Bella Cintia?" Gumam Eric. Dia seolah tidak asing dengan nama itu. Bahkan ketika menyebutnya namanya saja membuat hati Eric berdesir menghangat.
"Kenapa harus designer ini?" Tanya Eric.
"Karena hanya dia yang cocok untuk mode produk kita pak."
"Apalagi yang kau ketahui tentang designer ini?" Tanya Eric kembali.
"Dia adalah salah satu designer terkenal di dunia. Dia sering berpindah dari negara satu ke negara lain. Karena dia memiliki cabang butiknya hampir di setiap negara yang dia tinggali. Namanya Bell's Boutique. Tapi untuk rumah mode utama nya, dia hanya memilikinya di negara ini. Nama rumah mode itu adalah Bellaric."
Eric terkesiap kala manager produksi itu menyebutkan kata Bellaric.
"Bellaric?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LidyaMin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
I Miss You
Adelyn pulang ke rumah dengan wajah kesal. Dia langsung masuk ke dalam kamarnya. Tampaklah di sana Bella yang sedang duduk di dekat jendela kamarnya.
"Heh, gadis nakal. Kenapa kamu meninggalkan ku sendirian di jalanan? Bagaimana kalau aku di culik dan diperkosa orang?" Adelyn terus saja mengomel membuat Bella tertawa terbahak melihat wajah Adelyn yang sangat lucu di saat marah.
"Kenapa kamu tertawa?" Adelyn meniup rambutnya yang jatuh tepat di wajah nya.
"Maafkan aku Al. Tadi aku tidak sengaja meninggalkanmu. Aku sadar meninggalkan mu saat aku sudah sampai rumah. Aku ingin menelepon tapi ternyata baterai ponsel ku low batt." Ujar Bella sambil menunjuk ponselnya yang sedang di charge.
Adelyn menghembuskan kasar nafasnya lalu duduk di tepi tidurnya. "Lalu kenapa kamu pulang begitu saja?"
"Tadi aku mendapat telepon dari Reyna yang membuat ku kesal."
"Kenapa? Ada masalah?"
"Selama ini butik ku sering bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan besar, dan selama itu juga aku tidak pernah menghadiri pertemuan yang mereka adakan dengan butik ku. Karena aku sudah mempercayakan semuanya pada Reyna. Dan sejauh ini dia tetap menjadi orang yang bisa aku andalkan."
"Lalu masalahnya di mana?"
"Masalahnya adalah, perusahaan kali ini yang ingin bekerja sama dengan kami, menginginkan aku hadir di sana. Kalau tidak, kerja sama itu akan batal. Dan jujur saja aku tidak ingin bertemu."
"Bukan kah lebih baik kamu muncul dan memperkenalkan dirimu pada mereka."
"Bukan begitu Al. Kamu tahu sendiri bagaimana bos-bos itu kelakuannya. Aku tidak mau masuk dalam jebakan mereka dan membuat ku seperti wanita murahan di mata mereka."
"Tapi Bell, aku rasa kali ini kamu harus hadir. Kan sayang kalau kamu tolak kerjasamanya. Pasti nilainya besar. Kalau dia berani kurang ajar padamu, kamu tinggal laporkan saja." Ucap Adelyn sambil melipat kedua tangannya di dada.
"Entahlah. Yang pasti besok aku terpaksa harus pulang ke Manila. Padahal aku masih ingin menikmati liburan ku di sini." Ujar Bella sambil mengerucutkan bibirnya.
"Bagaimana kalau kamu ikut aku Manila Al?"
"Pekerjaan ku bagaimana? Kamu mau aku dipecat? Kalau kamu enak bebas kemanapun kamu mau." Adelyn membenamkan wajahnya di bantal.
"Ah iya aku lupa." Ucap Bella sambil nyengir kuda pada sahabatnya.
***
Di rumahnya Eric masih terlihat sangat kesal. Sejak pulang dari kantor tadi, wajahnya masih saja menyimpan rasa kesal. Dia yakin kalau Bella sengaja menghindarinya. Karena itulah Bella tidak mau hadir meeting tadi.
"Kalau meeting yang kedua nanti dia gak datang, gue akan langsung samperin ke rumahnya." Ucap Eric sambil manggut - manggut sendiri.
"Bell, gue gak akan lepasin lo. Gak akan."
Ketika Eric masih sibuk dengan pikirannya sendiri, ponselnya berdering. Dia mengangkat panggilan tersebut.
"Halo kak"
"Gimana tadi pertemuan kamu sama Bella? Lancar?" Tanya Edo di seberang sana dengan menggebu.
"Lancar apanya. Dia gak datang. Malah asistennya yang datang." Ujar Eric sambil cemberut.
"Pasti dia punya alasan kalau gak bisa datang. Jangan sedih. Itu baru tahap awal. Kamu harus berjuang lebih keras lagi buat dapetin Bella."
"Dia sedang di Paris. Jadi Eric undur pertemuannya sampai Bella sendiri yang hadir. Padahal tadi Eric sudah tampil sangat tampan sekali."
Edo bisa membayangkan bagaimana cemberutnya wajah adiknya itu kalau sedang kesal.
"Tampan? Hahahaha.."
"Isshhh kak Edo koq ngetawain Eric sih."
"Maaf..maaf adik Edo yang tampan hehehe.. ya sudah semangat ya. Kakak tutup dulu."
"Bye."
Eric meletakkan kembali ponselnya di atas meja lalu masuk ke dalam kamar untuk mandi.
***
Bella tiba di Manila tepat pukul 1 dini hari. Reyna, sudah menunggunya dengan setia di depan mobil. Reyna membawa semua koper dan barang lainnya milik Bella ke dalam bagasi mobil. Setelah yakin bos nya sudah nyaman di dalam, Reyna menghidupkan mesin mobil dan melajukannya ke kediaman Bella.
Tiba di rumah, Ternyata Bella tertidur di mobil. Reyna ingin membangunkannya tapi tidak berani. Jadi Reyna biarkan dulu beberapa saat sambil dia mengeluarkan koper Bella dari bagasi.
Bella menggeliat dan mengucek matanya sambil menguap. Dia sadar kalau ternyata dia sudah berada di depan rumah. Perlahan Bella turun dari mobil dan melihat Reyna yang sedang sibuk mengurus barang miliknya.
"Maaf Nyonya kalau saya sudah mengganggu tidurnya." Ujar Reyna dengan sopan.
"Tidak masalah. Kamu aturlah semuanya, aku ingin ke kamar ku beristirahat."
"Baik Nyonya."
.
.
.
Beberapa hari setelah kepulangan Bella ke Manila, dia di sibukkan dengan berbagai rancangan yang sudah di pesan oleh pelanggan VIP nya. Semuanya harus di kerjakan tepat waktu. Dia tidak ingin membuat kecewa para pelanggannya.
Rumah Mode Bellaric adalah juga rumah kediaman Bella. Karena itulah dia lebih nyaman mengerjakan semuanya di rumah. Para pelanggannya hanya tinggal datang ke rumahnya ketika mereka membutuhkan jasa rancangannya. Setelahnya dia akan menyerahkan pada pegawainya untuk mengerjakannya sesuai dengan rancangan miliknya.
"Reyna" Bella memanggil asistennya.
"Ya Nyonya."
"Aku ingin melihat konsep model produk yang di minta oleh 3'E Group. Astaga nama perusahaannya saja aneh." Ujar Bella sambil menggelengkan kepalanya.
Reyna memberikan seperti apa yang di minta Bella. Bella membacanya secara detail dan melihat rancangan yang di miliki perusahaan itu sebelumnya.
"Apa perusahaan ini masih baru? Aku baru pernah mendengar tentang nama perusahaan ini." Tanya Bella pada Reyna.
"Tidak Nyonya. Perusahaan ini sudah lama hanya saja baru kali ingin menjalin kerja sama dengan butik kita. Seandainya Nyonya hadir saat itu, saya yakin Nyonya pasti terpesona dengan pimpinannya. Dia sangat tampan, berkarisma dan berwibawa. Dia juga masih muda Nyonya. Saya yakin dia belum menikah dan pasti serasi dengan Nyonya." Ucap Reyna dengan ekspresi seperti orang yang kasmaran.
"Buang khayalan mu jauh-jauh, karena aku tidak akan tertarik."
"Ah Nyonya tidak asik." Reyna mengerucutkan bibirnya kemudian berbalik meninggal Bella yang sedang melongo melihat tingkah aneh Reyna.
"Astaga! Apa dia salah minum obat hari ini. Ucap Bella heran.
***
Bella sedang mematut dirinya di depan cermin setelah sekian lama dia berdandan dan menyiapkan dirinya. Penampilan Bella hari ini sangat terlihat cantik dan elegan. Dia sengaja menguncir rambutnya sehingga leher jenjangnya terlihat, di tambah lagi dengan tubuhnya yang ramping.
"Nyonya sudah siap?" Reyna berdiri di depan pintu kamar Bella.
Bella mengambil tas tangannya lalu berjalan mendahului Reyna menuju mobilnya.
Perjalanan dari rumah Bella menuju perusahaan yang mereka tuju menempuh jarak kurang lebih 45 menit. Bella memang sengaja memilih tempat tinggal yang sedikit jauh dari keramaian. Dia perlu ketenangan untuk menuangkan ide cemerlangnya di sebuah kertas dan menghasilkan jutaan bahkan puluhan juta Peso hanya untuk 1 rancangan miliknya.
Bella akhirnya tiba di perusahaan yang ingin bekerja sama dengan butiknya. Dengan langkah yang elegan, para pegawai yang di sana memandang takjub kecantikan Bella. Manajer produksi Adrian sudah menunggu kedatangan Bella dan mengajaknya langsung ke ruang rapat.
Bella dan Reyna memasuki ruang rapat dan di persilahkan duduk oleh Adrian, sambil menunggu kedatangan pimpinan mereka. Antonio masuk ke dalam ruang kerja Eric dan memberitahukan kalau pemilik Bell's Boutique sudah menunggu di ruang rapat.
Eric mempersiapkan dirinya dan berjalan keluar di iringi oleh Antonio. Saat Eric memasuki ruang rapat, semua yang hadir berdiri dan membungkuk memberi hormat pada Eric. Tetapi Bella tidak melakukannya. Dia masih tidak menyadari kedatangan Eric karena Bella masih sibuk bertukar pesan dengan sahabatnya Adelyn.
Semua yang hadir di persilahkan duduk oleh Antonio. Eric menatap intens Bella dengan seulas senyum tipis di bibirnya. Jantung Eric berdebar sangat kencang saat melihat bagaimana cantik singa betinanya. Bahkan Eric melihat kecantikan Bella melebihi dari para model dan artis yang dia kenal.
Reyna menyadari tatapan Eric pada bos nya. Kemudian Reyna berbisik di telinga Bella sehingga membuatnya sadar akan kelakuannya yang kurang sopan. Bella memperbaiki cara duduknya lalu mengedarkan pandangannya ke semua orang yang hadir disana.
Bella hampir saja pingsan dan jatuh dari tempat duduknya karena terkejut kalau saja Reyna tidak menahannya. Tatapan mata Bella tidak beralih dari seseorang yang duduk di seberang sana, yang juga sedang menatapnya sambil tersenyum lebar.
"Nyonya tidak apa-apa?" Tanya Reyna panik.
"Tidak. Aku tidak apa-apa." Jantung Bella rasanya ingin melompat dari tempatnya.
"Bagaimana mungkin upil anoa ada di sini?" Ucap Bella dalam hatinya.
Sementara di seberang sana Eric terus tersenyum dan mengucapkan kata tanpa suara, dan Bella tahu itu 'I miss you'.