NovelToon NovelToon
Nikah Sat Set

Nikah Sat Set

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Time Travel / Berbaikan / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:288
Nilai: 5
Nama Author: Alrumi

Berawal dari pertemuan tak terduga, Misel seorang gadis desa yang tak pernah berharap menikah di usia muda. Namun, tak di duga ia kini menikah di usia muda. Hal yang tak pernah ia pikirkan sekarang ia duduk di acara pernikahan nya sendiri dengan seorang pria yang baru ia kenal 5 hari yang lalu.

Penasaran dengan kelanjutan ceritanya? Yuk mampir untuk mengetahui seperti apa kelanjutan ceritanya? Bagaimana misel bertemu dan persiapan apa yang ia siapkan untuk pernikahannya ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alrumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Meluapkan Emosi

Sementara di kediaman keluarga Wija, Nyonya Wija begitu sibuk bertanya mengenai acara pernikahan putranya.

"Sayang dekorasi dan catering sudah kamu pesan kan? jangan sampai lupa." ucap nyonya Wija pada tuan Wija.

"Sudah sayang, kemarin malam sudah di pesan oleh Gani. Jangan khawatir akan hal itu." ucap tuan Wija.

"Kalau nggak salah, hari ini mereka akan datang langsung ke rumah calon besan dan calon mantu kita. Sepertinya mereka sudah sampai di rumah calon besan dan calon mantu." ucap tuan Wija lagi.

"Hm... syukurlah kalau udah di pesan. Putra kita kemana sayang, kok belum kelihatan sedari tadi pagi sampai sekarang." ucap nyonya Wija.

"Pergi ke kantor tadi pagi sebelum kamu keluar dari kamar. Sepertinya dia terburu-buru, jadi lupa memberitahu mu." ucap tuan Wija.

"Anak itu ya, bisa-bisa nya malah pergi ke kantor. Dua hari lagi loh sayang, dia nikah. Kamu nggak kasih libur putra mu, hm... tega sekali. Ayah macam apa kamu? membiarkan putranya pergi ke kantor disaat sebentar lagi dia mau nikah." ucap nyonya Wija yang langsung meluapkan emosi nya tanpa meminta penjelasan dari tuan Wija sedikit pun.

"Sudah marah-marah nya nyonya. Boleh saya bicara?" ucap tuan Wija.

"Ck... bicara saja, tak perlu seperti itu." ucap nyonya wija yang masih ketus.

"Baiklah kalau begitu dengarkan dengan baik nyonya setiap ucapan yang saya keluarkan. Putra mu itu memang susah di atur. Ayah sudah melarangnya untuk tidak pergi ke kantor, tapi lihatlah dia itu keras kepala. Tetap saja pergi, sekarang yang kena marah dan omelan ibunya malah ayahnya. Emang menyebalkan sekali tuh anak. Untung saja bentar lagi dia akan nikah, jadi rumah ini akan sedikit ada warna tak datar dengan kekeras kepada putra mu itu." ucap tuan Wija dengan penuh penekanan.

"Apa? jadi ibu salah marahin orang dong?" ucap nyonya Wija sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Udah salah masih tanya lagi, hm... harusnya apa?" ucap tuan Wija mengingatkan nyonya Wija.

"Hehehe... maaf ya ayah ku sayang, udah nuduh dan marah-marah sama Ayah. Ayah maafin kan?" ucap nyonya Wija dengan rasa bersalah.

"Hm... iya, ayah maafin. Tapi ingat!! lain kali jangan seperti ini lagi. Ntar, kabur mantu ibu. Hehehe..." ucap tuan Wija yang malah tertawa di ujung kalimat yang ia ucapkan.

"Ih... ayah apaan tau." ucap nyonya Wija sedikit malu.

"Wajah ibu udah kaya kepiting rebus, merah banget." ucap tuan Wija malah sengaja berkata seperti itu pada nyonya Wija.

Tentu hal ini semakin membuat nyonya Wija malu, apalagi mendengar ucapan tuan Wija barusan semakin menambah rasa malunya.

"Udah ih ayah, jangan kaya gini terus sama ibu." ucap nyonya Wija.

"Hm... baiklah, ayah tak akan seperti ini lagi." ucap tuan Wija akhirnya mengalah.

"Gini kan enak yah, kalau gitu ibu mau ke sana dulu." ucap nyonya Wija yang segera melangkah kan kaki meninggalkan tuan Wija.

"Sudah bu jangan kemana-mana lagi. Temani ayah aja di sini." ucap tuan Wija.

"Sebentar yah, ibu nggak akan lama kok. Mau ambil minum sama cemilan dulu biar nggak bosen liat ayah yang terus fokus ke layar laptop." ucap nyonya wija berkata seadanya.

Karena memang sedari tadi tuan Wija melihat layar laptop nya. Walau sesekali melihat nyonya Wija tetapi fokusnya tetap ke layar laptop.

Sehingga nyonya Wija pun akhirnya memutuskan untuk mengambil minum dan cemilan untuk mengatasi rasa bosannya nanti.

"Hm... ya sudah, jangan lama-lama bu. Ayah nanti kangen." ucap tuan Wija.

"Ih... apa coba yah, lagian ibu nggak akan lama. Masa bisa kangen?" ucap nyonya Wija.

"Bisa dong sayang, setiap saat nggak deket sama kamu itu rasanya ada yang hilang. Apalagi di tinggal pasti akan kangen." ucap tuan Wija.

"Sudahlah yah, kalau terus bicara seperti ini. Kapan ibu mengambil minum sama cemilannya." ucap nyonya Wija yang pada akhirnya menyudahi percakapan itu.

Sehingga saat ini ia mulai melangkah kan kaki menuju dapur untuk mengambil minum dan cemilan di sana.

Walau sebenarnya nyonya Wija bisa saja langsung memanggil asistennya. Namun, ia memilih dirinya sendiri saja yang mengambilnya. Karena menurut dirinya, selagi itu tak repot, ia pasti akan melakukan semuanya sendiri tanpa bantuan siapa pun. Itulah yang sering kali ia lakukan selama ini.

Sementara tuan Wija kini terfokus kembali ke layar laptop di depannya. Bahkan saking fokusnya, ia tak menyadari bahwa saat ini nyonya Wija sudah berada di samping nya.

Jika saja nyonya Wija tak memanggil tuan Wija mungkin saat ini tuan Wija masih fokus dengan layar laptop nya.

"Sayang ini minum sama cemilannya di makan dulu. Jangan fokus terus ke layar laptop." ucap nyonya Wija pada tuan Wija yang sibuk pada layar laptop.

Ketika mendengar suara nyonya Wija, tuan Wija pun segera mengalihkan pandangan nya ke arah nyonya Wija.

Lalu ia pun tersenyum terlebih dahulu sebelum mengucapkan sesuatu.

"Makasih sayang." ucap tuan Wija yang langsung meminum air yang di bawa oleh nyonya Wija.

"Sama-sama sayang. Udah selesai belum kerjaannya?" ucap nyonya Wija yang penasaran.

"Belum sayang, sedikit lagi juga selesai. Kenapa?" ucap tuan Wija.

"Nggak, aku hanya bertanya aja. Kalau masih lama aku mau tidur aja. Bosen nunggu kamunya." ucap nyonya Wija yang langsung merubah ucapannya.

"Loh kok suaranya jadi beda kaya gini. Kamu kenapa sayang?" ucap tuan Wija yang langsung peka dengan perubahan nyonya Wija.

"Gapapa kok, aku lelah saja." ucap nyonya Wija.

"Lelah kenapa?" ucap tuan Wija yang berusaha mencari penyebab perubahan yang terjadi pada nyonya Wija.

"Karena suami dan putra ku super sibuk dengan kerjaannya. Sampai tak menghiraukan aku. Aku jadi lelah." ucap nyonya Wija pada akhir nya memberitahu tuan Wija.

"Hm... tapi sebentar lagi aku akan ada teman, mantu ku yang akan menemani diri ku. Kalian berdua jangan pernah ada yang mengganggu aku dan mantu ku nanti. Awas saja kalau kalian mengganggu." ucap nyonya Wija yang memberi peringatan pada tuan Wija.

"Hm... baik lah, ayah tak akan menggangu ibu dengan mantu ibu nanti. Tapi kalau putra mu itu, ayah nggak bisa nentuin ia bisa atau nggak." ucap tuan Wija.

"Loh ayah kok kaya gitu sih. Mana ada ayah angkat tangan kaya gini. Harus nya ayah dukung, menyebalkan sekali!! nggak peka!!" ucap nyonya Wija yang langsung pergi meninggalkan tuan Wija yang belum sempat menjawab ucapan nyonya Wija barusan.

"Hm... belum juga di jawab, udah pergi aja." ucap tuan Wija setelah melihat kepergian nyonya Wija.

"Kalau udah seperti ini, pekerjaan yang sebentar lagi selesai pun harus tertunda. Ibu... ibu..." ucap tuan Wija lagi.

Kemudian ia pun mulai meninggalkan tempat tersebut dan bergegas menyusul nyonya Wija yang sedang merajuk.

Bersambung...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!