NovelToon NovelToon
Di Balik Cadar (Aisha)

Di Balik Cadar (Aisha)

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat
Popularitas:18.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: Almaira

“Addunya kulluhaa mata', wa khoyru mata’uddunya al mar’atushshalehah”

“Dunia seluruhnya adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan adalah istri yang shalihah."

Kelanjutan cerita di Balik Cadar Aisha.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Proyek

Tiga hari menjelang pernikahan Siti, suasana rumah dan pondok pesantren terlihat menjadi sedikit ramai, beberapa orang tampak sibuk mempersiapkan acara pernikahan yang akan digelar sebentar lagi.

Sementara itu Andre sang calon pengantin laki-laki malah terlihat sibuk mempersiapkan rencana usaha bisnisnya, dia yang dibantu oleh beberapa orang santri tampak sedang menurunkan beberapa alat pertanian terbaru yang baru dibelinya, rupanya salah satu ide usaha yang akan dirintisnya bersama para santri adalah mengembangkan pertanian menjadi lebih modern agar bisa memaksimalkan lahan tanah pesantren yang masih luas.

Siti yang melihat dari dalam kamarnya hanya tersenyum senang melihat keseriusan dari niat baik sang calon suami, dia semakin meyakini jika keputusannya memilih Andre sebagai suaminya adalah keputusan yang tepat. Terlepas dari masa lalunya, dia yakin jika kini Andre telah berubah sepenuhnya, bersamanya mereka akan belajar bersama untuk membangun keluarga sakinah dan menuju ridho-Nya.

Siti yang tersenyum sendiri sambil merenung tak menyadari jika Lela adiknya telah duduk di sampingnya.

"Kak Andre lelaki yang baik. Kakak tidak salah memilihnya untuk menjadi suami kakak," ucap Lela seolah tahu apa yang sedang dipikirkan oleh sang kakak.

Siti tampak kaget, dia langsung tersenyum malu.

Lela lalu tersenyum, dia memegang tangan Siti.

"Aku yakin jika Abah masih ada, beliau juga pasti merestui pilihan kakak."

Mendengar nama Almarhum Abah disebut, raut wajah Siti langsung berubah.

Lela menyadari kesalahannya, karena dengan tidak sengaja dia telah merubah suasana hati kakaknya menjadi sedih.

"Kak. Maafkan aku telah mengingatkan kakak pada Almarhum Abah." Lela menggenggam erat tangan Siti lebih erat.

Siti berusaha untuk tersenyum.

"Tidak apa-apa," jawabnya pelan sambil memandangi wajah sang adik.

Lela ikut tersenyum, dia lalu berpamitan pada Siti untuk pergi keluar kamar.

"Dik. Tunggu." Siti menahannya. Menarik tangan Lela untuk kembali duduk di sampingnya.

"Ada yang mau kakak tanyakan."

"Apa kak?"

Siti terlihat ragu.

"Setelah kakak menikah nanti, Ummi dan kakak laki-laki kita pasti akan mulai langsung mencarikan suami untukmu."

Raut wajah Lela berubah kelam, dia langsung menunduk.

"Apa kamu siap?"

Lela tak menjawab. Dia hanya terus menundukkan kepalanya.

"Dik?" tanya Siti lagi.

Perlahan Lela mengangkat wajahnya, berusaha tersenyum.

"Siap tidak siap tetap harus siap kan kak?"

Siti menatap wajah Lela lekat.

"Ummi dan Kak Ahmad tidak akan memaksa jika kamu belum siap."

Lela terdiam.

"Atau kakak saja yang akan mengatakannya pada mereka."

"Jangan!" ucap Lela cepat.

"Dik.. Mereka harus tahu jika kamu belum siap."

Air mata mulai merembes keluar dari kedua kelopak mata Lela.

Siti langsung memeluk adiknya.

"Setelah kakak menikah nanti, kakak akan bantu mengatakannya pada mereka, kamu tenang saja, Ummi dan Kak Ahmad pasti akan mengerti kok," ucap Siti sambil memeluk adiknya.

Lela mengangguk pelan sambil menyeka air matanya.

***

Zaidan tampak kelelahan setelah seharian ini dia dan sang istri berbenah di apartemen baru mereka.

Di hari keempat pasca keduanya telah sah menjadi pasangan suami istri, mereka memutuskan untuk segera pindah ke apartemen yang telah disiapkan Zaidan untuk dia tempati bersama Anita.

Walaupun hanya apartemen kecil dan sederhana, namun Anita tampak antusias untuk menghuni rumah barunya itu, dia yang notabennya terlahir dari keluarga yang cukup berada nampak sama sekali tak keberatan untuk tinggal di sana dan hal itu tentu saja membuat Zaidan bersyukur mempunyai istri seperti Anita yang menerima dirinya apa adanya.

Di sela istirahatnya, Zaidan yang menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa terus melihat Anita yang tengah sibuk menyiapkan minuman untuknya di dapur, dengan tatapan penuh cinta, kedua matanya seakan tak ingin lepas untuk terus melihat istrinya.

Anita yang menyadari jika suaminya terus memperhatikannya hanya bisa tersenyum malu. Dia kemudian menghampiri suaminya dengan membawa nampan di tangannya.

"Kenapa? Kenapa terus melihatku seperti itu?" tanya Anita sambil menyimpan nampan berisikan dua gelas jus jeruk buatannya di atas meja lalu duduk di samping suaminya.

Zaidan tak menjawab, dia hanya terus menatap istrinya dengan mesra.

Anita lantas mengambil dua gelas di atas meja, salah satunya dia berikan kepada suaminya.

Zaidan mengambil gelas itu namun dia tidak langsung meminum isinya, lain halnya dengan Anita yang langsung meminumnya.

Anita yang selesai minum heran melihat suaminya tidak meminum air pemberiannya.

"Kenapa tidak minum? Katanya tadi haus sekali?"

Bukannya menjawab, Zaidan malah menyimpan gelas di tangannya ke atas meja.

Dia langsung mengambil gelas di tangan istrinya, lalu meminum isinya yang tinggal setengah lagi, tepat di bekas bibir istrinya.

Tentu saja hal itu membuat Anita kaget.

"Jorok. Kenapa minum di gelas bekas minumku?"

Zaidan yang selesai minum hanya tersenyum melihat Anita.

"Rasulullah juga minum di gelas bekas istrinya. Rasulullah menempelkan mulutnya pada bekas makan dan minum istrinya."

Anita langsung terdiam. Dia kaget karena dia baru tahu mengenai hal itu.

"Jorok? Lalu bagaimana dengan ini?" Zaidan mendekat lantas mengecup bibir istrinya pelan.

Anita yang awalnya kaget langsung tersenyum malu.

"Lain kali bawa satu gelas saja, kita akan selalu minum di gelas yang sama," ucap Zaidan dilanjutkan dengan kembali mengecup bibir Anita.

***

Sehari sebelum hari pernikahannya, Andre masih juga sibuk mengurusi pekerjaannya, dia sibuk memainkan laptopnya di ruang keluarga di tengah kebisingan bibi dan juga saudara-saudaranya yang lain yang tengah sibuk mempersiapkan hantaran untuk pernikahannya besok.

Tiba-tiba ponselnya berdering, setelah berbicara sebentar dia nampak bersiap akan pergi karena rupanya ada sesuatu yang mendesak harus dia urus di pondok pesantren.

Setelah berpamitan pada bibinya dia langsung pergi dengan mobilnya, tak butuh waktu lama karena memang jaraknya yang dekat, Andre telah sampai disana.

Dia langsung menemui para santri yang membutuhkan arahannya, setelah beberapa saat disana dan urusannya beres dia berniat kembali pulang, sambil berjalan menuju mobilnya sekilas dia melirik rumah Ummi yang tampak lebih ramai dari biasanya, beberapa orang nampak lalu lalang sibuk mempersiapkan acara pernikahannya besok.

Andre tersenyum sambil memikirkan jika besok dirinya akan menjadi seorang pengantin, mengingat itu rasa-rasanya dia sudah tak sabar lagi untuk menanti hari esok.

Namun tiba-tiba langkahnya terhenti karena melihat sebuah kendaraan yang dia kenali parkir di samping mobilnya. Dia segera berbalik arah bermaksud untuk sembunyi dari si pengendara mobil yang baru saja turun yang ternyata adalah seorang wanita cantik.

"Sampai kapan kak Andre akan sembunyi?" Siti secara kebetulan melihat apa yang terjadi, seperti kejadian sebelumnya dia tahu jika calon suaminya kembali akan bersembunyi dari wanita yang mencarinya.

Andre tentu saja kaget hingga terkesiap karena calon istrinya itu ada disana.

Belum dirinya menjawab pertanyaan Siti, wanita tadi memanggilnya.

Andre nampak gugup, dia berdiri di tengah-tengah antara Siti dan Lidya, rekan bisnisnya yang terus berjalan mendekatinya.

"Ah.. Akhirnya aku menemukanmu," ucap wanita itu dengan lega dan senang sambil melihat Andre.

"Kamu sudah sembuh kan? Kalau begitu cepat ikut aku kembali ke kota dan kita kembali kerja."

"Kamu tahu semua orang mencarimu, mereka ingin kamu kembali bergabung ke perusahaan dan menjalankan bisnis lagi karena kita ada proyek besar dan kita akan mendapatkan keuntungan yang sangat banyak," ucap Lidya dengan antusias.

"Maaf. Aku tidak bisa," jawab Andre cepat dan yakin.

Lidya mengerutkan keningnya.

Sementara Siti hanya memperhatikan keduanya.

"Tapi ini proyek besar, proyek yang sudah kita nanti-nantikan selama ini."

Andre menggelengkan kepalanya.

"Aku juga sedang ada proyek besar disini." Andre menunjuk ke seluruh penjuru pesantren.

Lidya memperhatikan sekelilingnya.

"Disini? Proyek apa?" Lidya tertawa karena merasa lucu.

"Calon suamiku sedang berbisnis dengan Allah, keuntungan yang akan diperolehnya tak terhingga dan tak terhitung dengan uang."

1
Imam Mutakin
Luar biasa
Marlina Prasasty
di tunggu kelanjutannya
Desi Hernawati
ko aki yg salting yak..wkwkw
Desi Hernawati
weh..d dunia nyata ada gk yg kaya gtu....😭
Ummi Warni Ani
ditunggu kelanjutannya ya Thor.smoga sehat selalu dan dapat lanjut menulis ceritanya.penasaean dgn operasi siti.dan apa yg akan terjadi dgn Anita & indira.pasti lagi² Indira malu
julia sorong
ternyata...
julia sorong
Luar biasa
Siti Ss
Lepas yg baik hati
Siti Ss
hatinya berbunga bahagia
Siti Ss
leha berhati berlian
Siti Ss
hmmmm/Smirk/
Siti Ss
/Facepalm/
Siti Ss: bibik..bibik.. /Facepalm/
total 1 replies
Siti Ss
manusia berhati batu
Siti Ss
Allahuakbar Alhamdulillah
Siti Ss
Allah bayar cash
Siti Ss
Allah Maha Adil
Siti Ss
aku geram dgn si misiya
Siti Ss
mesti ula si m
Nyonya Rai
see Lela msih boleh simpan aib mu Ammar...jika dri awal kau jujur akan kelemahanmu xkan terjdi bgini..Namun yaa ujian mu juga ujian lela sdh tertulia juga kmu memang tdk berjdoh dgn lela...maka insyaf laa beralik pd Allah
Siti Ss
untung saja dlm novel klau tidak pasti aku tinju2 si miesya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!