NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikahi Duda

Terpaksa Menikahi Duda

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis
Popularitas:760.6k
Nilai: 4.9
Nama Author: Miss Merveille

Tak ada cinta yang tersisa di dalam hati seorang Digo Uparengga. Semenjak pengkhianatan yang dilakukan oleh sang istri dengan adik kandungnya sendiri bukan hanya meninggalkan luka yang menganga di dalam hati Digo, tetapi kelainan impoten yang membuat dirinya di cap sebagai lelaki anomali.

Berbagai cara telah dia lakukan untuk menyembuhkan kelainannya. Namun, tak ada satupun yang berhasil. Hingga, ia bertemu dengan seorang gadis mabuk yang membuatnya Turn on untuk sekian lama. Tanpa pikir panjang, untuk meyakini dirinya telah sembuh dia pun meminta permintaan gila kepada gadis itu, yaitu menikah dengannya.

Apakah gadis itu bersedia menikah dengan Digo?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Merveille, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Percobaan Malam Pertama

Bagi Arumi, perihal dia mampu tidaknya menyembuhkan Digo adalah perihal yang penting. Maka dari itu, tidak segampang itu Arumi menyetujui ucapan ngasal Digo yang berkata dengan Arumi berdiri tanpa busana di hadapannya sudah cukup membuktikan tidaknya Arumi dapat menyembuhkan kelainan impoten yang selama ini lelaki berkepala tiga itu derita.

Tidak untuk Arumi. Gadis tinggi semampai itu ingin benar-benar menyembuhkan sang suami. Baginya, dengan hanya berdiri tanpa busana itu bukan cara menyembuhkan Digo, melainkan pembuktian jika Digo benar-benar mengidap kelainan impoten atau tidak. Gadis itu berpikir, bukankah Digo sudah membuktikan jika dirinya memang impoten dan tidak berselera dengan tubuh polos wanita? jadi Arumi kekeh dengan pendirian menentang keinginan Digo dan mencari cara lain untuk dapat benar-benar menyembuhkan sang suami dengan tubuhnya sendiri. Beruntungnya Digo mengerti. Lelaki itu memaklumi dan paham niat baik sang istri. Maka, itu lah alasan mereka tidak tidur satu ranjang atau melakukan ritual yang biasa pengantin baru lakukan selepas malam resepsi selesai.

"Jangan lama ganti baju. Lo harus tanggung jawab karena nendang gue."

Dengan tubuh yang kelelahan selepas resepsi pernikahannya, dan pada pagi yang mulai menjemput malam, Arumi keluar dari dalam kamar mandi setelah selesai bersih-bersih badan dan mengambil minyak pijat dari kotak obat di dalam kamar mandi. Gadis bermata coklat gelap itu berjalan tergopoh-gopoh membawa tubuhnya yang begitu letih mendekati Digo yang sudah siap di posisinya; telungkup tanpa menggunakan baju apapun. Tubuhnya yang kekar terpanjang begitu nyata bak lukisan indah di dinding galeri lukis memenuhi indra pengelihatan Arumi. Sejenak gadis itu terdiam membisu. Ada sembilu yang tiba-tiba datang mengiris kalbu. Bayangan akan masa lalunya dengan Leon kembali mengusik. Kurang ajar sekali, gumamnya dalam hati mencoba mengenyahkan pikiran akan lelaki tak tau diri itu dan fokus pada suaminya yang memiliki tubuh mirip dengan sang mantan kekasih dulu.

Dia mendekat dan meletakkan minyak pijat berbentuk botol kaca di atas ranjang sebelum kemudian dengan perlahan-lahan dia naik ke atas ranjang, mengambil kembali minyak pijat tadi dan mulai menuangkan perlahan di atas bahu atletis sang suami.

Terdengar suara desahan Digo ketika tangan mungil Arumi mulai menelusuri setiap lekuk tubuh indahnya. Matanya terpejam tak kala merasakan sensasi luar biasa dari tangan mungil gadis yang saat ini sudah berstatus istri sahnya.

Enak. Satu kata yang tepat. Tak sia-sia dia menikahi gadis pemabuk itu. Selain, dia yakin impotennya akan sembuh berkat dirinya, Arumi juga pandai dalam urusan melayani suami dalam bentuk lainnya. Contohnya memijat seperti ini. Bagus menurut Digo. Lelaki itu bisa menghemat anggaran untuk pergi ke tempat spa atau pijat refleksi lainnya jika suatu hari nanti tubuhnya sudah minta di servis. Dia hanya perlu memanggil sang istri untuk memijat tubuhnya tanpa mengeluarkan kocek yang dapat membolongi dompetnya.

"Ia di situ terus naik." Tangan mungil Arumi terus bekerja. Mengikuti setiap perintah yang suaminya katakan. Tangannya begitu cekatan memijat dari satu titik ke titik lainnya hingga membuat sang suami merem melek keenakan.

Huh, dasar cowok egois. Bisa-bisanya dia keenakan gara-gara pijitan gue, sementara gue mati-matian nahan capek dan ngantuk mijitin dia. Kalau bukan statusnya suami dan gue takut di apa-apain sama dia, dah gue tempeleng dari tadi nih cowok.

Sambil terus mengerut dan menyumpah serapani suaminya sendiri, setengah malas dan mengantuk Arumi terus memijat tubuh Digo hingga nyaris satu setengah jam lamanya tanpa jeda. Dan, tepat suara azan subuh berkumandang di toa masjid Arumi tersadar dari kantuknya. Dia beringsut turun dari kasur dan menatap sejenak Digo yang sudah terlelap di telan mimpi. Bahkan suara dekuran cukup keras terdengar bersautan dengan suara azan yang di kumandangkan oleh sang muazin menandakan tidurnya yang begitu lelap dan nyenyak.

Sudah layaknya terlihat seperti zombie yang haus akan daging manusia, Arumi berjalan masuk ke kembali ke dalam kamar mandi. Membersihkan tangannya dari sisa minyak pijat dan melangkah keluar untuk mengambil bantal dan selimut yang letaknya tepat di sebelah sang suami. Matanya yang setengah tertutup menandakan betapa lelahnya gadis itu. Dia ingin cepat-cepat mengambil bantal dan selimut lalu menatanya di sofa serta kemudian pergi tertidur menyusul sang suami di alam mimpi.

Namun, suatu kejadian tak terduga tiba-tiba menimpah Arumi mana kala gadis itu hendak mengambil bantal dan selimut tebal berwarna putih dari atas ranjang. Tangan kekar milik Digo, secepat kilat mencekal tangan Arumi, membuat gadis itu tersentak kaget sampai menjatuhkan seluruh bantal dan selimut di pelukannya.

Kening Arumi mengeryit. Terheran-heran akan kelakuan mengejutkan sang suami. Tangannya yang masih menggenggam lengan Arumi tapi matanya yang sama sekali tidak mengerjap membuat Arumi yakin jika sang suami sedang mengigau dalam tidurnya. Perlahan-lahan tanpa berniat membangunkan Digo, Arumi mencoba melepaskan cekalan tangan Digo. Tetapi sialnya, lelaki itu justru menarik tangan Arumi membuat gadis itu jatuh tepat di atas tubuh kekarnya. Napas Arumi tertahan dengan sendirinya, jantungnya tiba-tiba berdetak begitu kencang seperti ada seekor kodok yang sedang melompat-lompat di dalam sana.

Gadis dengan tinggi badan seratus lima puluh delapan sentimeter itu mencoba menetralkan kesadarannya. Menarik napas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan. Baru setelah keseimbangannya telah terkumpul, Arumi memberanikan diri menolehkan kepalanya berlahan-lahan melihat wajah Digo. Dia terkejut bukan kepalang kala melihat mata Digo yang terbuka lebar sedang menatapnya dengan sebuah senyuman yang begitu indah bagi wanita lain yang melihat tapi begitu mengerikan bagi Arumi yang berada dalam jarak sedekat itu dengannya.

Wangi tubuh maskulin yang sudah sedaritadi memenuhi indra penciumannya dan hampir saja menghilangkan kewarasannya dengan tegas Arumi enyahkan. Matanya mendelik bersih tatap dengan Digo, dan tubuhnya sedikit mengangkat dengan kedua tangan yang memisahkan antara tubuhnya dengan tubuh sang suami.

"Lo mau ngapain, sih? Gue kan udah bilang gue belum nemuin cara buat lo sem..."

Cup...

Satu kecupan melesat seperti sebuah kilat di bibirnya. Arumi membeku, tak tau harus berbuat apa. Digo mencium bibirnya tiba-tiba. Dan itu berhasil membuat gadis itu gugup dan malu setengah mati.

Matanya melirik ke arah Digo, tapi tubuh dan kepalanya masih mati sementara. Dengan susah payah Arumi berusaha menggerakkan lidahnya yang tiba-tiba saja ikutan keluh tak dapat bergerak. Dia melontarkan sebuah tanya yang sifatnya tetoris. (Sebuah Pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban).

"Lo nyium gue?"

Digo malah nyengir kuda tanpa sedikit pun merasa bersalah telah mencium istrinya.

"Salah? Lo kan bini gue."

Mata Arumi mengerjap-ngerjap, tangan kanannya sedikit terjulur menusuk-nusuk pipinya sendiri dengan jari telunjuk.

Apa gue mimpi? Hah, Digo nyium bibir gue? Gue pasti mimpi ini.

Dia terus mensugestikan dirinya kalau adegan barusan adalah sebuah mimpi. Tapi, dia segera tersadar ketika merasakan sebuah kehangatan yang begitu nyata dari tubuh telanjang sang suami.

Rasa-rasanya mimpi tidak akan senyata ini. Bukannya kalau kita bermimpi kita tidak dapat merasakan apapun?

Wajahnya yang membeku berlahan sudah mulai melunak. Di tolehkannya kembali kepalanya untuk menatap Digo dan menyakini jika dia benar-benar sedang bermimpi. Namun, entah mengapa wajah Digo terlihat begitu nyata dari sebuah mimpi. Apakah, dia sebegitu frustasinya memikirkan bagaimana cara menyembuhkan Digo hingga terbawa mimpi dan membuat mimpi itu terlihat seperti benar-benar nyata. Arumi berpikir keras mencoba mencari cara agar terbangun dari mimpi aneh ini. Tapi lamunannya terbuyar kala sebuah elusan lembut terasa di puncuk kepalanya. Dia seperti seekor anak kucing yang mendapatkan belaian lembut oleh sang majikan, menggeliat kecil merasakan kenyamanan dari belaian tersebut.

"Gue nanya apa salah gue cium bibir bini gue sendiri?"

Suara itu begitu nyata terdengar, belaian lembut di kepalanya juga terasa begitu nyata. Tidak mungkin mimpi terasa senyata ini. Kepalanya menggeleng-geleng, mencerap keadaan sekitar dan mencerna apa yang terjadi. Sampai beberapa detik kemudian, Arumi akhirnya tersadar jika itu semua adalah sebuah kenyataan bukanlah ilusi ataupun mimpi.

Segera, dia bangkit dan berdiri dengan tertatih-tatih merapihkan piayama polkadotnya. Menata rambutnya yang sempat terasa begitu nyaman karena sentuhan lembut Digo. Dia menjadi kikuk. Bingung harus bersikap seperti apa.

"Ehmm... Gapapa." Katanya menjawab dengan nada terbata-bata. "Gue, gue cuma kaget aja, tiba-tiba lo nyium bibir gue." Tangannya tak bisa diam. Saling bertautan dan mencengkram satu sama lain mencoba menghilangkan kegugupan dan kekikukan yang kini sedang melanda dirinya.

"Kalau gapapa yaudah sini dong, tidur di sebelah gue." Tubuh Digo meringsut sedikit, tangannya menepuk-nepuk tempat kosong di sebelahnya. Arumi terdiam mematung tak ada niatan menyetujui keinginan Digo, karena pikirannya secepat kilat melayang mulai merekam kejadian apa saja yang akan terjadi setelah ini.

"Gu-gue tidur di sofa aja." Buru-buru Arumi memunguti bantal dan selimutnya yang jatuh di lantai. Berjalan ke arah sofa yang berada di sebelah ranjang dan langsung menata.

Digo bangun dari tidurnya. Meraih bajunya sambil matanya awas tak rela barang sedetikpun lepas dari menatap Arumi yang sedang menata bantal dan selimut di sofa. Lelaki itu buru-buru turun dari ranjang dan menghampiri Arumi. Berdiri tepat di belakang Arumi dan mengambil alih pekerjaan yang gadis itu sedang kerjakan.

Posisi mereka terlihat seperti sedang berpelukan, Arumi langsung menghentikan aktivitasnya kala merasakan tubuh kekar Digo memeluknya dari belakang. Lelaki itu mengambil bantal yang sedang Arumi tata. Meletakkannya di kepala sofa berikut dengan selimut yang ia bentakan di seluruh badan sofa.

"Lo tidur di ranjang aja. Biar gue tidur di sini." Bisik Digo di telinga Arumi.

Arumi yang masih gugup dengan adegan tadi di ranjang bertambah gugup. Dia bahkan sampai mengigit bibir bawahnya untuk meredakan barang sedikit kegugupannya.

"Gapapa, biar gue aja yang tidur di sofa. Badan lo pasti sakit gara-gara tadi gue tendang sampai ngejengkang ke lantai."

Digo terkekeh, kemudian berdiri tegak dan meraih tangan Arumi. Memutar tubuh gadis itu agar berdiri berhadapan dengannya.

"Lo gak perlu gugup buat ngelakuin itu. Dan susah payah cari cara buat nyembuhin kelainan gue. Karena lo obatnya, lo gak perlu susah payah cari obat lain lagi buat bikin gue sembuh. Pakai hati lo, itu obat mujarab buat ngobatin kelainan gue."

Mendengar perkataan Digo, kepala Arumi mendongak menatap wajah tampan meneduhkan sang suami. Matanya melancarkan binar penuh harapan, kebahagiaan, dan rasa yang sulit Arumi jelaskan dengan kata-kata. Arumi tak mungkin mematahkan keyakinan lelaki itu dengan menolak Digo dan tetap berkata dirinya belum siap. Karena sejuta kali alasan yang dia buat pun suatu hari nanti dirinya akan tetap harus melayani Digo bukan hanya untuk menyembuhkan lelaki itu tetapi juga menjalankan tugasnya menjadi istri yang sempurna.

"Ja... Jadi gue harus coba malam ini?"

Kepala Digo mengangguk. "Santai. Nikmati semuanya dengan tenang. Gak perlu gugup dan biarkan gue yang ngelakuin itu pertama-pertama."

Sekarang giliran Arumi yang mengangguk.

"Kita coba sekarang, ya?" Tangan Digo sudah mulai menyingkap piyama Arumi. Membuka satu demi satu kancing baju gadis itu berlahan-lahan.

****

1
Kaizar Kaizar
sudah pindah lapak kah??
Cahaya Lisbet
bingung.baca apa ko ga nyambung..
Greenindya
diulang nih jadi pusing 😵
Greenindya
judul bab Arumi Maharani tapi isinya Naysila
bingung euy
Eni Nuraini
happy anniversary rumi dan digo...
Eni Nuraini
pemeran diego di ranjang tuan lumpuh juga ini kan???
pokok e tampan bgt,hot duda wkwk
Eni Nuraini
gak donk...
sebenarnya kamu baik kok,iya kan?
Eni Nuraini
mau dicoba
nikah dikit ya?
Tuti
ayo kak lanjut...
Yurniati
lanjut thorr
Sahiroh
lanjut
Nunung Ningrum
lanjut😘😘😘
dimas wahyu
akhirnya muncul lagi setelah sekian purnama
v3r4
lanjut thor👍🏻
Bambang Setyo
Akhirnya lanjut.. Kirain gak bakalan dilanjut nih cerita..
MommyNu
Masih setia menanti kelanjutannya 💪
hasimnely
lanjutdonk thor......😘😘
Tuti
lanjut...jangan digantungkan critanya
Indah Rudi
lama gak up kak😑😑
Yoca Messakh
mana lanjutannya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!