NovelToon NovelToon
Second Chance To Love You More

Second Chance To Love You More

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ericka Kano

Sebuah kisah cinta rumit dan menimbulkan banyak pertanyaan yang dapat menyesakan hari nurani

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ericka Kano, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aku meragu atas pernyataan itu.. (2012)

Mobil Innova hitam berhenti di depan ruko berlantai tiga itu. Satpam langsung sigap berdiri untuk membuka pintu.

"Selamat siang, Bu," ujar satpam sambil membuka pintu

"Siang. Tolong bilang Udin turunkan beberapa map kerjasama di bagasi belakang ya pak,"

"Siap, Bu",

Ya. Aku di tahun 2012 sudah menjadi kepala unit di salah satu perusahaan besar yang bergerak di bidang pendidikan.

Setelah hari di mana aku menyerahkan mahkotaku pada Steve, kegiatan seperti itu sering kami lakukan dan bodohnya adalah tanpa menggunakan pengaman. Dan beberapa Minggu kemudian aku hamil anak pertama. Untuk menutupi kehamilanku, kami dinikahkan secara sederhana tanpa pesta. Hanya pemberkatan gereja.

Di saat itulah ujian rumah tangga dimulai. Steve yang belum memiliki pekerjaan tetap harus menjadi ojek pangkalan untuk dapat membiayai ku, sedangkan aku harus menyelesaikan kuliahku. Meskipun tertatih-tatih, kuliahku akhirnya selesai. Sepenuhnya dibiayai Steve. Orang tuaku telanjur kecewa sehingga memutuskan untuk tidak lagi membiayai kuliahku.

Aku tidak mau berdiam diri. Aku mengajukan lamaran pekerjaan di beberapa perusahaan. Tidak mudah memang. Apalagi jurusanku bukan jurusan yang umum. Sangat jarang ada lowongan pekerjaan yang mau menerima ijazah bahasa Prancis. Namun, untunglah perusahaan tempat aku bekerja sekarang memberi kesempatan untuk aku bisa bekerja. Mulai dari sebagai freelancer lalu diangkat menjadi pegawai tetap, dan kini mendapat jabatan memegang salah satu unit. Hanya butuh dua tahun bagiku untuk bisa ada di posisi saat ini.

Kebetulan unit yang kupegang adalah yang terbesar di kota ini. Target marketing kami selalu terpenuhi. Promosi kami sangat lancar. Ada saja ide dan gebrakan yang kami lakukan sehingga unit kami semakin terdepan.

Siang ini aku baru saja selesai promosi di beberapa sekolah. Aku menjadi pembicara seminar. Tugasku memberi motivasi dan membuat orang-orang tertarik masuk di institusi kami.

Langkah kakiku masuk menerobos pintu kaca lebar itu.

"Selamat siang, Bu," Sapa Icha, salah satu front office

"Siang, Cha," jawabku, "Adakah pendaftar di hari ini?", lanjut ku

"Ada Bu, sampai jam ini sudah tiga pendaftar Bu," jawab Icha

"Good job. Terus lakukan telemarketing berkala. Sebelum pulang kantor, taruh laporan telemarketing di meja saya," tandas ku

"Baik, Bu,"

"Oiya Stella mana?," tanyaku

"Izin ke swalayan sebentar Bu membeli pembalut," jawab Icha

"Oohh, kalau sudah balik, tolong sampaikan saya sudah tanda tangan laporan penerimaan kemarin. Nanti dia ambil di meja saya sekalian saya mau bicara dengan dia membahas neraca penerimaan," pungkas ku

"Baik, ibu. Nanti saya sampaikan,"

Aku mengangguk dan melanjutkan masuk ke ruang sebelah front office. Itu adalah ruang akademik dan pelayanan siswa.

"Selamat siang, Bu," Yuli dan Nata serempak berdiri melihat kedatanganku

"Siang. Bagaimana keadaan SD kita, Nat?," tanyaku to the point

"Senin depan akan ada ketambahan kelas running Bu," jawab Nata

"Sudah dipastikan khoroum kan kelasnya?," aku memastikan

"Iya Bu. Bahkan ada plus satu dari khoroum," Nata menjelaskan

"Ohh, baik kalau begitu," pujiku, "SMP SMA giman, Yul?," mataku beralih pada Yuli

"Hmmm.. Sama sih Bu yang bertambah. Ada dua kelas dari madrasyah Aliyah negeri. Dua-duanya lebih dari khoroum," papar Yuli dengan logat bataknya yang kental

"Thank God, semua aman berarti. Tetap perhatikan tingkat kepuasan mereka. Jangan sampai ada komplain. Ingat, kalau ada komplain, kalian yang saya cari duluan," tuturku dengan tegas

"Siap, ibu," jawab mereka serempak.

Aku menutup pintu ruangan itu kembali. Tepat di seberangnya adalah ruang IT. Tanganku mendorong pintunya.

"Eh ibu, Siang Bu," sapa Rizky, IT kami.

"Siang Riz. Gimana hasil TO Minggu lalu. Sudah bisa keluar?," tanyaku

"Sudah Bu. Sebelum mulai kelas sebentar, hasilnya sudah Rizky tempel di papan pengumuman TO," Rizky menjelaskan

"Oke. Jangan tunda lagi. Sempatkan re-check sebelum ditempel. Jangan ada kesalahan. Ingat, hindari komplain," tandasku

"Laksanakan,Bu," ujar Rizky sambil membuat gerakan seperti hormat bendera.

Samping ruang IT adalah ruang marketing. Tapi ruangan itu kosong di jam begini. Staf marketingku Riva dan Windy sedang dalam tugas lapangan. Biasanya mereka kembali di sore hari.

Aku pun langsung melanjutkan langkah ke ruangan paling terakhir yg ukurannya lebih besar dari ruangan-ruangan tadi. Ya, itulah ruanganku. Ruangan kepala unit. Ku dorong pintu ruanganku perlahan. Udin sudah menyalakan AC sejam lalu sehingga ruanganku sangat sejuk dan adem.

Aku letakkan tasku di meja dekat meja kerja. Aku duduk sejenak di kursi, menarik napas, mengusir rasa lelah ini.

Notif BBM ku berbunyi.

"Ty, sudah balik kantor?," Kepala cabang ku, Pak Marsel mengirimkan pesan

Segera kubalas,

"Sudah pak. Belum lama,"

Tak lama berselang, notif BBM ku bunyi lagi,

"Makan siang yuk sambil bahas rencana pembuatan business plan tahun depan,"

Kalau pimpinan yang ajak tidak mungkin kita bisa tolak. Segera ku iyakan ajakan itu.

"Baik, pak. Saya siap-siap dulu,"

Baru saja meletakan Hp blackberry ku, tiba-tiba pintu diketuk.

"Udin, Bu," suara dari luar

"Masuk, Din," aku menimpali

"Bu, permisi, pak Marsel ada di depan. Mau jemput ibu katanya," kata Udin dengan logat Jawa medoknya

"Hah? Sudah di depan? Perasaan baru aja chat aku deh," lanjutku, "Ya udah, tolong bilang saya segera ke sana. Beliau nunggu di mobil atau di lobi?,"

"Di lobi Bu,"

"Jadi dia chat aku saat dia sudah di lobi. Ya ampun ada-ada saja orang ini," aku membatin

Aku segera beranjak dari tempat duduk. Aku ambil hp dan tasku dan menuju ke lobi.

"Bapak, sudah lama nunggu," basa-basiku

Tampak pria Batak berumur 9 tahun di atasku, dengan tatapan sangarnya segera berdiri begitu aku muncul.

"Wah, cantik kali kau hari ini, Ty," pujinya dengan sumringah

"Ah, bisa aja pak. Makan siang di mana?," masih berbasa-basi

"Di restoran noodle andalan kita saja," jawabnya sambil mulai melangkah keluar

"Wah ada bapak," Stella sudah kembali dari swalayan langsung menyeletuk

"Kenapa emangnya kalau ada aku, tak suka kau?," balas Pak Marsel. Stella orang yang ceria dan suka bercanda. Kami semua sudah tahu pembawaannya. Jadi apapun yang keluar dari mulutnya kami tanggapi dengan bercanda juga.

"Iihhh seneng dong, pak. Apalagi kalau bapak traktir makan siang. Lebih senang aku," canda Stella

"Ah, na godang hatam," balas Pak Marsel dalam bahasa Batak, yang artinya kurang lebih, banyak mulutmu.

Di kantor ini memang ada sedikit desas-desus ada affair antara aku dan Pak Marsel. Mungkin mereka melihat cara Pak Marsel memperlakukan beda dengan karyawan lain. Atau sebenarnya bisa saja karena pencapaian ku yang terbilang bagus sehingga beliau menunjukkan perhatiannya seperti itu.

Kami menuju restoran noodle favorit kami. Memesan menu yang biasa kami pesan. Sambil menunggu pesanan, kami mengobrol ringan.

"Ty, suami mu gak marah gitu kalau tahu kamu makan siang sama aku?," Pak Marsel memulai pembicaraan

"Marah? Marah kenapa Pak? Lagian dia juga tidak peduli saya makan dengan siapa saja," jawab ku

"Kulihat suamimu itu agak cuek sama kau. Kalian baik-baik saja kan. Tak pernah pun kulihat dia hadir di acara kantor kita. Kau pejabat, seharusnya suamimu juga datang," Pak Marsel penasaran

"Dia memang tipe cuek, Pak. Tapi dia baik kok. Dia peduli sama anak," jawabku sambil tersenyum kepada pelayan yang sudah mulai menghidangkan pesanan kami

"Tapi tak baiklah terlalu cuek, Ty. Kamu muda dan berprestasi. Bayangkan belum 25 tahun kamu sudah kepala unit. Itu prestasi yang luar biasa. Banyak loh yang ngantri sama kau," Pak Marsel mulai mengaduk-aduk makanannya

"Aku gak cantik loh, Pak. Lagian siapa juga yang mau sama perempuan yang sudah ada anak seperti aku. Masih banyak gadis di luar sana," ujarku merendah

"Siapa bilang kau tak cantik. Aku saja kagum lihat kau,"

Kalau Pak Marsel sudah mengarahkan pembicaraannya seperti itu, aku mulai mengalihkan pembicaraan.

Pak Marsel memang rada lain, perasaanku. Namun, aku menepis kecurigaan itu. Aku di sini hanya untuk bekerja, mencari uang. Aku tidak ada niat lain dan tidak ingin neko-neko. Sebisa mungkin aku menjaga diriku supaya tetap terpaut dengan Steve dan tidak tergoda dengan yang lain.

Steve yang sudah mengambil mahkotaku, artinya Steve pemilik hatiku selamanya.

Walau pun di hati paling dalam, aku meragu atas pernyataan itu....

1
.
/Rose//Rose//Rose/
eyyyy: Ikuti sampai episode terakhir ya kak🤗🙏🏻
total 1 replies
Bipana Telaija Gurung
Terbaik! Worth to read!
eyyyy: Thank u kak🤗🙏 Ikuti hingga episode terakhir ya🌹
total 1 replies
Gatita✨♥️😺
Wah, ini baru karya yang bikin aku ngerasa terngiang-ngiang, keren banget thor!
eyyyy: Thank u kak🤗🙏 Ikuti hingga episodenya terakhir🌹
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!