Sebuah lampu Tumblr yang ia pasang di antara kelambu dipan ranjang nya menyala seperti bintang.
Hanya ini yang Keisha bisa lakukan, menciptakan sebuah bintang yang akan menemani nya di kamar nya.
Saat ini, Keisha tak lagi ingin melawan Syarif. Ia takut jika Syarif benar-benar membuat nya berhenti kuliah. Jika itu terjadi, maka hancur sudah semua cita-cita nya.
Keisha memejamkan mata nya, setetes air mata slalu saja keluar dari pelupuk mata nya setiap malam. Sejenak ia akan bahagia, saat lampu-lampu tersebut menyala. Tapi, Lama-lama saat Keisha memandangi nya, ia merasa bahwa dirinya saat ini sangatlah miris sekali. Takdir begitu kejam kepada nya. Sebelum nya, ia tidur di rumah mewah dengan design kamar atap kaca. Hidup bebas, tertawa, dan bisa pergi ke sana kemari. Tapi, sekarang tidak lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mumtazah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sakit
Pagi telah tiba, jangan tanyakan malam-malam sang pengantin baru, Keisha dan Syarif. Mereka tidur dengan saling memunggungi. Tak ada kata romantis, tak ada ciuman selamat malam, apalagi lebih dari semua itu.
"Kei, ayo kita pergi ke rumah sakit"
"Ngapain?" Tanya Keisha sambil melirik Syarif melalui pantulan cermin di depan nya.
"Laila sakit, abi mau kesana"
"Aku gak ikut, badan ku sakit semua. Kalau di paksa bisa demam"
"Baiklah, kamu istirahat saja. Aku pergi dulu ya"
Setelah melihat Keisha mengangguk, Syarif pun pergi dari kamar nya. Ia segera menyusul keluarga nya yang sudah berkumpul di depan.
Mobil yang di kemudikan oleh Rozi tersebut mulai membelah jalan raya, menuju ke rumah sakit daerah tempat Laila dan juga najwa di rawat. Nyata nya mereka juga mau menjenguk najwa, Syarif tau itu.
Setelah hampir setengah jam melakukan perjalanan, kini mereka sampai di tujuan dengan selamat. Setelah tau Najwa dan Laila di rawat di ruang mana. Mereka langsung menghampiri kamar tersebut dengan mengikuti papan petunjuk arah.
Kamar pertama yang mereka datangi yaitu kamar Najwa. Saat keluarga Kyai Ma'sum datang, Najwa langsung tersenyum lebar, apalagi di sana ada Syarif. Anisa, Arifah dan Adiba mendekat ke arah ranjang yang di pakai Najwa berbaring. Sedangkan Syarif duduk bersama yang lain di atas karpet yang sudah di gelar.
"Istri nya mana, Gus Syarif" Tanya Ibu Najwa
mendengar hal tersebut, Najwa kembali teringat. Bahwa Syarif sudah menikah. Air mata najwa pun ingin sekali menetes.
"Lagi istirahat di kamar Ustadzah. Capek mungkin"
"Kan udah di bilang, Rif. Kalau pengantin baru satu ronde saja" Goda Ustadz Akhmad.
Ah, apa lagi yang lebih sakit dari ini bagi Najwa. Ayah tercinta nya menggoda kekasih nya yang baru saja menikah.
Semua orang masih tertawa, dan membuat wajah Syarif memerah karena malu. Mata Najwa masih tak mau berpaling dari wajah Syarif. Tapi yang lebih menyakitkan lagi, Syarif tak sedikitpun melihat Najwa. Melirik nya saja, tidak.
Syarif sendiri sengaja melakukan nya. Ia menahan diri nya agar tak melihat Najwa, tujuan nya ia ingin sekali fokus kepada pernikahan nya. Ia hanya ingin segera melupakan Najwa dan bisa menerima Keisha sepenuh nya.
"Huaaaaahhhh" Seseorang teriak sangat kencang sekali. Itu adalah teriakan Laila, karena kamar mereka hanya berjarak 3 kamar saja, sehingga semua orang bisa mendengar nya.
Semua orang berlari menuju ke kamar Laila. Gadis itu terlihat sangat kacau. Rambut nya berantakan, wajah nya kusam, bibir nya pucat dan mata nya merah.
Semua orang belum tau benar apa sebab Laila menjadi seperti ini. Ulum benar-benar menutupi nya, ia tak mau malu dengan apa yang terjadi kepada putri nya.
Laila terus memberontak, dua perawat sangat kualahan menghadapi Laila. Sedangkan dokter masih belum datang. Karena Laila masih terus memberontak, Syarif dan Rozi pun berlari dan langsung memegangi kaki Laila. Tetapi tiba-tiba Laila diam saat melihat Syarif, ia tak lagi berteriak atau menggerakkan badan nya.
"Mas Syarif?" bibir Laila mengatakan nya dengan gemetar
"Laila, kamu kenapa. Kok jadi seperti ini?"
Tiba-tiba Laila berteriak lagi sambil menangis, namun untung saja dokter datang dan langsung menyuntikan obat penenang. Ulum nampak nya lega, jika saja Laila tidak di beri obat penenang. Pasti saat ini semua orang tau kebenaran nya.
Drrrtt
Drrrtttt
Getaran ponsel di saku baju koko Syarif menggelitik tubuh nya. Ia segera mengambil benda tersebut untuk melihat pesan yang masuk ke ponsel nya.
Perut ku sakit sekali, di sini gak ada orang.
".... "
"Assalamualaikum"
Syarif yang hendak berpamitan pulang, terpotong dengan salam dari Ustadz Akhmad yang datang bersama Najwa yang duduk di kursi roda.
"Waalaikumsalam"
Anisa nampak bahagia, ia menarik Syarif agar ikut dengan nya untuk mendekat ke arah Najwa. Tapi sayang, Syarif menggelengkan kepala nya dan itu membuat Anisa manyun.
"Abi, Umi. Syarif mau pulang dulu"
"Kenapa teruburu-buru?"
Air mata Najwa sudah berlinang, apakah Syarif sengaja menghindari nya. Tapi kenapa?
"Keisha sakit, umi. Barusan mengirim pesan, kasian kan di rumah gak ada orang"
Semua orang tersenyum, menurut mereka biasalah pengantin baru. Syarif bisa merasakan, bahwa senyuman itu bermaksud menggoda nya, sehingga wajah nya mulai merah.
"Yasudah, kamu belikan makanan juga, Rif. Dia tadi belum sarapan"
"Iya, umi. Syarif pamit dulu. Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Syarif pun langsung berlalu dari sana. Mata Najwa masih mengikuti garak tubuh Syarif. Laki-laki itu benar-benar tidak melihat Najwa sedikit pun. Bagaikan orang asing yang tak pernah mengenal.
Syarif mengendarai mobil milik Rozi untuk pulang ke pesantren. Dengan gelisah dan sedikit mengebut itu sangat diperlukan, karena ia ingin segera sampai din tujuan.
Mobil terparkir di depan rumah, ia sengaja tak memarkirkan nya di tempat biasanya. Itu terlalu jauh jika ia berjalan menuju rumah orang tua nya.
"Mana kiranti ku" Tanya Keisha saat Syarif baru saja membuka pintu kamar nya
"Kiranti?" Syarif nampak nya bingung "Siapa Kiranti, kei?"
Keisha meringis sambil memegangi perut nya, ia terlihat benar-benar kesakitan.
"Kei, kamu kenapa? bibir mu pucat sekali" Syarif mulai panik
"Gak baca pesan ku ya? aku sudah bilang belikan aku Kiranti"
Karena masih tak mengerti dengan apa yang di katakan Keisha. Syarif pun membuka ponsel nya, dan benar saja Keisha mengirimkan sebuah foto botol dengan tulisan Kiranti.
"Kamu kenapa dulu, kei? Ayo ke dokter jika kamu kesakitan"
"Aku nyeri haid. Belikan saja itu, di koperasi ada. Tolong, Hiks hiks hiks" Keisha menangis.
Syarif pun panik, ia langsung keluar. ia sungguh tidak tega melihat Keisha yang seperti nya sangat kesakitan itu. Syarif mengendarai motor Keisha menuju koperasi, ia sedikit ngebut karena ingin segera kembali ke rumah membawakan pesanan Keisha. Ada rasa khawatir, takut dan kasian saat melihat Keisha sakit. Rasa yang tak pernah timbul kepada siapapun kecuali kepada saudara nya.
Saat Syarif kembali, Keisha terlihat meremas perut nya. Syarif pun menarik tangan Keisha agar tidak lagi meremas perut nya.
"Minumlah, kei" Syarif membantu Keisha duduk
Setelah duduk, Keisha langsung menghabiskan isi di dalam botol tersebut.
"Papa, hiks hiks hiks" Keisha kembali menjatuhkan kepala nya ke atas bantal, ia menangis sambil memanggil Aditya.
Syarif pun menelpon rumah Keisha, ia tau benar bahwa Keisha sangat dekat dengan Bi siti setelah mama nya meninggal.
📞 Iya gus, non Keisha biasanya memang gitu. Coba belikan Kiranti
📞 Sudah, bi. Apa ada lagi? karena Keisha gak mau bicara. dia hanya nangis saja.
📞 Kalau dulu, bibi sering kasih minyak putih ke perut dan punggung, Gus. Lalu bibi tekan-tekan area pinggang nya sampai non Keisha tidur.
📞 Baiklah, bi. Terima kasih. Assalamualaikum
📞 Waalaikumsalam.
Syarif memasukan kembali ponsel nya kedalam saku, lalu ia masuk kembali kedalam kamar. Ia melihat istrinya itu masih kesakitan. Tapi hati nya saat ini bingung sekali, Keisha pasti akan menolak jika ia sentuh. Tapi, mencoba dulu tidak ada salah nya.
Syarif mencari sesuatu di nakas meja rias Keisha. Ia pun menemukan apa yang ia cari. Lalu ia berjalan mendekat ke arah ranjang dan duduk di tepi nya.
"Kei, aku olesin minyak kayu putih ya"
Keisha tak menjawab, jantung Syarif pun berdetak saat ia menuangkan minyak kayu putih nya ke telapak tangan nya. Lalu, tangan nya menelusup masuk ke punggung Keisha. Jantung Syarif semakin berdebar, saat merasakan bagaimana mulus nya punggung tersebut.
"Kei, perut nya di olesin juga gak?"
Keisha menggeleng.
Syarif pun menarik baju Keisha ke bawah, karena tadi sempat terangkat. Lalu dengan keberanian ia menekan pelan-pelan pinggang Keisha. Diluar dugaan, Keisha malah memposisikan diri nya senyaman mungkin, agar pijatan Syarif terasa enak. Syarif sendiri juga naik ke atas kasur, ia duduk bersila di belakang Keisha, dengan sabar ia menekan pinggang Keisha sambil beristighafar memejamkan mata nya.
Syarif tersenyum, ia berpikir. Jika saja disini ada umi nya. Pasti yang melakukan semua ini pasti nya Arifah. Dan memang benar, karena hanya Ada Syarif Keisha membiarkan Syarif merawat nya. Keisha juga tipe-tipe gadis manja, apalagi saat sakit seperti ini.
Syarif terus menekan pinggang Keisha dengan tempo yang sama, walau tangan nya sudah lumayan pegal. Keisha sendiri sejak tadi sudah terlelap, namun Syarif belum mengetahui nya.
Syarif membuka mata nya, saat Keisha bergerak. Yang bikin jantung Syarif berdetak kembali adalah Keisha tiba-tiba berbalik, dan parah nya Keisha meletakan kepalanya di kaki Syarif.
Syarif menunduk, ia melihat wajah cantik yang tengah lelap di pangkuan nya. Lagi-lagi ia di uji menahan sebuah rasa. Keisha memang tak terlalu tinggi, tapi ia mempunyai tubuh yang terlihat padat. Dia memiliki payudara dan bokong yang bulat walau tidak terlalu besar. Sial nya Syarif saat ini melihat belahan dada Keisha, dan itu cukup membangkitkan senjata masa depan nya.
"Mas Syarif"
Bersambung....
biar Najwa tambah kepanasan...
knp. GK di ajarin puasa. malah sengaja di buatin nasgor tengah hari bolong
inget waktu dulu aku pernah tinggal di kampung suami
lebam 👉 krna habis terkena pukulan / jatuh atau sejenisnya
sembab 👉 krna habis nangis