungan telepon.

📞 "Halo Tuan Adam, apa kah Tuan Sakha ada?" tanya Hendri yang menanyakan keberadaan tuan muda nya.

📞 "Ya, dia ada di dalam sedang rapat dengan para petinggi perusahaan. Ada apa mencarinya?" tanya Adam penuh arti.

Hendri terdiam, haruskah ia mengatakan jika nona muda nya sudah hamil.

📞 "Tuan Adam, nona muda hamil" ucap pelan Hendri.

Adam terdiam sejenak, sama bingungnya seperti Bi Min. Apa yang harus ia katakan pada Tuan Rendra, tidak mungkin kan jika ia mengatakan. Seorang pria lumpuh, sudah menghamili istri sah nya yang sekarang tegah di bawah umur.

📞 "Hmm, aku akan memberitahukan nya ke Sakha" Adam segera mengakhiri panggilan Hendri.

Hendri bingung kenapa sikap Adam sama seperti Sakha akhir-akhir ini.

📞 "Sudahlah, yang terpenting aku sudah mengatakan nya" ucap Hendri, ia segera pergi meninggalkan tempat itu.

Tanpa ia sadari, seseorang berdiri di belakangnya sedari tadi saat Hendri menelepon Adam.

Adelia tidak sengaja bertemu mobil Hendri di jalan, Adelia pun segera mengikuti nya. Awalnya ia berpikir ini tidak penting, saat sudah mengetahui hal besar seperti ini, Dirinya seperti menang lotre 10 milyar.

Bagaimana tidak. Adelia pikir, ini adalah aib bagi keluarga virendra. Karena Meidina hamil anak dari lelaki lain, tentu saja. Dia tidak tahu bahwa Sakha tidak lumpuh.

Ini adalah suatu keberuntungan untuk ku. Gumam Adelia dalam hati nya, ia segera pergi dari rumah sakit itu.

Bi Min masih berusaha mengajak Meidina pulang, Hendri juga.

Ia sangat khawatir akan keadaan nona muda nya, Meidina terus-terusan menangis. Akhirnya Meidina mau di ajak pulang, dengan langkah yang berat ia melangkah.

Semuanya sudah Hendri bereskan, Meidina masuk bersama Bi Min ke dalam mobil. Meidina melamun, bagaimana ia harus menjelaskn nya pada Sakha nanti.

Tuan muda, pasti dia akan sangat marah padaku. Gumam nya di dalam hati.

Meidina meratapi nasib nya kali ini, ia harus bercerita pada Adinda. Tapi itu tidak mungkin, ia lebih baik membungkam mulut nya. Biarlah tuhan yang memberikan jalan yang terbaik untuk nya.

Ini adalah suatu ujian berat yang harus Meidina lewati, meskipun ia tidak tahu siapa ayah dari anak yang tengah ia kandung ini.

Ia masih akan tetap merawatnya daripada menggugurkan nya, sungguh wanita yang kuat♡