NovelToon NovelToon
Eternal Love

Eternal Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / CEO / Hamil di luar nikah / Percintaan Konglomerat / Angst
Popularitas:13.3k
Nilai: 5
Nama Author: Jemiiima__

Cinta itu manis, sampai kenyataan datang mengetuk.
‎Bagi Baek Yuan, Reinan adalah rumah. Bagi Kim Reinan, Yuan adalah alasan untuk tetap kuat. Tapi dunia tak pernah memberi mereka jalan lurus. Dari senyuman manis hingga air mata yang tertahan, keduanya terjebak dalam kisah yang tak pernah mereka rencanakan.

‎Apakah cinta cukup kuat untuk melawan semua takdir yang berusaha memisahkan mereka? Atau justru mereka harus belajar melepaskan?

‎Jika bertahan, apakah sepadan dengan luka yang harus mereka tanggung?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jemiiima__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 31

...Eternal Love...

...•...

...•...

...•...

...•...

...•...

...🌻Happy Reading🌻...

Reinan menutup ponsel dengan erat, seolah genggaman itu satu-satunya penopang dirinya yang hampir runtuh.

‎Sesampainya di apartemen Yuan, langkahnya terasa asing. Ruangan yang dulu penuh kenangan hangat kini hanya terasa dingin dan hampa. Tanpa banyak pikir, ia membuka lemari dan mulai merapikan seluruh bajunya ke dalam koper. Setiap lipatan kain yang masuk terasa seperti menutup satu bab dari hidupnya.

‎Air mata kembali jatuh, kali ini lebih deras. Reinan menyerah. Ia tak sanggup lagi terus bersama Yuan. Semua emosi yang sejak tadi ditahan rasa sakit, kecewa, dan pengkhianatan akhirnya meledak dalam diam. Lebih dari segalanya, kebohongan Yuan lah yang menusuk paling dalam.

‎Dengan tangan gemetar, ia menutup koper itu. Suara “klik” kunci koper terdengar seperti tanda akhir.

‎Akhir dari mereka berdua.

‎Koper sudah terkunci rapat. Reinan berdiri di tengah ruangan, menatap sekali lagi sekeliling apartemen Yuan. Dinding, meja, bahkan sisa gelas kopi yang masih ada di dapur. Semua itu terasa asing, seakan bukan miliknya lagi. Dengan langkah berat, ia akhirnya pergi.

‎Malam masih sunyi ketika ia menarik kopernya menyusuri trotoar, lalu memanggil taksi. Tak ada tujuan lain selain satu. Apartemen lamanya. Tempat yang dulu ia tinggalkan. Beruntungnya ia lupa saat Yuan menyuruhnya menjual apartemen itu.

‎Sesampainya di sana, Reinan membuka pintu dengan kunci yang masih ia simpan. Aroma yang familiar langsung menyambut, membuat dadanya sesak oleh rindu dan kesedihan sekaligus. Ia meletakkan koper di sudut ruangan, lalu menjatuhkan diri ke sofa usang yang dulu jadi tempat favoritnya.

‎Sunyi. Hanya detak jam dinding yang terdengar. Sambil memeluk bantal, Reinan menunggu. Ponsel diletakkan di meja, seolah kapan saja akan bergetar memberi tanda bahwa seseorang itu hampir tiba.

‎Malam itu, di apartemen lamanya, Reinan duduk sendiri. Menunggu dalam tangis yang tertahan, berharap ada pelukan yang bisa menjemputnya dari segala luka.‎

‎Reinan masih duduk di sofa apartemen lamanya, matanya sembab karena tangis yang tak kunjung reda. Ia memeluk bantal erat-erat, mencoba menenangkan diri di tengah kesunyian yang menyesakkan. Sampai akhirnya Reinan tertidur.

...****************...

‎‎Udara pagi terasa dingin dan basah, menyelinap masuk dari celah-celah jendela yang terbuka.

‎Tiba-tiba, ponselnya yang tergeletak di meja berdering pelan. Getaran itu membuat jantungnya ikut bergetar. Dengan ragu, ia meraih layar yang masih buram oleh sisa air mata.

‎Sebuah pesan singkat muncul.

‎'Aku sudah di bawah. Turunlah.'

‎Reinan menatap tulisan itu lama, perasaannya campur aduk antara lega dan takut. Ia mengusap cepat pipinya, mencoba menghapus jejak tangis, lalu berdiri. Koper yang sejak tadi menunggu di sudut ruangan ia tarik mendekat.

‎Pagi itu, langkahnya terasa berat. Namun ia tahu seseorang telah datang untuk menjemputnya pergi.

‎Pintu apartemen lama itu terbuka perlahan. Begitu wajah di depannya muncul, Reinan tak mampu lagi menahan gejolak di dadanya. Air matanya langsung pecah, dan tanpa berpikir ia berlari berhambur ke pelukan orang itu.

‎Pelukan hangat yang menyambutnya membuat tubuhnya sedikit bergetar lega. Orang itu mendekapnya erat, suara cemas keluar terbata-bata:

‎"Nanan… apa yang membuatmu seperti iniit

‎Reinan hanya menggeleng, tangisnya makin pecah. Suaranya nyaris tak terdengar di antara isakan.

‎"Aku hanya ingin pulang… tolong bawa aku pergi dari sini."

‎Orang itu menunduk, menepuk pelan punggung Reinan seolah memberi janji tanpa kata. Sementara di balik tangisnya, dunia Reinan serasa runtuh dan satu-satunya yang tersisa hanyalah genggaman itu, tempat ia berharap bisa pulang.

‎Tak berselang lama setelah pelukan itu, Reinan dan orang tersebut meninggalkan apartemen lamanya. Koper kecil yang ia tarik bergulir pelan di belakang, langkahnya masih goyah, namun genggaman tangan orang itu membuatnya mampu berjalan.

‎Pagi Seoul terlewati dalam diam. Tak ada kata-kata panjang, hanya suara langkah kaki dan deru mesin mobil yang menanti di tepi jalan. Begitu pintu mobil tertutup, kota itu perlahan menjauh di balik kaca jendela.

‎Reinan menunduk, memandang kilau lampu yang semakin kecil seolah setiap cahaya adalah kenangan yang ia tinggalkan.

‎Pagi itu, ia pergi.

‎Meninggalkan Yuan.

‎Meninggalkan Seoul.

‎Meninggalkan semua luka yang membuat dadanya nyaris tak bernapas lagi.

‎Di sampingnya, orang itu hanya menoleh sekilas, memastikan Reinan baik-baik saja. Identitasnya tetap tersembunyi dalam gelap, namun bagi Reinan, cukup. Yang penting ia tidak sendirian.

...****************...

Dua hari kemudian.

‎Yuan akhirnya kembali dari perjalanan bisnisnya. Pintu apartemen ia buka dengan semangat, koper ia tarik masuk, dan di tangannya ada sebuah paperbag berisi kotak kecil yang siapkan khusus untuk Reinan.

‎“Reinan?” panggilnya sambil tersenyum.

‎Sunyi.

‎Ia menaruh koper di dekat sofa, lalu melangkah ke dapur. “Reinan, aku pulang,” ujarnya lagi, kali ini sedikit lebih keras. Namun tetap tak ada sahutan.

‎Keningnya berkerut. Sejenak ia melirik jam dinding. Jam kerja sudah lama berakhir, seharusnya Reinan sudah ada di rumah.

‎“Apa dia masih lembur?” gumam Yuan pelan, mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Tapi perasaan janggal mulai merayap. Apartemen terasa terlalu hening, terlalu rapi… seakan tak ada kehidupan di dalamnya.

‎Reinan?” sekali lagi Yuan memanggil, kali ini suaranya mulai goyah. Ia membuka pintu kamar tidur, melangkah cepat ke dalam. Sunyi. Tempat tidur rapi tanpa jejak baru digunakan.

‎Yuan bergegas ke sudut-sudut lain. Kamar mandi, balkon, bahkan dapur kecil. Tidak ada. Keningnya mulai berkeringat dingin.

‎Dengan jantung yang berdegup tak karuan, ia akhirnya menoleh ke arah lemari. Tangannya gemetar saat menarik pintu geser itu.

‎Kosong.

‎Baju-baju yang biasanya tersusun rapi hilang, tak ada satu pun milik Reinan yang tertinggal. Yuan menelan ludah, tubuhnya terasa kehilangan tenaga. Ia menunduk, matanya jatuh ke bawah ranjang—koper besar itu juga tidak ada.

‎“Tidak…” suaranya pecah. Paperbag kecil di tangannya terlepas jatuh ke lantai. Nafasnya memburu, dadanya terasa sesak. Ia mundur beberapa langkah, lalu kembali menatap lemari yang kosong, seakan berharap pandangannya salah

‎“Reinan… jangan bilang...” suaranya bergetar, hampir tak sanggup ia teruskan. Panik menyelimuti, otaknya berusaha menyangkal kenyataan yang baru saja ia lihat.

‎Dengan tangan gemetar, Yuan meraih ponselnya dari saku. Jari-jarinya terburu-buru menekan nama “Reinan” di daftar kontak.

‎Tut… tut…

‎Nada sambung terdengar. Yuan menahan napas, berharap suara lembut itu menjawab. Tapi beberapa detik kemudian, sambungan terputus.

‎Ia mencoba lagi. Sekali, dua kali, tiga kali hasilnya sama. Nomor itu tidak bisa dihubungi.

‎“Tidak, tidak, ini nggak mungkin…” Yuan bergumam, napasnya memburu. Ia berjalan mondar-mandir di ruang tamu, lalu kembali menatap lemari yang kosong seolah mencari penjelasan.

‎Matanya mulai memerah, wajahnya penuh kecemasan. “Reinan, angkat teleponnya… di mana kamu sekarang?” suaranya pecah, hampir seperti rintihan.

‎Keheningan apartemen menjadi jawaban yang paling menyesakkan.

‎Nada sambung ponsel masih menghantui telinga Yuan ketika tiba-tiba layar ponselnya bergetar panggilan masuk dari Taesung. Dengan buru-buru, Yuan menggesek layar.

‎“Boss, di mana sekarang?” suara Taesung terdengar tegang di seberang.

‎“Saya di apartemen… kenapa?” Yuan menjawab cepat, suaranya kacau.

‎“Saya di kantor. Ada dokumen urgent yang harus segera dibawa. Tapi—” Taesung terdiam sejenak, terdengar ragu. “Di meja kerja, saya menemukan sesuatu. Sebuah surat. Surat pengunduran diri… dari Reinan.”

‎Yuan membeku. Ponsel nyaris terlepas dari tangannya.

“A-apa?” suaranya bergetar, matanya melebar tak percaya.

Kemana Reinan pergi?

Apa Reinan benar-benar meninggalkan Yuan?

Lalu, siapa seseorang yang bersama Reinan?

1
Muffin🧚🏻‍♀️
Aku tendang kau yaaa kalau macam macam yuan
Muffin🧚🏻‍♀️
Diam diluar , tapi aktif diranjang bun jangan salah 🤣
Nurika Hikmawati
lah, semalem emang gak berasa Yuan? wkwkwkwk
Nurika Hikmawati
dih, mana ada gak sengaja/Facepalm/
Nurika Hikmawati
bantu2 yg bikin cape tapi enak ya Yuan /Chuckle/
Oksy_K
anak siapa ini weeehhh, anaknya yuan kan. pasti ini
Oksy_K: saya suka yg banyak drama/Chuckle/
total 2 replies
Oksy_K
bentar? jgn bilang udh nikah sama si uler??
Oksy_K: jangan iihhh, gak rela bgt
total 2 replies
Oksy_K
kita yg baca bisa liat masa depan/Chuckle/
Oksy_K
sedih bngt jadi keduanya. ini authornya aman gak ya? nulis bab sedih gini, playlistnya apa nih😭🤧
Jemiiima__: klo aku nulis scene biasa wajib jedag jedug biar mood /Facepalm/ klo scene sedih wajib lg galau sejuta umat biar ngfeel 😂
total 3 replies
Ceyra Heelshire
jangan lupakan ritual bercerita horor, biar camping lebih menantang
Oksy_K
ini salah paham berkepanjangan🥲
Jemiiima__: panjang bgt smpe bingung seleseinnya gmna /Sob/
total 1 replies
Ceyra Heelshire
bikin acara kecil aja sekalian, trus ajak keluarga besar
Lonafx
ya gmana dong, ada kesempatan cewek lagi anu',, mana cakep lagi, apalagi Yuan kayaknya emang udah naksir waktu pandangan pertama.. ya langsung di gas lah wkwk😆
༺🦋⃟‌⃟𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
Ngerjain ap ya yu/Chuckle/
༺🦋⃟‌⃟𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
mk km hrs memegangnya erat spy nggk terlepas rei🥺
༺🦋⃟‌⃟𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
hadeh rei, km knp mengabaikn keadaan km, tkutnya km udh hamidun nnt km mlh slh mnm.obat pula kn bs bhaya
Dasyah🤍
Yuan ini benaran nih, kamu ada calonnya terus Reinan ?, jangan kasih harapan palsu
Dasyah🤍
Yuan jangan pancing konflik yang ngak enak enak deh, kamu liburkan dulu Reinan
mimief
hah....pedih nya
jadi tuan jangan nyalahin Reinan
dia udah pernah nyoba mencari mu loo
Drezzlle
maaf terus bosen Yuan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!