NovelToon NovelToon
My Ustadz My Husband

My Ustadz My Husband

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Contest / Sudah Terbit / Perjodohan / Poligami / Patahhati
Popularitas:21.4M
Nilai: 4.8
Nama Author: SkySal

(DALAM TAHAP REVISI!)

Di pertemuan pertamanya dengan Ustadz pembimbingnya yang bernama Bilal, putra kiai Khalil pemilik pondok pesantren Al Hikmah di Jakarta. Asma Azzahra hanyalah gadis remaja yg manja, ceria dan ke kenak kanakan sekalipun ia adalah putri dari seorang kiai pemilik yayasan Ar Rahman di desa nya. Asma menjadi dekat dengan Ustadz yg membantunya menyelesaikan ujian kelulusannya itu.
Dan beberapa hari setelahnya, Sang Ustadz memperkenalkan istri nya yang bernama Khadijah, wanita dewasa yg anggun. Asma menyambut perkenalan itu dengan senang hati.
Namun di hari berikutnya, sebuah kenyataan yg tak pernah ia bayangkan menghantam nya, saat sang Ayah mengatakan Bilal adalah suaminya dan Khadijah adalah madunya.

Ig @Skysal
Fb SkySal Alfaarr

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SkySal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 31

Asma duduk bersila menghadap Bilal yg saat ini tertidur pulas. Ia tak bisa berhenti menatap wajah Bilal, bukan karena mengagumi ketampanan nya meskipun dia memang sangat tampan, tapi Asma merasa sangat berdosa, ia membuat seorang pria yg berstatus sebagai suami nya menangis di kaki nya, ia baru sadar kata kata nya telah menghancurkan hati suami nya.

"Aku belum siap dengan peran istri ini, aku menerima pernikahan ini hanya untuk menjaga kehormatan Abi sama Ummi. Jika aku menolak, orang orang akan membicarakan ku dan merendahkan kedua orang tua ku karena aku sudah bercerai bahkan sebelum menjalani sebuah pernikahan dan itu pun di usia yg masih sangat muda. Aku harap, kamu mengerti perasaan ku dan situasi ku, aku harap kamu memaafkan ku, aku harap kamu tidak akan pernah lelah membimbing ku agar menjadi istri yg baik. Aku juga akan berusaha berdamai dengan takdir ini, akan ku coba se bisa ku"

Asma pun merangkak turun dari ranjang dan ia keluar kamar sambil membawa ponsel nya, ia hendak menghubungi kakak nya untuk menenangkan hatinya yg risau, namun ia urungkan niatnya mengingat ini sudah larut malam, ia tak mau Adil khawatir jika ia menelpon malam malam begini.

Di tengah malam saat Bilal terbangun untuk melaksanakan sholat malam nya, ia begitu terkejut mendapati Zahra nya tak ada di samping nya, Bilal mencari ke kamar mandi tapi juga tak ada, ia pun segera keluar kamar dan ia mendengar suara tv dari ruang keluarga, ia pun menghampiri nya.

Bilal bernafas lega saat mendapati Asma yg tengah tertidur di sofa dengan remote tv masih di tangan nya. Bilal mengambil remote itu pelan pelan, kemudian dengan sangat hati hati ia menggendong tubuh Asma dan membawa nya kembali ke kamar.

Bilal menidurkan Asma pelan pelan, ia menyelimuti tubuh Asma, kemudian Bilal membelai pipi Asma dengan sayang sambil terus menatap wajah kekasih hati nya itu. Ia merasa bersalah telah membuat Asma menangis, ia juga sedih karena Asma masih terus berfikir negatif tentang nya. Bilal ingin Asma menyadari cinta nya dan juga mencintai nya. Tapi Bilal mengerti perasaan dan situasi Asma.

Berdamai dengan musuh yg di benci jauh lebih mudah dari pada berdamai dengan takdir yg tak pernah di harapkan.

Bilal akan terus berusaha memperjuangkan cinta nya, dan tak akan pernah lelah. Bilal mencium kening Asma dengan mesra.

"Maafkan ke egoisan ku, Sayang. Aku harap suatu hari nanti kamu mengerti dan menerima cinta ku. Aku harap kita bisa menjalin rumah tangga yg harmonis. Aku mencintai mu, sangat mencintai mu" Sekali lagi Bilal mengecup kening Asma sebelum akhirnya ia pergi untuk melaksanakan sholat malam nya.

.

.

.

Asma tidak lagi mempermasalahkan kelas nya. Bilal benar itu hanya hal kecil, tes pun pasti di terima di kelas tiga, fikirnya. Bilal juga sudah mempersiapkan semua kebutuhan sekolah Asma, termasuk seragam nya.

Persiapan hari pertama nya, membuat Asma sedikit gugup, ia tidak mengenal siapapun disana, dan ia selalu memikirkan reaksi teman teman nya nanti saat tahu siapa Asma. Apa kata mereka nanti?

Apa lagi Asma tahu Khadijah juga mengajar di sana, itu tentu akan membuat Asma canggung. Tapi Asma tak bisa berbuat apa apa.

"Mbak masak apa?" tanya Asma yg melihat Khadijah tampak sibuk di dapur.

" Pisang keju" Asma pun hendak mengambil pisang goreng yg ada di piring tapi tiba tiba Khadijah mencegah nya.

"Asma... Tunggu... jangan..."

"Ada apa?"

"Itu masih panas" lalu khadijah mencari pisang goreng yg sudah dingin, kemudian ia meletakkan beberpa biji di piring kecil dan memberikan nya pada Asma "Oh ya, seragam mu sudah mbak setrika, Mbak juga sudah siapkan jadwal mata pelajaran mu, sudah Mbak siapkan di ransel mu"

"Mbak yang.... nyetrika baju ku?" Asma bertanya antara tidak percaya dan tidak nyaman.

"Iya, Bi Mina pergi ke pasar, masih belum pulang" Asma hanya mengangguk anggukan kepala.

"Lain kali biar aku saja yg nyetrika" ucap Asma sembari mengigit pisang goreng nya.

"Enggak apa apa kok" ucap Khadijah sembari menyunggingkan senyum, dan ini yg membuat Asma kesal. Sifat manis dan baik khadijah pada nya. Perhatian nya yg melebihi Aisyah dan Aqilah, entah Asma harus berterima kasih atau mengatakan dia tidak perlu di rawat seperti adik nya karena dia adalah madu nya?

Hati kecil Asma tersentuh dengan perlakuan baik Khadijah, hanya saja ia masih tak tahu harus bersikap bagaimana pada Khadijah.

"Oh ya, Mbak mau buat nasi goreng buat sarapan kita, karena Bi Mina masih lama kayaknya. Kamu bisa kupasin bawang engga?"

"Bisa kok" Asma pun mulai mengerjakan tugas nya itu. Saat ia mengupas bawang merah dan mengirisnya, ia tak bisa menahan air mata nya, rasanya benar benar perih, melihat itu Khadijah menjadi tidak tega dan menyuruh Asma berhenti.

"Sudah sudah... biar Mbak aja. Kamu cuci tangan pakek sabun, habis itu cuci muka"

"Enggak apa apa, Mbak. Biar aku bantuin Mbak masak"

"Kata orang, kalau mudah perih saat mengupas bawang, artinya cemburuan lho"

"Aku engga percaya mitos" sanggah Asma "Tapi memang benar aku mudah cemburu, aku bahkan cemburu saat merasa Ummi lebih perhatian sama Yasmin dari pada aku"

"Masak sih? Yasmin itu kan keponakan mu" ucap Khadijah sembari tertawa kecil.

"Ya justru karena dia keponakan, Mbak. Ummi kan ibu ku, ya Aku mau Ummi lebih perhatian sama aku. Kalau Yasmin kan ada ibunya sendiri " Khadijah terkiki geli dengan pengakuan Asma, hingga tiba tiba terdengar suara Bilal memanggil nya.

"Asma, Mbak tinggal dulu ya. Mau siapkan pakaian Mas Bilal" Asma hanya mengangguk kemudian Khadijah naik ke kamarnya setelah mematikan kompor nya.

Asma yg menunggu Khadijah tak kunjung kembali ke dapur, ia pun berniat akan membuat nasi goreng sendiri. Ia mulai mempersiapkan semua bahan nya dan mulai memasak nya.

.

.

.

"Kenapa di dapur berisik sekali" ucap Bilal sembari mengenakan kemeja nya. Ia mendengar suara dari dapur yg sangat berisik dan terdengar seperti ada benda yg jatuh.

"Oh, itu mungkin Asma, Mas"

"Ngapain dia di dapur?"

"Tadi nemenin aku masak"

"Aku yakin dapur mu sudah berubah menjadi seperti kapal pecah sekarang" ucap Bilal yg membuat Khadijah mengernyit bingung.

"Maksud nya?"

"periksa saja" ucap Bilal seolah menantang. Khadijah pun bergegas kembali ke dapur, mulut nya terbuka lebar melihat dapur nya yg memang sudah seperti kapal pecah.

"Asma... kamu masak?"

" Eh, Mbak. Iya, sudah selesai kok, abis nya tadi Mbak lama"

"Iya.. tadi Mbak nyetrika baju Mas Bilal" Khadijah mengintip ke wajan yg masih berisi nasi goreng yg berwarna sedikit aneh menurut Khadijah.

"Biar aku siapkan makanan nya" seru Asma kemudian mulai menata nasi nya di piring, tak lupa ia tambahkan telur, tomat dan mentimun yg sekilas membuat nya tampak menarik,sedangkan Khadijah mulai membersihkan dapur, ia heran kenapa banyak sekali kulit bawang di mana mana. Bahkan garam juga berserakan di lantai.

"Asma, sebaiknya kamu bawa makanannya nya ke meja makan, biar Mbak bersihkan ini" Asma yg baru menyadari ia telah membuat dapur nya sangat kacau hanya bisa meringis.

"Aku bantu Mbak" ucap nya.

"Enggak apa apa, Kamuy sebaiknya makan dulu sama Mas Bilal. Kamu harus ke sekolah kan, nanti terlambat" Asma pun menurut saja apa kata Khadijah.

Ia juga melihat Bilal yg sudah tampak rapi.

"Siapa yg masak ini?" tanya Bilal

"Aku" Asma menjawab dengan bangga. Bilal tiba tiba berdeham dan memanggil Khadijah. Khadijah pun segera datang.

"Kamu nyuruh Zahra masak?" tanya nya yg seketika membuat Khadijah langsung menggeleng dan terlihat salah faham dengan pertanyaan Bilal.

"Enggak Mas, aku engga nyuruh Asma masak, aku tadi cuma minta tolong...."

"Khadijah, bukan itu maksud ku" Bilal segera menyela melihat ekspresi khadijah yg tampak berbeda.

"Jadi maksud Mas Bilal apa?"

"Ayo kita duduk dan makan bersama, nanti kamu tahu maksud ku. Kamu juga, Zahra" Khadijah memandang Asma dan Asma hanya mengedikkan bahu.

Khadijah pun lebih dulu mencicipi masakan nya Asma, dan ia tampak menahan rasa yg sangat tidak enak, Bilal segera menyodorkan segelas air putih yg segera di teguk hampir habis oleh Khadijah.

"Kenapa, Mbak? Engga enak ya?" tanya Asma namun Khadijah enggan menjawab.

"Mas, cicipi" pinta Khadijah menyodorkan piring nya ke depan Bilal, namun Bilal malah mendorong menjauh piring itu. Melihat itu Asma tampak kesal dan tersinggung.

"Pasti enak kok, tadi aja aroma nya sudah wangi banget" seru Asma sembari menyuapkan sesendok nasi ke dalam mulut nya dan ekspresi nya pun tak jauh beda dengan ekspresi Khadijah. Melihat itu Bilal hanya mampu menahan senyum, ia juga menyodorkan segelas air untuk istri kecil nya itu.

"Kok rasa nya gitu sih?" Asma berkata sembari mengelap mulut nya dengan tisu.

"Kamu kasih apa aja tadi, Sayang?" Bilal balik bertanya.

"Ya bumbu seperti yg aku sering liat pas Ummi masak"

"Tapi ini terasa banget bawang nya dan itu juga masih mentah" sambung Khadijah "Kamu kasih berapa banyak bawang nya?"

"Tadi yg ada di keranjang aku masukin semua"

"Semua?" teriak Khadijah tak percaya.

"Iya, tadi aku cuma pakai sedikit aja, tapi pas aku tumis, wangi. Jadi aku masukin aja semua nya, aku fikir biar makin enak" Bilal menahan tawa nya mendengar jawaban Asma, sementara Khadijah hanya bisa menggelengkan kepala nya.

"Terus kamu kasih apa lagi, Sayang?" tanya Bilal berusaha tetap lembut.

"Garam, saos, kecap, merica, terus karena Mbak sakit, aku pakek gula. biar engga pakek penyedap rasa. Aku juga pakek kecap asin, biar enak"

"Em itu bagus, tapi seberapa banyak kamu kasih bumbu itu?" Bilal kembali bertanya.

"Cuma sedikit "

"kecap asin nya?"

"3 sampai 4 sendok" Bilal tak bisa lagi menahan tawa nya. Sementara Asma malah menatap tajam pada Bilal, padahal dia sudah capek capek masak tapi malah di ketawain, fikirnya. Dia memang bukan putri sultan, tapi keluarganya memperlakukan dia seperti putri mahkota, dan ia bahkan tak pernah di ajari memasak.

Khadijah pun sebenarnya juga ingin tertawa, namun ia tahu setidaknya Asma berusaha membantu.

"Maaf ya, Mbak. Aku mengacaukan dapur dan masakan nya" ucap Asma menyesal.

"Enggak apa apa, nanti Mbak ajarin kamu masak, ya" Asma mengangguk pelan.

"Ini sudah siang, Ayo Zahra cepat ganti baju mu" pinta Bilal "aku akan mengantar mu ke sekolah "

"Apa? Engga. Aku bisa sendiri"

"Tapi ini kan hari pertama mu"

"Terus? Aku bukan anak TK kali" ucap Asma dan ia pun segera kembali ke kamar nya untuk bersiap siap.

"Sudah, jangan di paksa. Mending kamu ke kantor sekarang, nanti Mas jangan lupa sarapan ya" sambung Khadijah.

"Iya, lain kali jauhkan gadis itu dari dapur, kasian kamu dan Bi Mina kalau harus membereskan ke kecauan yg dia buat" ucap Bilal sembari tertawa kecil.

"Ya engga apa apa, Mas. Salah di kali pertama itu kan wajar " Bilal tersenyum bangga mendengar jawaban Khadijah yg selalu bijak.

"Ya sudah, aku pergi dulu" Khadijah mencium tangan Bilal kemudian Bilal mencium kening Khadijah. ingin rasanya dia melakukan hal yg sama pada Asma, namun gadis itu belum turun juga sementara Bilal harus segera pergi.

"Hati hati"

"Iya, sayang. Kamu juga ya, saat Bi Mina pulang, minta dia buatkan sarapan dan jangan lupa minum obat mu" Khadijah mengangguk mendengar wejangan Bilal.

Setelah Bilal pergi, Khadijah menyiapkan pisang keju ke dalam kotak makanan untuk ia berikan pada Asma. Saat Asma turun ia segera menyerahkan nya.

"Apa ini?"

"Pisang keju yg tadi Mbak buat, kamu bawa ya, kamu bisa makan saat jam istirahat" Asma tertawa kecil sembari mengambil kotak kecil itu dan memperhatikan nya.

"Bawa bekal" ucap nya sambil tertawa.

"Malu bawa bekal?" tanya Khadijah.

"Bukan, cuma kayak anak anak aja"

"Engga apa apa lah, kamu juga belum sarapan. Di sana ada kantin kok, kamu bisa beli makanan, atau kamu juga bisa makan di dapur Ummi"

"Ummi Mufar?" tanya Asma dan Khadijah mengangguk "Engga mau, malu"

"Malu kenapa? Disana kan rumah mu juga, mereka juga keluarga mu"

"Aku tahu, tapi....."

"Ya udah, engga apa apa. Mungkin kamu masih sungkan" Asma hanya tersenyum tipis. Kemudian ia pun bergegas ke pesantren dengan berjalan kaki.

Di sekitar asrama putra, ia bertemu dengan beberapa santri putra, dan mereka melihat Asma dengan heran. Sementara Asma hanya bisa berjalan menunduk malu karena ia di perhatikan.

Ia seharusnya setuju saat Bilal ingin mengantar nya tadi, sekarang ia menyesali penolakannya itu. Asma berjalan lebih cepat dan tak sedikit pun mendongakan kepala nya, hingga ia mencapai gerbang Asrama putri dan ia segera menuju ke sekolah nya. Di sana beberapa santri menyapa nya. Asma berusaha bersikap tenang dan ia bertanya dimana kelas tiga.

"Santri baru ya?" Asma menoleh dan ia berpapasan dengan seeorang wanita yg tampak cantik bahkan Asma bisa menebak ia keturunan Arab.

"Iya. aku masuk kelas tiga"

"Aku juga kelas tiga, aku Nora" Nora mengulurkan tangannya dan segera di sambut oleh Asma.

"Asma"

Nora dan Asma berjalan menuju kelas sembari berbincang, dari sini Asma tahu, Nora bukanlah santri baru. Dia sudah masuk pesantren sejak tahun lalu dan memulai nya dari kelas dua.

Asma tampak nya cocok dengan Nora, gadis itu sederhana dan baik hati, hal itu mengingatkan Asma pada Lita, ia rindu kampung halaman nya.

▪️▪️▪️

Tbc...

1
Ida Sriwidodo
Setelah baca ber bab2 akhirnya tergelitik juga pen' komen disini..

Bilal mungkin benar, Khadijah ngga sengaja mengabaikan wa dan telp Asma.. tapi akibatnya fatal!
2 nyawa melayang!
Dan bagaimana klo andainya.. jiwa Asma juga tidak tertolong karena pendarahan hebat?
Apakah Bilql masih bisa percaya dan memaklumi Khadijah?

Dan gimana.. klo posisisnya dibalik?
Asma di posisi Khadijah dan Sebaliknya.. apakah Bilal masih berpikir sama?

Dan 'perbuatan tidak sengaja' Khadijah ini di perparah dengan sikap pengecutnya!
Demi supaya Bilal ngga tau.. wa dan history call Asma di hp Bilal di hapus!
Ngga sengaja okee.. tapi menghilangkan jejak? 😱😱🤔🤔
Berarti sudah ada unsur kesengajaan kan.. supaya Bilal ngga tau klo istri tersayangnya dalang kemalangan Asma! 🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️
Laila Atstanie
novel poligami paling sukses menurut ku bagus untuk dibaca tpi gak sanggup untuk ditiru
Alejandra
Jadi pada akhirnya, saling mengikhlaskan, saling memuji, menghilangkan amarah dan cemburu...
Alejandra
Kadang bingung dengan sikap Bilal, sebenarnya siapa yang dia cintai...
Alejandra
Pertanyaan Bilal seolah" memojokkan Asma. Waktu dia membohongi Bilal ketika dia dirawat di rumah sakit, bukankah itu secara sengaja, dia tidak menginginkan Bilal menghabiskan waktu bersama Asma...
Alejandra
Tulus yang diiringi dengan sifat egois, iri hati, dan serakah...😏😏😏
Alejandra
Bukankah dia memang sengaja mengabaikan pesan Asma. Dia sudah tahu kondisi Asma sebelumnya, seharusnya pas ada pesan Asma, dia langsung mencari Bilal, tapi yang ada dia lebih memilih bersama teman"nya...
Alejandra
Ingat pengorbanan Asma lebih besar darimu, kamu hanya mengorbankan perasaan, sementara Asma mengorbankan masa remajanya, mungkin juga masa depannya, perasaannya, bahkan hal kecilpun dia korbankan. Tapi sekali lagi, hanya pengorbanan Khadijah yang terlihat...
Alejandra
Masih tetap Khadijah yang diutamakan, dan Khadijah masih belum cukup dengan semua pengorbanan Asma. Hanya Khadijah yang melakukan pengorbanan besar, sementara Asma tidak melakukan apapun, perempuan ini benar" egois...
Alejandra
Kenapa Khadijah yang mengatakan kepada Ummi, kesannya disini Asma yang egois jadinya. Sementara Asma tidak pernah mengatakan apa yang terjadi dalam hidupnya, kenapa tidak membiarkan Bilal yang berbicara pada Umminya. Disini masih terlihat sifat egois Khadijah...
Alejandra
Memang itulah kenyataannya...
Alejandra
Masih tetap nggak sadar" nich orang...
Alejandra
Bukankah itu kenyataannya Mbak, Asma tidak pernah main belakang. Kalau dia marah maka dia memperlihatkannya secara langsung, bukan seperti Mbak-nya yang mempunyai banyak topeng...
Alejandra
Dini bukan Mila...
Alejandra
Tidak akan ada yang berubah meskipun tinggal terpisah, masalahnya tetap dihati yang tidak ikhlas. Sekalipun terpisah, akan tetap menyimpan cemburu karena terus"an memikirkan yang tidak" saat suaminya bersama dengan madunya...
Alejandra
Cih, gayamu Mbak, padahal pengen joget saking senangnya...
Alejandra
Astaghfirullah...
Alejandra
Jadi maksudnya Mbak Khadijah yang menempati rumah baru, sementara Asma menempati rumah lama. Benar" egois wanita satu ini, katanya perempuan dewasa,Sholehah, baik, yang rela melakukan pengorbanan besar untuk suaminya, ternyata oh ternyata kelakuannya lebih buruk dari Asma yang masih remaja...
Wahyu Ganteng: Afwan 🙏 ukhty tidak ada yang lebih baik selain dari bacaan Al Quran dan hadits sahih 😊
total 1 replies
Alejandra
Bagaimana dengan Zahra yang kehilangan suaminya lebih dari 2 Minggu, emang dasar munafik nich Mbaknya...
Alejandra
Tetap saja egois, bahkan memanfaatkan sakitnya agar Bilal tidak bisa bersama Asma. Makanya Mbak jangan sok ikhlas dipoligami...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!