Hari dimana Santi merayakan ulang tahun pernikahannya yang ke 25, semuanya tampak berjalan dengan baik. Tapi itu hanyalah awal dari bencana besar yang akan dia hadapi. Tanpa diduga, hal yang tidak pernah disangka oleh Santi adalah, Dani suami yang selama ini dicintainya itu akan meminta cerai padanya, karena dia telah menjalin hubungan terlarang dengan seorang wanita berusia 20 tahun dibelakangnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La-Rayya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berlanjut
Dalam perjalanan pulang menuju apartemennya, Dani tak kuasa menahan diri untuk tidak memikirkan perbedaan yang terjadi pada Santi saat selama ini bersama dengannya dibandingkan sekarang saat Santi sudah berpisah dengannya. Pesona Santi juga terlihat begitu berbeda dengan Chloe. Atau mungkin Santi tetap sama, hanya saja karena Dani sudah tidak pernah menemuinya lagi.
Begitu Dani tiba di apartemennya, Clara langsung berlari ke pelukannya.
"Aku sangat merindukanmu, Dani," kata Clara. "Apa itu?" Tanya Clara lagi sambil melihat bungkusan di tangan Dani.
"Ini benar-benar indah," ujar Dani seraya mulai membuka bungkusan itu. "Ini lukisan Picasso. Bukankah ini luar biasa?" Tanya Dani.
"Kau membeli sebuah lukisan. Pasti harganya mahal sekali," seru Clara.
"Ya. Ini adalah lukisan pertama yang ku beli dan dan merupakan hal tidak penting yang aku lakukan dalam hidupku dengan penghasilan dari kontrak pertama pekerjaan yang aku tandatangani," jawab Dani.
"Lalu dari mana kau mengambil lukisan itu?" Tanya Clara sementara Dani masih melihat lukisannya.
"Aku mengambilnya dari rumahku. Aku pergi kesana untuk berbicara dengan Santi dan dia memberikannya kepadaku karena dia tidak menyukainya," jawab Dani.
"Kau pergi ke rumahmu?" Tanya Clara kesal.
Dani menatapnya dengan bingung. Dia tidak mengerti mengapa Clara jadi marah.
"Kenapa kau begitu marah?" Tanya Dani bingung.
"Rumahmu yang ini, bukan rumah milik mantan istrimu itu. Lagipula, aku tidak mengerti mengapa kau harus berbicara dengannya," teriak Clara kepada Dani semakin kesal.
"Ini tentang putri-putriku!" Kata Dani. "Santi masih ibu mereka, jadi sudah sewajarnya aku bicara padanya." Lanjut Dani.
"Yang benar saja? Anak-anakmu sudah dewasa. Mereka tidak butuh Santi untuk menyampaikan informasi apapun tentang diri mereka sendiri dan mereka bahkan tidak peduli padamu. Tidak bisakah kau lihat bahwa itu hanya alasan baginya untuk mendekatimu?" Teriak Clara.
"Itu tidak benar. Beberapa hari lagi Aleya akan berulang tahun dan dia sedang bertengkar dengan kekasihnya. Itulah sebabnya aku pergi untuk berbicara dengan Santi," kata Dani.
"Baiklah, lakukan saja apa pun yang kau mau," teriak Clara, sangat kesal.
"Clara, kumohon jangan seperti ini," kata Dani mencoba membujuknya.
Dani berdiri menatap pintu lift. Clara telah keluar melalui pintu itu tanpa memberinya kesempatan untuk menjelaskan apa pun.
Sore itu, Dani pergi ke kantor. Dia tak menyangka bahwa Clara masih saja cemburu pada Santi. Satria tak kuasa menahan tawa ketika Dani menceritakan apa yang telah terjadi padanya.
...****************...
Aleya bekerja tanpa lelah minggu berikutnya bersama Bos nya, Aldi Yunanda. Dia selalu dalam suasana hati yang baik, dan selalu optimis. Aldi Yunanda adalah bos yang luar biasa, tapi dia juga adalah seorang guru yang terbaik bagi Aleya. Dia tidak hanya memuji ide-ide Aleya, tetapi juga mendorong Aleya untuk menulis naskahnya sendiri minggu lalu.
Aldi membaca naskah hasil buatan Aleya, dia tampak sangat serius dan fokus. Aleya meliriknya, khawatir jika naskahnya akan dinilai buruk oleh bosnya.
"Jika naskah itu buruk, jangan merasa bersalah untuk memberitahu saya kekurangannya Pak," kata Aleya.
Tanpa mengalihkan pandangannya dari kertas, Aldi menjawab, "Aku tidak akan melakukannya."
Dari sudut matanya, Aldi mengamati ekspresi Aleya. Dia merasa iba melihat gadis didepannya itu begitu khawatir, tetapi di saat yang sama, dia merasa itu lucu.
Kemudian dia mendongak, dan Aleya bisa merasakan jantungnya berdetak kencang. Dia menahan napas selama beberapa detik. Saat penilaian tentang naskahnya telah tiba.
"Biar kuberitahu, Aleya. Aku sangat menyesal tidak memberimu kesempatan ini sebelumnya. Ini sensasional, aku menyukainya!" Seru Aldi.
"Apa Bapak serius?" Ucap Aleya tak percaya dengan apa yang didengarnya.
"Tentu saja, namamu akan muncul di bagian kredit episode ini. Teruskan!" Jawab Aldi tersenyum.
...----------------...
Malam itu, Aleya menelepon mamanya. Teriakan kebahagiaan Santi sama kerasnya, bahkan mungkin lebih keras, daripada teriakan Aleya.
Sungguh indah melihat putrinya meraih mimpinya. Tidak ada yang lebih indah daripada melihat seorang anak mengembangkan sayapnya dan terbang tinggi sesuai dengan keinginannya.
...****************...
Seperti yang sudah dijanjikan Dani pada Santi, dia pergi ke Jakarta untuk melihat apartemen yang akan diberikan untuk Aleya. Dia benar-benar memilih apartemen yang paling cocok untuk putrinya.
Santi terkejut menerima telepon dari Dani suatu malam saat dia tengah makan malam bersama Julia, Sarah dan Marina.
"Aku akan menandatangani kontrak pembelian apartemennya besok," ungkap Dani.
"Baguslah, kalau begitu semuanya baik-baik saja. Aku sudah bicara dengan Aleya, dia sangat senang. Aku belum bercerita padanya soal apartemen itu," jawab Santi.
Dani tak kuasa menahan senyum. Kebahagiaan yang terdengar dari suara Santi menular padanya. Dia sudah bisa membayangkan Santi dengan senyum lebar dan mata berbinar penuh kegembiraan. Dia tak kuasa menahan rasa nostalgia untuk masa-masa indah itu.
"Aku tidak akan melewatkan episode dengan naskah buatan putri kita itu dengan alasan apa pun," jawab Dani.
"Aku juga. Aku sudah bicara dengan Aleya dan Amanda dan mereka berdua akan pulang. Amanda akan pulang pada Jumat malam dan Aleya pada hari Sabtu. Karena pada malam jumat itu, dia mengadakan pesta bersama semua kru untuk merayakan akhir syuting mereka. Aku juga berpikir untuk mengundang orang tuamu makan siang dengan cucu-cucu mereka pada hari Minggu. Aku bicara panjang lebar hanya sekedar untuk memberi tahumu, siapa tau kau ingin datang." Ujar Santi.
"Tentu saja aku akan datang." Kata Dani.
...****************...
Itu adalah hari terakhir syuting, menit-menit terakhir pengambilan gambar, dan kamera akhirnya dimatikan.
Tepuk tangan terdengar sepanjang pertunjukan.
"Baiklah, aku akan menunggu kalian semua malam ini. Bos yang traktir," seru Aldi.
Aleya memeriksa pakaiannya, memilih apa yang akan dikenakannya. Dia memutuskan gaya rambut dengan kuncir kuda tinggi, memakai sedikit perona pipi, dan meninggalkan kamarnya. Dia memasuki lift dan tepat saat pintu akan tertutup, sebuah tangan menghalanginya.
"Maaf, saya tidak melihat Bapak," kata Aleya.
"Bukan salahmu, aku teralihkan oleh panggilan telepon," jawab Aldi.
Ketika menatap Aleya, untuk pertama kalinya Aldi menyadari bahwa Aleya benar-benar gadis yang cantik.
Saat dia menatapnya lebih dekat, dia merasa gadis didepannya itu mengingatkannya pada seseorang, tapi siapa? Dia menatap sepatu Aleya dan terus menatap ke atas, menyentuh pinggulnya, pinggangnya, dan juga pundaknya.
'Dimana aku pernah melihat wanita yang mirip dengannya?' pikir Aldi lalu ia melihat Aleya tersenyum sambil menatap ponselnya, dan hal itu membuat Aldi teringat, lalu dia mulai tertawa.
Aleya memandangnya.
"Apa ada yang salah Pak?" Tanya Aleya bingung.
"Aku pikir aku sedang mengalami deja vu," kata Aldi.
Aleya tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan Aldi. Jadi Aldi menjelaskan apa yang telah terjadi padanya waktu itu dengan seorang wanita yang terlihat mirip sekali dengan Aleya.
"Ya Tuhan, memalukan sekali. Jadi wanita itu menyalahkan Bapak," kata Aleya.
"Benar sekali, wanita yang gila. Percayalah, yang kurang di lift ini sekarang hanyalah si pria cabul. Jika adegan itu dijadikan serial, aku akan memenggal kepala wanita gila itu dalam satu episode serialku. Aku bahkan akan meminta bagian wardrobe untuk menyiapkan pakaian yang mirip denganmu untuk dikenakan padanya. Kurasa itu sebabnya kau mengingatkanku padanya." Ujar Aldi.
"Itu cara yang menarik untuk membalas dendam," kata Aleya saat mereka berjalan menuju ruang pesta.
Aldi hanya tersenyum.
Setibanya di ruang pesta, Aldi mengambil dua gelas minuman dan menyerahkan satu kepada Aleya.
Bersambung...
🖕(dani aki2🤮clara cabe2an)