Seorang kultivator muda bernama Jingyu, yang hidupnya dihantui dendam atas kematian seluruh keluarganya, justru menemukan pengkhianatan paling pahit dari orang-orang terdekatnya. Kekasihnya, Luan, dan sahabatnya, Mu Lang, bersekongkol untuk mencabut jantung spiritualnya. Di ambang kematiannya, Jingyu mengetahui kebenaran mengerikan, Luan tidak hanya mengkhianatinya untuk Mu Lang, tetapi juga mengungkapkan bahwa keluarganya lah dalang di balik pembunuhan keluarga Jingyu yang selama ini ia cari. Sebuah kalung misterius menjadi harapan terakhir saat nyawanya melayang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YUKARO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Badai Petir Neraka!
Lumo mengangkat tangannya, seolah memanggil sesuatu dari kedalaman alam semesta. Udara di sekitarnya mendidih. Kilatan petir merah mulai menyelimuti tubuhnya, berdesis dengan energi yang sangat buas, memancarkan aura Dominasi yang tak terlukiskan. Rambut putih Lumo terangkat ke udara, matanya memancarkan cahaya merah kebiruan yang dalam. Di bawahnya, Kaisar Tubo, sepuluh gubernur, dan seluruh keluarga istana menutup mata, tubuh mereka gemetar oleh tekanan kultivasi yang membuat kulit mereka terasa terkelupas.
Tuan utusan menyipitkan mata. Ia merasakan ada sesuatu yang salah. Aura pemuda di depannya ini tidak seperti Nascent Soul akhir biasa. Itu adalah kekuatan yang telah ditempa oleh petir neraka, kekuatan yang terasa lebih tua dan lebih murni dari pada Qi biasa.
“Kau bukan Nascent Soul biasa. Tapi kau tetap rendahan di hadapanku,” gumam tuan utusan.
Ia menembakkan tombak Qi ungu di tangannya ke arah Lumo. Tombak itu berputar, membelah udara dengan suara siulan yang menusuk telinga. Itu bukan sekadar serangan, tetapi juga perpaduan Formasi tingkat tinggi yang mengandung ribuan bayangan. Ribuan bayangan tombak itu melesat ke arah Lumo, siap mencabik tubuhnya.
Lumo berdiri tegak. Ia tidak menghindar.
Ia membuka mulutnya, dan sebuah bola petir merah murni keluar. Ukurannya kecil, seolah-olah seluruh esensi petir di langit terkompresi di dalamnya. Bola itu bertabrakan dengan ribuan bayangan tombak ungu.
BOOOOOM!!!
Suara ledakan memecah langit, diikuti gelombang kejut yang menyapu seluruh ibu kota. Formasi pertahanan yang hancur sebelumnya semakin tak berbekas. Debu tebal menyelimuti pelataran istana. Kaisar Tubo, gubernur, dan seluruh anggota keluarga istana tersungkur ke tanah, tubuh mereka berlumuran darah karena pertahanan spiritual mereka hancur.
Tuan utusan menatap terkejut. Meskipun ia adalah Soul Formation, ia tidak menyangka serangan santainya dapat dinetralisir dengan begitu mudah.
Dari balik debu, sosok Lumo muncul tanpa cedera. Ia maju selangkah.
“Sekarang giliranku.”
Lumo mengangkat tangan, dan dari telapak tangannya, api biru melesat ke atas. Api itu terbelah di udara, membentuk Sembilan Jaring Api Es. Sembilan jaring api itu bergerak cepat, melingkari tuan utusan dari sembilan arah yang berbeda. Setiap jaring memancarkan aura panas dan dingin yang saling bertentangan, menciptakan energi kekacauan yang membuat ruang di sekitarnya berderit.
Tuan utusan mengerutkan kening. Ia merasakan kekuatan destruktif yang terkandung dalam api itu. Itu adalah Api surgawi yang telah disempurnakan. Ia mengentakkan kakinya.
“Formasi Pelindung Angin Ungu!”
Ribuan helai Qi ungu berputar cepat di sekelilingnya, membentuk cangkang spiral yang tebal. Sembilan jaring api menghantam cangkang itu. Suara mendesis terdengar keras, diikuti asap tebal ketika panas dan dingin bertemu dengan Qi Ungu murni. Pertahanan itu bertahan, namun sembilan jaring itu tidak menyerah, terus menekan dan membakar cangkang tersebut.
Tuan utusan membuang napas berat. “Kau memaksaku.”
Ia mengeluarkan Lonceng Jiwa Naga, artefak ungu kecil yang diukir dengan pola naga melilit. Ia memukul lonceng itu.
DONG!
Gelombang suara spiritual yang sangat kuat melesat, menembus Sembilan Jaring Api Es dan langsung menuju jiwa Lumo. Serangan itu tidak terlihat, tidak memiliki bentuk, tetapi sangat mematikan bagi kultivator Nascent Soul.
Wajah Qingwan yang duduk di bawah langsung memucat. Ia tahu serangan spiritual dari Soul Formation tidak bisa dianggap remeh.
Lumo mengabaikan serangan itu. Ia hanya mendengus. Di dalam jiwanya, Petir Neraka berwarna merah berdesis, dan gelombang suara itu langsung diserap oleh esensi petirnya tanpa meninggalkan jejak.
Tuan utusan terkejut. Itu adalah serangan spiritual terkuat yang dimilikinya.
Lumo tersenyum tipis, senyum yang dingin.
“Kau lambat.”
Ia mengepalkan tangan kanannya. Esensi Petir Neraka di dalam tubuhnya meledak. Tubuhnya berubah menjadi Tombak Petir Merah Raksasa yang memiliki panjang puluhan meter. Tombak itu berputar cepat, menghancurkan sisa Sembilan Jaring Api Es yang telah merusak Formasi Pelindung Angin Ungu.
TSHUUUKK!
Tombak Petir itu menghantam langsung ke arah tuan utusan. Dirinya pun tidak bisa menghindar, ia hanya bisa membentuk segel tangan secepat kilat.
“Segel Pembelah Langit!”
Tangan kanannya memancarkan cahaya ungu yang sangat tebal, membentuk segel tangan raksasa berukuran puluhan meter yang memiliki kekuatan yang mampu membelah gunung. Segel itu bertabrakan dengan Tombak Petir.
BOOM! BOOM! BOOM!
Tabrakan kedua ini jauh lebih dahsyat. Segel Pembelah Langit retak, namun Tombak Petir juga memudar. Keduanya menghilang, menyisakan riak energi yang membuat seluruh istana bergetar hebat. Atap-atap aula istana mulai runtuh.
Tuan utusan terhuyung mundur. Rambutnya berantakan, darah mengalir dari sudut bibirnya. Dia terluka.
“Siapa kau sebenarnya! Nascent Soul akhir tidak mungkin sekuat ini!” teriaknya, wajahnya penuh amarah dan ketidakpercayaan.
Lumo muncul kembali, kakinya menjejak tanah. Aura petir merah di tubuhnya semakin padat.
“Aku sudah bilang. Aku hanya jujur.”
Lumo memejamkan mata. Ia mengangkat kedua tangan ke langit. Energi petir merah di atas ibu kota, mulai berputar liar.
“Badai Petir Neraka!”
Langit di atas ibu kota Gizo, kembali muncul kumpulan petir merah yang menakutkan. Itu adalah kekuatan murni dari Kolam Petir Neraka yang ia murnikan di dunia bawah. Petir itu tidak lagi berdesis, tetapi meraung seperti naga yang marah.
Tuan utusan menatap ke atas, matanya melebar karena terkejut. Dia merasakan bahaya kematian yang nyata. Petir jenis ini, petir yang mengandung Qi dunia bawah, sangat mematikan bagi Soul Formation biasa.
“Kau gila! Jika kau menembakkan itu, seluruh ibu kota akan hancur!”
Lumo membuka mata, tatapannya dingin.
“Bukan urusanku.”
Tuan utusan tahu dia tidak punya pilihan. Dia harus menghentikannya sebelum petir itu turun. Dia mengarahkan kedua tangannya ke depan. Seluruh Qi ungu Soul Formation-nya meledak, membentuk proyeksi jiwa yang besar, berwarna ungu, berdiri setinggi puluhan meter di belakangnya. Itu adalah Wujud Jiwa Ungu miliknya, inti dari kultivasi Soul Formation.
“Teknik Pembentukan Jiwa... Sembilan Gerbang Ungu!”
Wujud Jiwa Ungu itu mengangkat tangan, dan sembilan gerbang batu besar berwarna ungu muncul di udara, berjejer melindungi tuan utusan. Setiap gerbang itu diukir dengan pola Formasi kuno, memancarkan aura pertahanan mutlak.
“Sekarang, mari kita lihat, apakah petir rendahanmu bisa menembus Sembilan Gerbang Pertahananku!” teriak tuan utusan.
Lumo hanya tersenyum malas, lalu menembakkan tombak petir merah ke langit. Tombak itu menyentuh badai petir di awan, seolah menjadi konduktor bagi kemarahan alam semesta.
KRAKKKKK!!!
Satu petir merah raksasa yang seolah terbuat dari darah kental, turun dengan kecepatan tak terlukiskan, menghantam Sembilan Gerbang Ungu.
Pertarungan baru saja mencapai puncaknya.
Petir merah yang turun dari langit, membawa serta Qi neraka yang murni, menghantam Sembilan Gerbang Ungu dengan kekuatan yang tak terbayangkan.
KRAKKK!!! BAAAAMMM!!!
Suara benturan itu memekakkan telinga, bahkan Qingwan harus menggunakan Qi-nya untuk melindungi gendang telinganya. Energi petir itu tidak menghilang, ia menyebar, mencoba merayap ke setiap celah di antara gerbang. Gerbang pertama retak. Gerbang kedua bergetar hebat. Wujud Jiwa Ungu tuan utusan mengerang kesakitan, terpaksa mengerahkan seluruh Qi Soul Formation-nya untuk menahan serangan yang luar biasa itu.
Di bawah, semua orang terkejut, melihat Soul Formation tahap awal ditekan oleh kultivator yang diklaim hanya Nascent Soul akhir. Kaisar Tubo menatap ke atas dengan keputusasaan.
Tuan utusan tahu, jika petir kedua turun, pertahanannya akan hancur. Dia harus mengalihkan perhatian Lumo, memaksanya untuk menahan serangan. Mata tajamnya menyapu pelataran dan jatuh pada Qingwan.
Senyum licik, penuh kebencian, melintas di wajah tuan utusan.
“Aku tidak peduli kau sekuat apa, tetapi kelemahanmu adalah gadis kecil itu!”
Meskipun Wujud Jiwa Ungu dan Sembilan Gerbangnya masih menahan Badai Petir Neraka, tuan utusan mengorbankan sebagian kecil jiwa dan Qi Soul Formation-nya. Dengan gerakan tangan yang tersembunyi di balik gerbang, ia memadatkan pisau Qi ungu tipis, sangat cepat, dan tak bersuara, melesat langsung ke arah punggung Qingwan. Serangan ini tidak bertujuan membunuh, hanya melukai dan mengalihkan perhatian Lumo.
Pisau Qi itu melesat secepat meteor.
Di pelataran, Qingwan masih duduk, ia merasakan bahaya yang menusuk dari belakang. Instingnya sebagai Nascent Soul tahap awal berteriak keras. Ia hendak melompat, namun sudah terlambat.
Namun, sebelum pisau Qi itu menyentuh gaun biru Qingwan, api biru yang dingin dan panas melesat dari jari Lumo, membentuk Dinding Api. Pisau Qi ungu itu menabrak dinding, mencair, dan menghilang tanpa sisa, bahkan tidak meninggalkan riak angin.
Lumo tidak menoleh. Ia hanya menatap tuan utusan di langit.
Mata merahnya berubah menjadi kegelapan yang pekat, seperti dua lubang jurang yang baru terbuka di langit. Aura malas yang sebelumnya menyelimutinya menghilang sepenuhnya, digantikan oleh aura dingin, buas, dan kejam yang melampaui batas.
Tekanan spiritual itu turun deras, menekan setiap orang di pelataran hingga tulang mereka terasa hancur.
Tuan utusan, yang baru saja melancarkan serangan licik itu, merasakan jiwanya menciut. Ia tahu ia telah menyentuh batas yang tak termaafkan.
“Berani sekali kau menyentuhnya!” Suara Lumo rendah, serak, seolah ribuan naga petir berbicara melalui tenggorokannya. Setiap kata membawa bobot yang menghancurkan.
Lumo mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi. Di dalam Badai Petir Neraka di langit, petir-petir merah itu mulai menyatu, membentuk seekor Naga Petir Neraka yang besar, dengan mata api dan sisik yang terbuat dari esensi petir murni. Naga itu meraung, suaranya mengguncang seluruh negara.
“Hancur!”
Perintah itu terucap, dingin tanpa ampun.
Naga Petir Neraka itu meluncur ke bawah, menerjang Sembilan Gerbang Ungu dengan kekuatan yang jauh melampaui petir pertama.
GRRAAAWWWLL!!!
Naga itu menembus gerbang. Gerbang pertama hingga kelima hancur berkeping-keping dalam sekejap mata. Gerbang keenam dan ketujuh hanya bertahan sesaat sebelum meledak menjadi debu. Gerbang kedelapan dan kesembilan retak, lalu ditembus oleh kepala Naga Petir.
Naga itu meraung, menerjang langsung ke Wujud Jiwa Ungu.
“Tidak! Tunggu! Aku menyerah! Aku akan memberimu semua yang ku punya!” teriak tuan utusan, wajahnya pucat pasi, ketakutan mencengkeram jiwanya. Ia bahkan tidak peduli lagi dengan martabatnya sebagai Soul Formation.
Lumo tidak peduli. Matanya hanya menunjukkan kekosongan.
KRAKKK!!!
Naga Petir Neraka itu menelan Wujud Jiwa Ungu. Tubuh fisik tuan utusan bergetar hebat. Rasa sakit luar biasa menghancurkan setiap inci tubuh dan jiwanya. Wujud Jiwa Ungu itu melawan, tetapi Petir Neraka murni itu adalah racun bagi Soul Formation biasa. Dalam hitungan napas, Wujud Jiwa Ungu itu hancur, larut, diserap, menjadi santapan Naga Petir.
Tuan utusan mengeluarkan jeritan terakhir yang memilukan, yang bahkan lebih menyakitkan daripada saat ia melihat Naga Petir Neraka menghancurkan pertahanannya.
POOF!
Tubuh fisik tuan utusan Soul Formation tahap awal itu meledak, menjadi kabut berdarah yang disapu bersih oleh angin Qi yang dilepaskan Naga Petir Neraka, tanpa meninggalkan jejak. Jiwanya, yang mencoba melarikan diri, juga disambar oleh sisa petir merah di udara, hancur menjadi debu yang tidak berarti.
Seketika, badai petir di langit menghilang. Langit kembali cerah, seolah tidak ada apa pun yang pernah terjadi. Keheningan melanda pelataran. Keheningan yang hanya diisi oleh suara napas terengah-engah dan tangisan ketakutan dari anak-anak.
Sepuluh gubernur dan Kaisar Tubo menatap ke atas, lalu menatap tempat di mana tuan utusan itu berdiri. Hanya ada kehampaan. Seorang Soul Formation tahap awal, pelindung rahasia Kekaisaran Gizo, tewas dalam satu serangan yang tidak terhindarkan, seolah dia hanyalah semut yang diinjak.
Lumo, dengan wajah dingin, mengangkat tangan. Sebuah cincin penyimpanan ungu melayang turun dari udara, yang merupakan milik tuan utusan. Cincin itu mendarat lembut di telapak tangan Lumo.
Lumo mengalirkan kesadaran ilahinya ke dalam cincin itu. Matanya sedikit berbinar.
Di dalamnya, tumpukan Batu Roh Kelas Tinggi memenuhi sudut cincin, jumlahnya sangat banyak, melebihi puluhan juta keping. Tumpukan pil berharga, yang bahkan tidak pernah ia lihat, tersimpan rapi. Ada Pil Pembentuk Jiwa, Pil Pendukung Transendensi, dan lebih dari selusin artefak tempur tingkat atas, termasuk pedang terbang, perisai, dan formasi gulungan kuno. Ada juga gulungan peta, yang menunjukkan jalur rahasia ke beberapa negara di sekitarnya.
“Lumayan,” gumam Lumo pelan, raut puas terlihat sekilas di matanya.
Ia menarik kembali kesadaran ilahinya. Cincin itu menghilang di dalam cincin penyimpanannya sendiri. Lumo kemudian berbalik perlahan, kembali ke tempatnya semula.
Qingwan, dengan mata berkaca-kaca, menatap Lumo. Rasa hormat, rasa syukur, dan sedikit ketakutan berputar di dalam dadanya. Ia tahu, Senior Lumo telah bertindak tanpa menahan diri demi dirinya.
Lumo mengabaikan tatapan Qingwan, dan tatapan penuh teror dari ratusan orang di pelataran. Ia menatap salah satu pelayan, yang masih memegang cangkir dengan tangan gemetar.
“Tehnya sudah dingin,” kata Lumo dengan nada tenang, seolah baru saja kembali dari jalan-jalan pagi.
Pelayan itu tersentak, lalu cepat-cepat mengambil teko dan menuangkan teh baru, air panas mengepul lembut, aroma teh memenuhi udara. Pelayan lain dengan cepat mengganti cemilan yang tersisa dengan yang baru.
Lumo duduk bersila lagi, mengambil cangkir teh yang baru diisi.
Qingwan menghela napas, menenangkan Qi-nya yang bergejolak. Ia mengambil tempat duduk di samping Lumo lagi, mencoba terlihat setenang mungkin.
Kaisar Tubo, yang sebelumnya dipenuhi keputusasaan dan amarah, kini hanya bisa berlutut, wajahnya menyentuh lantai yang dingin. Sembilan gubernur itu, yang selamat dari pertarungan karena berada jauh dari pusat ledakan, tidak berani mengucapkan sepatah kata pun.
Lumo menyeruput tehnya, matanya tertutup sejenak, menikmati momen ketenangan yang didapatnya setelah pertarungan intens.
“Sekarang, bebaskan Daoyo Feng,” ujar Lumo, suaranya pelan, namun menggetarkan pelataran yang sepi. “Setelah itu, aku akan memberimu waktu satu jam untuk mengosongkan istana ini. Mulai sekarang, Kekaisaran Gizo tidak lagi ada.”
Ia membuka mata, mengambil cemilan, dan menggigitnya dengan santai.
Qingwan mengangguk, ia menyesap tehnya, hatinya terasa damai. Di sampingnya, kedua pelayan hanya bisa saling tatap, kebingungan dan ketakutan masih meliputi mereka, namun mereka patuh, melayani sang kultivator petir merah dengan sepenuh hati.