Fadel Arya Wisesa, salah satu pewaris grup Airlangga Wisesa bertemu lagi dengan gadis yang pernah dijodohkannya. Dia Kayana Catleya, salah satu cucu dari grup Artha Mahendra.
Gadis yang pernah menolak untuk dijodohkan dengannya.
Saat tau sahabat gadis itu menginginkannya, Fadel dengan terang terangan mengatakan kalo Kanaya adalah calon istrinya di acara ulang tahun sahabatnya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Runyam
"Oke, om," jawab Fadel setuju. Dia sulit menolak.
Okelah, hanya potong cale ultah saja, kan?
Milan memberi kode mata agar Fadel menolak.
"Milan, kamu juga bisa ikut," ucap Om Hendra pada anak relasinya juga
"Saya di sini aja, om. Biar ngga menganggu," tolak Milan halus.
"Sudah, ikut aja," ujar Fadel. Maksudnya biar cepat urusannya. Setelah itu dia mau menghampiri Kayana.
"Ngga apa. Ayo." Hendra merangkul keduanya.
Sambil berjalan Milan terus memberikan kode matanya dengan wajah frustasi. Tapi yang dikhawatirkan malah ngga peka.
Paramitha tersenyum senang melihat keberhasilan papanya membawa Fadel dan juga seorang lagi laki laki tampan. Seingatnya ada saat meeting dua hari yang lalu.
Harusnya dia ngga pernah menolak ajakan papanya untuk mengikuti acara acara pesta relasi papanya walaupun harus berdampingan dengan istri kedua papanya.
Tapi sejak papanya menikah lagi, dia sudah enggan. Hingga kehilangan momen bertemu dengan laki laki tajir berkualitas.
"Wow, apakah Mitha akan melaksanakan niatnya?" tanya Elen di antara kehebohan yang terjadi ketika melihat dua laki laki tampan di sandingkan dengan Paramitha.
"Si a lan, abang aku juga dibawa," bisik Chesna geram bercampur khawatir.
Jantung Kayana juga tambah deg degan.
"Minum dulu, Fadel." Karena Milan saat digeret sedang memegang gelas minumannya, Om Hendra mengambil dua gelas, untuk dirinya dengan Fadel. Yang sudah ditandai untuk Fadel tepatnya.
"Cheers, Fadel. Do'akan semoga anak om mendapatkan yang dia inginkan."
Kembali seruan seruan dari para tamu terdengar. Paramitha juga ikut mengangkat gelas bersama para tamu yang ada di sana.
Jantung Kayana makin berdetak cepat.
Jangan minum, larangnya dalan hati. Dia berusaha mendekat bersama ketiga temannya. Apalagi Chesna yang jadi makin cemas dengan nasib abangnya.
Fadel melihat gelengan kepala Kayana. Tapi suasana euforia yang tercipta, membuat Fadel merasa ngga enak dengan Om Hendra yang dilihatnya.sudah menghabiskan minumannya.
Fadel meneguk minumannya. Hanya seteguk, sepertiga dari tinggi minuman yang ada di gelas yang dia pegang.
"Bodoh, si Fadel," bisik Chesna geram.
Kayana makin ngga tenang. Apa efek minuman itu? Dia melihat om Hendra yang sudah menghabiskannya masih baik baik saja.
Kemudian acara potong cake berlangsung.
Paramitha memberikan potongan pertama pada papanya.
"Terimakasih, sayang."
"Sama sama papa."
Kemudian dia memotong cake lagi dan memberikannya pada Fadel.
"Fadel, om dengar kamu baru mau ditunangkan. Bagaimana kalo Mitha saja yang jadi kandidat tunangan kamu? Dia cantik, kan?" todongan Om Hendra membuat banyak seruan seruan heboh bermunculan.
Paramita masih menyodorkan cakenya di depan Fadel. Fadel tau, om Hendra memggunakan trik psikologis untuk memaksanya.
Melihat Fadel yang tetap diam, Om Hendra tertawa menutupi kekecewaannya.
"Oke, oke, om ngga maksa. Tapi bisa kah terima saja cakenya?"
Hendra tau, atas saran istri mudanya yang sudah disetujui Mitha, saat Fadel menerima cake dari tangan Mitha, akan banyak kilatan blitz. Sekarang saja sudah banyak yang merekam.
Mereka akan seperti pasangan kekasih. Mungkin putrinya akan nekad mencium Fadel untuk memanaskan gosip.
Kali ini dia terpaksa mempertaruhkan reputasinya demi menebus rasa bersalah pada putrinya karena pernah mengecewakannya.
Paramitha terus mendorong ke dekat Fadel membuat Fadel bergerak mundur. Milan juga ikutan mundur karena dia memperhatikan gerak Fadel jadi ngga terjadi tubrukan.
"Maksa banget, Mitha. Kasian, kan, Pak Fadel," cerca Imas kasian.
Kayana makin maju karena Chesna bantu mendorong punggungnya.
Dia cemas melihat Fadel mulai memegang kepalanya.
"Pusing?" tanya Milan. Dia melirik Om Hendra yang sudah didampingi istrinya.
Fadel mengangguk, sementara Paramitha terus mendekat. Tubuhnya mulai terasa panas yang aneh. Dia palingkan kepalanya ke arah lain karena belahan gaun bagian depan Paramitha terlalu ke bawah.
"Maaf, om. Saya sudah punya tunangan. Saya ngga bisa."
Milan yang melihat Fadel mulai aneh segera membantu menarik tubuhnya pelan.
"Pak Fadel, tolong jangan kecewakan saya," pinta Paramitha dengan agak memelas. Dia harus bisa menahan Fadel, obatnya sudah bereaksi.
Fadel menggeleng. Gila, padahal dia hanya minum sedikit, umpatnya dalam hati.
Dia berbalik dan menatap Kayana yang berusaha mendekat.
"Itu tunangan saya. Dia datang. Saya ngga bisa mengecewakannnya" ucap Fadel lantang.
Semua pasang mata tertuju pada sosok Kayana yang jadi mematung.
Kita mantan, kan?
Tapi dia ngga ada waktu untuk protes.
"Kay, serius, kamu tunangannya Pak Fadel?" tanya Ellen dan Imas bersamaan. Mimik kaget ngga bisa disembunyikan lagi.
Paramitha tertegun, tapi kemudian dia tertawa pelan.
"Ngga mungkin." Matanya menatap ngga percaya pada Fadel.
Om Hendra ngga bisa mengatakan apa apa. Dia jadi teringat, kalo keduanya didaulat jadi mainkon.
Ngga mungkin murni hubungan bisnis biasa. Seakan ada palu godam yang menghajar kepalanya membuatnya berdenyut denyut dan hampir pingsan.
Dia ngga menyangka akan membuat masalah juga dengan keluarga Artha Mahendra.
Karirnya bisa hancur.
Airlangga Wisesa keluarga pemaaf. Beda dengan Artha Mahendra, mereka pendendam!
"Papa, ini bohong, kan. Jangan biarkan Fadel pergi," seru Paramitha ketika Fadel akan melewatinya.
Om Hendra menatap Fadel dan Kayana bergantian.
Paramitha sudah meletakkan piring cakenya dan mencoba memeluk Fadel.
"Fadel, Kayana bukan gadis baik baik. Aku tau siapa dia." Paramitha mengeluarkan senjata pamungkasnya. Dia ngga akan melepaskan Fadel. Kayana ngga lebih baik darinya.
Dia pernah melihat Kayana di spa mahal dan mobil milyaran punya bosnya.
Suasana mulai terasa aneh akibat teriakan Paramitha. Alunan musik terhenti tiba tiba
Seruan seruan euforia berubah menjadi dengungan dan tatap meremehkan pada Kayana.
"Si alan. Kenapa dia jahat sekali," geram Chesna marah.
"Mulutnya ngga ada baik baiknya." Elen juga marah.
"Yang kuat, Kay. Kita ngga percaya dia," ucap Imas demgan tatapan menusuk ke arah Paramitha.
Dia memang bukan teman yang baik, batinnya ngga terima. Ini penghinaan untuk Kayana di tempat umum.
Sinar blitz mulai mengenai wajah Kayana yang berusaha menutupinya dengan lengannya. Chesna, Elen dan Imas juga berusaha melindungi Kayana yang tampak shock.
Milan dengan cepat maju menghalangi niat Paramitha untuk memeluk Fadel ketika situasi makin ngga terkendali.
"Tutup mulutmu!" bentak Fadel membuat Paramitha terhenyak.
Fadel memijat kepalanya yang makin pusing, karena minuman si alan itu juga mungkin ditambah dengan segunung emosinya.
"Dia simpanan, Fadel. Aku pernah melihatnya. Keluargamu akan malu menjadikan dia menantunya," seru Paramitha lebih lantang.
Wajah Fadel menegang.
"Kamu salah memilih lawan, nona," cibir Milan
"Lepas!" seru Paramitha ketika tangannya ditahan Milan. Tapi Milan ngga mengabulkannya.
Fadel melebarkan langkahnya ke arah Kayana yang sedang dilindungi teman temannya dari kilatan sinar blitz dan sorotan kamera dan video live.
Ketiga temannya langsung mundur ketika Fadel mendekat.
"Maaf," ucap Fadel sambil memeluk Kayana.
Agni : Boleh juga ntar malam aku mau coba 🤭😆