NovelToon NovelToon
TAK AKAN KUKEMBALI PADAMU

TAK AKAN KUKEMBALI PADAMU

Status: tamat
Genre:Balas Dendam / CEO / Janda / Cerai / Obsesi / Penyesalan Suami / Tamat
Popularitas:20k
Nilai: 5
Nama Author: Archiemorarty

Lucia Davidson hidup dalam ilusi pernikahan yang indah hingga enam bulan kemudian semua kebenaran runtuh. Samuel, pria yang ia percaya sebagai suami sekaligus cintanya, ternyata hanya menikahinya demi balas dendam pada ayah Lucia. Dalam sekejap, ayah Lucia dipenjara hingga mengakhiri hidupnya, ibunya hancur lalu pergi meninggalkan Lucia, dan seluruh harta keluarganya direbut.

Ketika hidupnya sudah luluh lantak, Samuel bahkan tega menggugat cerai. Lucia jatuh ke titik terendah, sendirian, tanpa keluarga dan tanpa harta. Namun di tengah kehancuran itu, takdir memertemukan Lucia dengan Evan Williams, mantan pacar Lucia saat kuliah dulu.

Saat Lucia mulai menata hidupnya, bayangan masa lalu kembali menghantuinya. Samuel, sang mantan suami yang pernah menghancurkan segalanya, justru ingin kembali dengan mengatakan kalau Samuel tidak bisa hidup tanpa Lucia.

Apakah Lucia akan kembali pada Samuel atau dia memilih cinta lama yang terkubur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 19. MEKAR KEMBALI

Malam itu, penthouse Evan diselimuti cahaya temaram yang lembut. Lampu gantung kristal memantulkan kilau samar, menebarkan nuansa hangat di ruangan luas yang berbalut interior modern. Aroma makanan yang baru saja diantar memenuhi udara: gurih pizza yang masih mengepul, harum ayam panggang dengan bumbu rosemary, kentang goreng renyah, salad segar dengan dressing lemon, hingga aroma khas sup krim jagung yang menenangkan. Di atas meja kaca yang panjang, deretan kaleng beer dingin tersusun rapi, sebagian sudah mulai berembun karena perbedaan suhu.

Lucia berdiri agak kikuk di dekat sofa kulit abu-abu. Tangannya meremas ujung cardigan krem yang dipakainya. Ada keraguan yang belum sepenuhnya padam dalam dirinya, rasa asing yang muncul ketika harus kembali duduk bersama orang-orang dari masa lalu. Sekian lama ia mengurung diri dalam lingkaran sunyi, terperangkap oleh trauma dan luka yang ditorehkan keluarga, membuatnya nyaris lupa bagaimana rasanya tertawa lepas tanpa beban.

Evan, yang sejak tadi sibuk mengatur makanan, menoleh padanya. Senyumnya teduh, penuh kesabaran. "Love, duduklah. Ini bukan jamuan resmi. Anggap saja kita kembali ke masa kuliah dulu. Kau tahu kan, aku selalu jadi tukang pesan makanan berlebihan." Ia terkekeh, lalu menaruh tumpukan kotak pizza di meja.

Clara yang duduk di sofa seberang segera melambaikan tangan. "Lucia, sini. Duduk dekat aku. Aku kangen sekali suasana ini." Matanya berkilat dengan kehangatan tulus, dan saat Lucia melangkah ragu, Clara segera meraih tangannya, menariknya duduk di sampingnya. "Akhirnya, setelah sekian lama, kita bertiga bisa bersama lagi," sambungnya.

Deren, yang sedari tadi menuangkan beer ke gelas-gelas, menimpali dengan nada santai, "Empat orang, Babe. Jangan lupakan aku." Ia tersenyum, tatapannya hangat ke arah Lucia. "Kau terlihat lebih tenang sekarang. Aku lega."

Lucia hanya bisa menunduk, tersenyum tipis. Ada rasa asing ketika mendengar suara mereka, suara yang dulu begitu akrab, kini terasa seperti alunan nostalgia dari masa yang hampir ia kubur. Sebuah senyum merekah di wajah Lucia, untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ia merasakan kehangatan orang-orang yang menyambut kehadirannya.

Malam beranjak, dan percakapan mulai mengalir. Awalnya, Lucia lebih banyak menjadi pendengar. Clara dan Deren bercerita tentang masa kuliah mereka, tentang dosen killer yang dulu sering membuat panik, tentang perjalanan singkat ke luar kota yang penuh kekonyolan. Evan sesekali menyela dengan komentar jenaka, membuat ruangan pecah oleh tawa.

Lucia menatap mereka diam-diam. Ada kehangatan yang merambat, perlahan melumerkan dinding kaku di hatinya. Jemarinya yang awalnya meremas ujung cardigan kini mulai longgar. Sesekali, saat Evan mengulurkan kaleng beer dingin, Lucia menerimanya meski hanya menyesap sedikit. Rasanya pahit di lidah, tapi ada semacam simbol keterhubungan di dalamnya.

"Lucia," Clara tiba-tiba menoleh dengan mata berbinar. "Kau masih ingat saat kita kabur dari kelas untuk ikut festival musik di kampus sebelah?"

Lucia sempat terdiam, lalu bibirnya melengkung pelan. "Aku ingat, kalian semua sibuk berdansa sementara aku duduk di pojok salah minum cocktail dengan alkohol tinggi." Suaranya lembut, seperti mengungkap rahasia yang lama terkunci.

Deren tertawa kecil. "Ya Tuhan, benar sekali. Aku bahkan masih ingat bagaimana Evan kewalahan dengan kelakuan mabukmu saat itu, benar-benar seperti anak kecil. Itu hal yang sulit dilupakan."

Lucia terdiam, senyum merekah ketika mengingat momen itu. Ia tak menyangka kenangan kecil yang dianggap remeh itu masih tersimpan di ingatan mereka. Satu-satunya masa yang membuat Lucia hidup dan menjadi dirinya sendiri.

Ketika tawa reda, Clara menatap Deren sekilas. Ada sinyal yang tak terucap di antara mereka, lalu Clara menggenggam tangan Lucia. "Lucia, ada sesuatu yang ingin kami ceritakan."

Lucia menoleh bingung. "Apa?"

Deren tersenyum lembut, lalu meraih tangan Clara. "Kami sudah menikah. Dua tahun lalu, sebenarnya."

Lucia terbelalak. "Apa? Kalian menikah?!

Clara mengangguk, wajahnya berseri. "Ya. Bukan acara mewah, cukup sederhana di gereja. Saat itu kami berharap kau ada di sana, pasti akan sempurna."

Air mata tiba-tiba menggenang di mata Lucia. Ia tak bisa menahan rasa haru. "Kalian sudah sejauh itu, aku bahkan tidak ada di sana. Meski terlambat, selamat atas pernikahan kalian."

Clara segera memeluk temannya itu. "Jangan merasa bersalah, Lucia. Kau ada di hati kami, selalu. Sekaranglah waktunya kau kembali. Kami ingin kau ikut dalam hidup kami lagi."

Evan yang duduk di samping Lucia sejak tadi hanya mengamati, lalu dengan lembut mengelus kepala Lucia. Jemarinya menyusuri helai rambutnya yang lembut, seperti sebuah isyarat tenang. "Love, kau tidak pernah benar-benar sendiri. Sudah saatnya kau kembali menikmati hidupmu, bangkit dari segala keterpurukan."

Lucia memejamkan mata. Gestur Evan, hangatnya pelukan Clara, dan tatapan penuh pengertian Deren membuat hatinya yang rapuh mulai retak, retak menuju arah yang lebih baik.

Seiring waktu berjalan, Evan makin sering menunjukkan gestur penuh sayang. Ia menepuk kepala Lucia setiap kali ia terlihat bingung memilih makanan. Ia memainkan ujung rambutnya ketika Lucia terlalu lama menunduk, seolah mengingatkannya untuk kembali ke dunia. Sesekali, tangannya menyentuh tangan Lucia, hanya sebentar, tapi cukup untuk mengalirkan kehangatan.

Lucia merasakan sesuatu yang sulit dijelaskan. Ada perasaan aman yang merambat, seakan Evan sedang menegakkan dinding pelindung di sekitarnya. Di balik sikap santai dan gurauan kecilnya, ia tahu betul Evan sedang berusaha menjaga hati Lucia yang rapuh.

"Lucy, " Evan tiba-tiba berkata, suaranya rendah namun jelas, "kau tidak harus terus hidup dalam bayang-bayang masa lalu yang buruk itu. Ada kami di sini. Ada aku. Kau pantas mendapatkan yang lebih baik."

Lucia menoleh, menatap wajah Evan dari dekat. Kilau matanya begitu tulus, membuat dada Lucia terasa sesak. Ia ingin percaya, ingin menyerahkan semua beban yang dipanggulnya begitu lama.

Setelah obrolan berputar ke banyak topik, Clara mencondongkan tubuh, menatap Lucia dengan keseriusan yang jarang terlihat. "Lucia, kau harus bangkit. Kau harus menunjukkan pada dunia bahwa badai yang pernah meremukkanmu tidak bisa mematahkanmu. Kau masih bisa berdiri tegak, bahkan lebih indah dari sebelumnya."

Lucia menggigit bibir. "Tapi, aku tidak tahu harus mulai dari mana. Semua mimpiku dulu sudah lama kukubur. Orang tuaku-"

"Lupakan mereka," potong Evan dengan tegas, meski suaranya tetap lembut. "Kali ini, dengarkan dirimu sendiri. Apa yang kau inginkan? Pekerjaan apa, mimpi apa, jalan apa pun yang kau pilih, aku akan menyokongmu sepenuhnya. Tak peduli apa pun. Rantai yanh dipasang orang tuamu sudah tidak ada sekarang. Kau sudah bebas, Love."

Deren menimpali, "Lucia, aku dan Clara percaya padamu. Kau bukan orang kecil. Kau punya bakat, keberanian, dan hati yang besar. Jangan biarkan siapa pun membuatmu lupa itu."

Lucia merasa seperti bunga kuncup yang disiram hujan setelah lama kering. Kata-kata mereka, perhatian tulus, dan terutama sentuhan Evan yang terus ada di sisinya, membuat hatinya bergetar hebat.

"Aku," suara Lucia bergetar. "Aku ingin membuat toko roti."

Clara menepuk tangannya penuh semangat. "Itu luar biasa! Kau harus melakukannya. Aku ingat kau dulu sering membuat roti dan kue yang enak untuk kami. Ah, aku ingin makan roti buatanmu lagi."

Evan tersenyum lebar, mengusap lembut pipinya. "Kalau begitu, lakukanlah. Aku akan pastikan tak ada yang menghentikanmu lagi."

Malam itu berlanjut dengan tawa, tangis kecil, dan janji-janji baru. Lucia tak lagi duduk kaku. Ia tertawa bersama Clara ketika Deren salah menyebut nama seorang dosen lama. Ia membiarkan Evan terus memainkan rambutnya tanpa protes, malah merasa nyaman. Ia mulai bercerita, meski masih terputus-putus, tentang hal-hal yang ia rindukan, tentang berbagai resep roti yang kembali muncul di kepalanya.

Di luar, langit kota berkilau dihiasi lampu-lampu gedung pencakar langit. Dari balik jendela besar penthouse, kilau itu seakan memberi isyarat bahwa dunia di luar sana menanti Lucia untuk kembali berjalan.

Dan di dalam ruangan itu, bersama sahabat-sahabat lamanya, Lucia merasa untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ia tidak lagi hancur. Ia sedang mekar, perlahan namun pasti, seperti bunga yang berani menantang badai.

1
Muna Junaidi
😍😍😍😍😍
Endang Sulistia
bagus Thor..
Archiemorarty: terima kasih kak udah baca ceritanya semoga menghibur waktu senggangnya 🥰
total 1 replies
Endang Sulistia
fix...Samuel jadi Samsul ya...🤣🤣🤣
Endang Sulistia
deg deg an..
Endang Sulistia
bikin darting..
Endang Sulistia
auto liat sinopsisnya lagi ..😂😂😂
Miss Typo
huaaaaaa aku terharu ikut merasakan kebahagiaan Lucia dan semua yg sayang padanya 😭
belum rela pisah dah tamat aja, dan bacanya telat lagi 🥹

terimakasih thor,,,selalu semangat dgn karya-karyanya di novel 💪
Archiemorarty: terima kasih kembali 🥰
total 1 replies
Miss Typo
nikah deh nikah biar lebih leluasa mau ngapain aja 😁
Miss Typo
terharu huaaaaaa 😭
Miss Typo
kok deg2an bacanya
Miss Typo
semangat semangat semangat Lucia, kamu hebat bisa melawan si Samsul itu
Ir
tapi kalo jadi Evan aku oga nerima investor yg kemarin nyabut Dana seenak udel nya untuk gabung sama samsul, giliran si samsul bangkrut gabung lagi sama Evan dihh ga like
Ir: hahaha pundung dia 🤣🤣🤣
total 4 replies
Jelita S
terimakasih Thor buat cerita indahnya,,sukses terus dalam berkarya Daan semoga cerita2 baru menyusul lagi
Archiemorarty: Terima kasih udah baca ceritanya, maap kalau kurang memuaskan. ditunggu cerita selanjutnya yang lebih uwahhh ya 🥰
total 1 replies
Miss Typo
kapan Lucia akan kuat tahan banting berani melawan si Samsul
Miss Typo: dan ku tunggu saatnya itu datang
total 2 replies
Miss Typo
semangat Ervan Deren Clara dan Lucia, kalian pasti bisa menghadapi badai dan mengalahkan si Samsul
Miss Typo
apa sih sebenarnya maunya si Samsul itu, apa tujuan sebenarnya mendekati Lucia lagi, bikin geram aja tuh orang.
aku berharap Lucia lebih kuat lebih berani menghadapi si Samsul itu
Miss Typo: suruh nulis sendiri aja kalau gak sesuai dengannya 🫢
total 4 replies
Ir
woyyy samsul meskipun kalo di posisi Lucia gua juga ogah balikan sama lu, tapi setidaknya bersaing secara sehat, minta maaf yg tulus dan nyesel bener² nyesel, bukan malah pake kekerasan tulul, yg dengan cara tulus aja belum tentu mau balikan apa lagi pake emosi
Archiemorarty: Hooh, padahal mau dikasih alur yang boom itu bentar lagi. karena ya pada bilang mau to the point, ku akhirin aja. 🤣
total 3 replies
Ir
padahal kemarin aku cuma minta speakup ehh malah di ajak live streaming 😆
Archiemorarty: Kan dah kubilang on proses, soalnya bukan balas dendam temanya. ntar cerita selanjutnya kubuatin yang tema balas dendam, biar pada tahu balas dendam yang slay itu gimana... /Slight/
total 1 replies
Miss Typo
wah gila dasar tuh kapsul manusia serakah gak tau diri, dulu membuat Lucia menderita skrg gak mau melepaskan, bikin geram aja tuh manusia satu itu 😤
semangat Evan Deren, semoga kalau an bisa mengalahkan Samsul itu

baru bisa baca lagi 🥹
Ir
kak dia hari yg lalu kaka update seperti biasanya kan yaa 3bab nah di aku tuh ga muncul lho seharian, tau update kemarin pagi sekitar jam set 11an langsung 4bab gitu, satu bab nya yg update jam 9 pagi
Archiemorarty: Iya dari Minggu agak-agak app nya emang.
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!