NovelToon NovelToon
Bayangan Di Balik Gerbang

Bayangan Di Balik Gerbang

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Mengubah Takdir / Akademi Sihir / Keluarga / Kontras Takdir
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Sang_Imajinasi

Di dunia Eldoria, sihir adalah fondasi peradaban. Setiap penyihir dilahirkan dengan elemen—api, air, tanah, angin, cahaya, atau bayangan. Namun, sihir bayangan dianggap kutukan: kekuatan yang hanya membawa kehancuran.

Kael, seorang anak yatim piatu, tiba di Akademi Sihir Eldoria tanpa ingatan jelas tentang masa lalunya. Sejak awal, ia dicap berbeda. Bayangan selalu mengikuti langkahnya, dan bisikan aneh terus bergema di dalam kepalanya. Murid lain menghindarinya, bahkan beberapa guru curiga bahwa ia adalah pertanda bencana.

Satu-satunya yang percaya padanya hanyalah Lyra, gadis dengan sihir cahaya. Bersama-sama, mereka berusaha menyingkap misteri kekuatan Kael. Namun ketika Gong Eldur berdentum dari utara—suara kuno yang konon membuka gerbang antara dunia manusia dan dunia kegelapan—hidup Kael berubah selamanya.

Dikirim ke Pegunungan Drakthar bersama tiga rekannya, Kael menemukan bahwa dentuman itu membangkitkan Voidspawn, makhluk-makhluk kegelapan yang seharusnya telah lenyap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12 – Pertarungan di Kabut

Kabut semakin pekat, seakan menelan cahaya dunia. Nafas Kael terengah, tangannya bergetar, dan matanya terpaku pada sosok raksasa berwujud bayangan yang kini berdiri di hadapan mereka. Makhluk itu menjulang lebih dari dua kali tinggi manusia, bertanduk melengkung, dengan tubuh berlapis asap hitam yang berputar-putar seperti nyala api gelap. Dari matanya, terpancar cahaya ungu membakar, penuh kebencian sekaligus… pengakuan.

“Itu… pemimpin mereka,” gumam Elira dengan suara bergetar. Ia melangkah mundur, jari-jarinya menggenggam erat tongkat sihir.

Soren mengangkat pedangnya, api membara di sepanjang bilahnya. “Baiklah. Kalau dia yang mengatur semua ini, maka dia yang akan jatuh pertama kali.”

Tawa rendah menggema dari dalam tubuh makhluk itu, bukan suara mulut, melainkan bergema langsung ke dalam pikiran mereka. “Kalian… hanyalah debu. Hanya dia yang kubutuhkan…” Mata ungu itu menatap lurus ke Kael.

Jantung Kael berdegup kencang. Tubuhnya seakan ditarik oleh kekuatan tak kasat mata, bayangan dalam dirinya bergetar hebat. Umbra berbisik, lebih keras dari sebelumnya.

“Kau merasakannya, bukan? Dia memanggilmu… karena kita adalah bagian darinya. Biarkan aku keluar. Biarkan aku habiskan dia!”

Kael menggertakkan gigi. “Diam!”

Seketika, Voidspawn raksasa itu mengayunkan lengannya. Dari kabut, cambuk bayangan menyapu tanah. Ledakan keras menghantam, tanah bergetar, dan tubuh Soren terpental ke belakang.

“Argh!” Soren terhempas, nyaris menabrak pohon. Api di pedangnya masih berkobar, tapi tangannya bergetar menahan sakit.

Elira segera melantunkan mantra, membentuk perisai angin di sekitar mereka. Serangan berikutnya membentur perisai itu, tapi retak-retak langsung muncul.

“Kita tidak bisa bertahan lama!” serunya, wajah pucat penuh keringat.

Lyra menatap Kael. “Kael, kita butuhmu. Tapi… jangan sampai kau hilang kendali.”

Kael menarik napas dalam-dalam. Bayangan merayap di kulitnya, membentuk pola hitam di lengannya. Ia mengangkat tangan, lalu melepaskan serangan: tombak bayangan melesat, menembus kabut, menghantam tubuh raksasa itu. Makhluk itu berteriak, tubuhnya bergetar, sebagian asap hitamnya buyar.

Namun bukannya mundur, ia justru tertawa. “Ya… itulah yang kumau. Lebih banyak lagi… lebih dalam…”

Kael terhuyung. Bisikan Umbra kini bercampur dengan suara makhluk itu, membuat pikirannya hampir pecah. Pandangannya berkunang, seolah ada dua dunia yang bertabrakan di dalam dirinya.

“Kael! Fokus padaku!” Lyra berlari mendekat, kristal di kalungnya menyala terang. Ia menempelkan tangannya ke dada Kael. Cahaya hangat menyebar, menahan gelombang bayangan yang hampir menguasai tubuhnya.

Kael menatap Lyra, matanya berkedip, perlahan kembali jernih. “Aku… aku bisa menahannya…”

Tapi Voidspawn raksasa itu tak memberi mereka waktu. Ia membuka mulutnya, mengeluarkan raungan mengerikan. Dari kabut, puluhan Voidspawn kecil bermunculan lagi, melingkari mereka.

Soren bangkit, pedangnya menyala lebih terang. “Kalau begitu, kita habiskan saja!” teriaknya, berlari menebas kawanan kecil itu. Api meledak, membakar beberapa makhluk sekaligus.

Elira mengangkat tongkatnya, pusaran angin bertambah besar, menyapu kabut di sekitarnya. “Kael! Serang dia sekarang, selagi aku membuka jalan!”

Kael mengangguk. Ia menutup mata, mencoba mengendalikan kekuatan dalam dirinya. Bayangan merespons, berputar, lalu membentuk pedang hitam di tangannya.

“Kalau kau jatuh, aku akan menarikmu kembali,” bisik Lyra, suaranya lembut tapi penuh keyakinan.

Kael menatapnya sejenak, lalu berlari menerjang ke arah Voidspawn raksasa itu.

Mereka beradu. Pedang bayangan menghantam tanduk hitam makhluk itu, ledakan energi mengguncang lembah. Tanah retak, pohon-pohon tumbang. Raungan bergema, menggetarkan udara.

Kael hampir terlempar, tapi ia bertahan. Bayangan di tubuhnya melilit erat, memperkuat otot-ototnya. Untuk pertama kalinya, ia merasa Umbra bukan hanya kutukan—tapi juga kekuatan yang bisa ia kendalikan.

Namun, saat ia menebas lagi, Voidspawn raksasa itu membalas dengan serangan langsung ke pikiran Kael. Bayangan asing menyusup, memperlihatkan gambaran mengerikan: dunia terbakar, Eldoria runtuh, dan dirinya berdiri sebagai raja bayangan.

Kael menjerit, hampir melepaskan pedangnya. Umbra tertawa puas. “Lihatlah masa depanmu, Kael. Kau adalah kami!”

Di saat itulah, cahaya Lyra menyambar, menusuk kabut yang menyelimuti pikiran Kael. “Kau bukan milik mereka, Kael! Kau milikmu sendiri!”

Sorotan cahaya itu memberi Kael cukup waktu untuk menebas sekali lagi. Pedang bayangan menembus dada Voidspawn raksasa.

Raungan terakhir mengguncang lembah. Tubuhnya pecah menjadi ribuan pecahan asap hitam sebelum lenyap ditelan kabut.

Keheningan menyusul. Kael terhuyung, nyaris jatuh, tapi Lyra menangkapnya. Soren dan Elira mendekat, wajah lelah namun lega.

“Kau melakukannya,” kata Lyra pelan.

Kael terdiam. Ia menatap tangannya, masih diselimuti bayangan.

Di dalam pikirannya, Umbra tidak hilang—ia hanya tertawa. “Ini baru permulaan.”

---

1
Anonymous
😍
Sang_Imajinasi: siap jangan lupa supportnya
total 1 replies
Anonymous
lanjut thor
Sang_Imajinasi: siap jangan lupa support
total 1 replies
Anonymous
lanjut
Sang_Imajinasi: siap jangan lupa supportnya
total 1 replies
Ardi
bagus
Sang_Imajinasi: terimakasih jangan lupa supportnya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!