Zhefinca yang dua tahun telah menikah dengan Giovano, ia hanya bertemu satu kali saat pernikahan, dan setelah itu keduanya hidup dengan masing-masing namun status tetap menjadi suami istri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yayalifeupdate, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sikap Tenang Zhefinca
Hari-hari Zhefinca terlihat begitu berbeda,ia sangat bahagia dengan hidup barunya bersama Giovano, sementara Rosa justru sebaliknya. Rosa begitu cemas karena selama satu minggu ini Giovano tidak mencarinya, bahkan pesan yang dikirimkan olehnya tidak kunjung dibalas.
“Kemana Gio, apa yang sebenarnya dia lakukan” batin Rosa.
Hari ini media tengah dihebohkan oleh berita tentang film baru yang dibuat berdasarkan novel karya Ariel.
Rosa memperhatikan berita tersebut, hingga ketika media menyoroti sosok Ariel yang selama ini menutupi jati dirinya, ia begitu terkejut karena Ariel yang begitu ia kagumi adalah Zhefinca, istri dari Giovano.
“Kamu kenapa sayang?” tanya Lukas.
“A-ariel”
“Iya, penulis yang kamu banggakan. Kenapa?”
“T-ternyata dia istri Gio”
Lukas masih tidak mengerti, dia menatap layar televisi yang ada di hadapannya. Tidak ada yang aneh menurutnya, hingga Rosa menceritakan tentang Gio dan Zhefinca, termasuk sosok Ariel selama ini.
“Lalu dimana masalahnya? Gio tidak menyukai wanita mandiri. Ariel bukan ancaman sayang” ucap Lukas.
“Ini bukan tentang ancamannya, tapi aku gak suka kalau Ariel itu ternyata Zhefinca.”
Rosa tidak menyukainya, karena Zhefinca begitu cantik dengan perubahannya saat ini, ia hawatir jika Giovano akan terpikat dengan kecantikan Zhefinca.
“Kenapa kamu hawatir? Kamu ada perasaan dengan Gio?” tanya Lukas dengan tatapan tajamnya.
“Lukas! Buka pikiran kamu, kalau sampai Gio tertarik dengan Ariel, lalu gimana caranya aku mendapatkan uangnya! Sedangkan kamu selalu memaksaku mendapatkan uang Gio!” bentak Rosa
Lukas hanya diam, dia menyadari jika selama ini ia terlalu memeras Giovanno dengan menggunakan Rosa. Dan dengan kegilaan Giovano, Lukas juga sedikit hawatir tentang keselamatan Rosa dan bayi yang ada di kandungannya.
.
.
Zhefinca telah selesai melakukan pre rilis film tersebut, ia segera meningalkan tempat itu dan menjauh dari keramaian.
Dalam sebuah kafe, Zhefinca mulai menulis, melanjutkan bab yang tertunda beberapa hari karena kesibukannya. Kata demi kata ia rangkai menjadi sebuah kalimat, kejadian demi kejadian. Semua Zhefinca tuangkan dalam tulisannya, yang akan segera ia rilis sebagai karya fiksi ketiganya.
Ting! Ponsel Zhefinca berdering.
“Zhefinca, bisa bertemu?” – Sanaya
“Bisa Bu” – Zhefinca
Tidak lama dari ia membalas pesan Sanaya, dilayar ponsel milik Zhefinca muncul panggilan dari orang yang begitu dekat dengannya, beberapa hari ini.
“Iya?” – Zhefinca
“Lagi dimana?” – Gio
“Di kafe, di mall yang dekat kantor kamu” – Zhefinca
“Aku kesana” – Gio
“Iya” – Zhefinca
Tut! Panggilan di tutup oleh Zhefinca, kemudian ia kembali fokus dengan pesan yang dikirim oleh Sanaya.
“Kenapa Bu Sanaya tiba-tiba minta bertemu” Batin Zhefinca
“Kamu dimana Zhe?” – Sanaya
“Di kafe Bu, dekat store buku” – Zhefinca
Setelah membalas pesan Sanaya, Zhefinca kembali disibukkan dengan beberapa revisi yang ada di tangannya hingga Giovano tiba-tiba duduk di sampingnya.
“Sibuk?” tanya Gio.
“Udah gak. Ada apa?”
“Gak ada, memangnya ketemu istri sendiri harus ada alasannya?”
Zhefinca hanya tersenyum tipis, kemudian menatap Giovano sekalias.
“Aku mau bertemu tunangan Pak Kevin” Ucap Zhefinca
“Kapan?”
“Ini lagi nungguin Bu Sanaya”
“Kerjaan?”
“Gak tahu, tiba-tiba minta ketemu. Padahal sebelumnya dia di luar negeri”
Giovano hanya mengangguk pelan, namun pikirannya tidak bisa tenang. Dia merasa jika kedatangan Sanaya akan mengancam istrinya.
“Aku tunggu di kursi samping” ucap Giovano lalu berpindah tempat.
Tidak lama Sanaya datang, ia duduk di hadapan Zhefinca yang sedang sibuk dengan naskahnya.
“Bu Sanaya” Sapa Zhefinca dengan sopan.
Namun Sanaya tidak merespon, ia justru memasang wajah yang terlihat sedang marah, bahkan ia menarik kursinya dengan kasar.
“Ada hubungan apa kamu sama Kevin?”
Deg!
Zhefinca mengangkat alis, kemudian ia tersenyum tipis. Senyum yang begitu dibenci oleh Sanaya saat ini.
“Bu Sanaya menuduh saya?”
“Kamu tinggal jawab Zhe!”
“Saya tidak ada—”
“Bohong!” Sanaya memotong dengan cepat.
“Kalau menurut Ibu saya berbohong, terserah”
“Kamu bahkan tidak menyangkal, berarti kamu memang sengaja datang untuk merusak hubungan saya!”
“Lucu sekali, Pak Kevin yang muak dengan Ibu, kenapa saya yang disalahkan?”
“Muak? Kamu pikir saya bodoh. Kevin tidak akan seperti ini kalau kamu tidak ada diantara kami”
“Bisa di buktikan, tuduhannya?”
Sanaya mengeluarkan beberapa foto Zhefinca yang ada di ponsel Kevin, foto yang diambil Kevin diam-diam ketika Zhefinca sedang beraktifitas.
“Bu Sanaya masih bisa melihat detail kan? Foto itu candid, dan semua foto itu bertepatan dengan kegiatan saya pribadi, harusnya Bu Sanaya bertanya ke Pak Kevin, untuk apa beliau datang diacara saya? Bukankah beliau hanya bertugas memasarkan karya-karya saya?”
“Zhefinca! aku pikir kamu wanita baik-baik”
“Hahaha, kalau saya bukan wanita baik-baik, lalu seperti apa wanita baik-baik itu? Yang liburan bersama pria lain hanya karena kesepian?”
Deg!
Sanaya mematung, pipinya terasa panas mendengar ocehan Zhefinca yang ternyata begitu berani. Sedangkan Giovano hanya tersenyum tipis, karena bangga jika Zhefinca tidak sepolos yang ia bayangkan.
“Sudahlah Bu, disini yang bersalah bukan hanya Pak Kevin yang terang-terangan mengejar saya, tapi Ibu jauh lebih dulu memulainya. Jadi berhenti menyalahkan orang lain atas keretakan hubungan kalian”
Sanaya tidak menjawab, ia meninggalkan meja Zhefinca begitu saja dengan amarah yang terpendam di dalam lubuk hatinya.
Giovano kembali dudukdi sebelah Zhefinca yang duduk dengan tenang dan anggun, tangannya menyentuh paha istrinya dan sedikit meremasnya.
“Wanita yang hebat” puji Giovano.
“Aku lelah berdebat, aku mau pulang”
“Iya, aku antar”
“No! tidak hanya mengantar”
“Kamu mau apa sayang?”
“Aku mau kamu”
Senyum smirk Giovano begitu membuat Zhefinca panas dingin, ia segera menarik lengan Giovano dan mereka kembali kerumahnya.
.
.
Di apartemennya, Sanaya dan Kevin sedang bertengkar hebat,bahkan Sanaya memeriksa barang-barang Zhefinca namun nihil, ia tidak menemukannya satu pun.
“Dimana kamu sembunyikan Kevin?” tanya Sanaya.
“Kamu membaca semua pesanku dengan Zhefinca kan? Tidak ada yang aku hapus, dan kamu masih bisa menyalahkan dia atas hubungan kita?”
“Kalau gak ada dia, kamu gak akan jatuh cinta sama dia!” triak Sanaya.
“Aku mencintai kepribadian Zhefinca karena dia sosok wanita yang tenang, bukan seperti kamu”
“A-apa”
“Kita sudah selesai, dan siapapun yang akan menjadi pasanganku, jangan coba mengusiknya atau aku akan kehilangan kesabaranku.”
“Kevin! Kamu lebih memilih dia dari pada aku?”
“Ya! Sekarang keluar dari apartemenku”
“Gak, kita sudah bertunangan Kevin. Aku gak mau ini semua berakhir”
“Terserah kamu Sanaya, aku sudah lelah menghadapi kamu, tolong keluar dari sini”
“Gak, aku gak akan keluar” ucap Sanaya yang justru duduk di pinggir tempat tidur.
Kevin menghampiri Sanaya lalu menariknya dengan paksa, lalu mendorongnya keluar hingga Sanaya tersungkur. Kemudian Kevin menutup pintu apartemennya, dan menenangkan dirinya di dalam sana.