Dinda ayu pratista adalah seorang gadis cantik,yang harus menelan kekecewaan saat tahu jika dirinya sedang berbadan dua.
Hidupnya berubah setelah laki-laki yang menjadi temannya, tanpa sadar merenggut kesuciannya.
Saat mengetahui jika temannya itu akan menikah,dinda pun memutuskan untuk pergi menjauh dari kehidupannya sekarang.
Dia pun berharap dapat melupakan kejadian malam itu dan memulai hidup baru.
Kini dinda pun di karuniai seorang putra tampan yang memiliki wajah sama persis dengan teman laki-lakinya itu.
Sampai di suatu saat,takdir pun mempertemukan mereka kembali dengan keadaan yang sedikit berbeda.
Akankah dinda jujur pada temannya itu, jika sudah dia memiliki anak darinya?
Dan apakah dinda akan memberitahu putranya,jika temannya itu adalah ayah biologisnya?
Ikuti kisah selanjutnya sampai selesai!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAMM 31
Dinda pun, mengikuti arah pandang gevano. seketika dinda tersenyum tipis, melihat raffael melambaikan tangan, dan tersenyum kepadanya.
"Ciyeee... " Inces yang berada di samping dinda, tidak melewatkan momen itu untuk, menggoda dinda.
"Apa sih, inces?" sahut dinda, malu.
Inces tertawa lepas, melihat dinda yang salah tingkah. begitu pula dengan raffael, yang tak melepaskan tatapannya dari dinda.
"Hai jagoan, papah. Hari ini, kamu sudah boleh pulang?" tanya raffael, yang baru saja turun dari mobil, dan menghampiri gevano.
Gevano mengangguk dan tersenyum. "Vano boleh pulang, pah. Kalena kata doktel, keadaan Vano sudah baik."
Raffael pun tersenyum senang, mendengar kabar keadaan gevano saat ini. dia pun meminta inces, untuk memberikan gevano, agar dia yang menggendongnya.
"Din, bagaimana kabar mu?" Raffael yang sedang menggendong gevano pun, menatap lekat wajah cantik dinda.
Dinda pun menatap raffael, dan tersenyum. "Aku baik, raf. Kenapa kamu tidak memberitahu ku, jika kamu akan secepat ini kembali ke sini?" tanyanya heran.
"Apa, kamu merindukan ku, din?" Alih-alih menjawab pertanyaan dinda, raffael malah balik bertanya dan menggodanya.
Wajah dinda seketika memerah, mendengar pertanyaan raffael. Apalagi sekarang di hadapan mereka, ada gevano dan inces yang sama-sama ikut menertawakannya.
Dinda tidak menjawab pertanyaan raffael, memilih segera naik ke mobil.
Raffael yang tersenyum pun mengikuti dinda, yang berjalan duluan. di saat dinda akan membuka pintu belakang, tiba-tiba saja raffael menghentikannya.
"Kamu duduk di depan, din." titah raffael, tidak ingin di bantah.
Dinda yang tidak mengerti pun, mengernyitkan dahi. " Memangnya kenapa, raf? Aku duduk di belakang saja bersama, Vano. Biar inces saja, yang duduk di depan."
"Sudahlah din, kamu duduk di depan saja. Biar Vano, sama eike, ok." sela inces, santai.
Dinda kembali terdiam, melihat semua orang mendukungnya untuk di depan. maka dengan terpaksa, dinda pun duduk di depan.
Gevano dan inces saling tatap dan tersenyum, saat melihat dinda duduk di kursi depan bersama raffael.
Raffael tersenyum senang, melihat dinda yang akhirnya duduk di depan bersamanya. dia pun mendudukkan gevano di kursi belakang, bersama dengan inces.
"Tolong, jaga Vano." ujar raffael tegas
"Sip, lah!" seru inces tersenyum.
Raffael tersenyum dan menutup pintunya, dengan pelan. setelah itu, dia pun segera berjalan menuju ke kursi pengemudi.
Dia pun segera menyalakan mobil, dan melajukan nya dengan kecepatan sedang.
"Pah, om loy mana? Kenapa tidak ikut, belsama papah?" tanya gevano, di sela perjalanannya.
Raffael pun melirik gevano, melalui kaca spion tengah. "Om roy, sedang menggantikan papah untuk meeting, dengan klien. Maka dari itu, om roy tidak bisa ikut ke sini." jawabnya tersenyum.
Gevano pun menganggukkan kepala, meskipun tidak mengerti dengan apa yang, di katakan raffael.
"Sekarang kita pulang kemana, din?" Kini giliran raffael bertanya pada dinda yang hanya terdiam.
Dinda pun terlihat mengernyitkan dahi, saat mendengar pertanyaan raffael. "Maksud kamu apa, raf? Ya kita pulang ke kosan aku."
Raffael mengangguk pelan. "Ya siapa tahu, kalian berdua mau ikut bersama ku, ke penginapan kami." ujarnya memberitahu.
"Memangnya boleh, pah?" Gevano yang berada di belakang pun, dengan cepat menyela ucapan raffael.
Raffael tersenyum. "Ya boleh, Vano. Kan, Vano anaknya papah. Papah akan senang, kalau kamu dan mamah kamu tinggal, bersama papah." sahutnya senang.
"Tidak! Sekarang, kita pulang ke kosan ku, saja." sela dinda yang tidak setuju.
Sebab dinda tahu jika saat ini mereka tidak bisa tinggal bersama, karena dirinya dan raffael belum sah menjadi suami istri.
Terlihat kekecewaan pada wajah raffael, ketika mendengar perkataan dinda. namun dia juga sadar, jika memang hubungan mereka terhalang oleh status mereka, yang belum sah, baik di mata agama maupun hukum.
Dinda merasa tidak enak hati, saat melihat perubahan raut wajah raffael. namun apa boleh buat, apa yang dia lakukannya untuk kebaikan semuanya.
Sebab dirinya tidak ingin mendapatkan kabar miring, dari orang-orang tentang dirinya dan raffael.
"Kenapa tidak boleh, mah? Vano kan anaknya, papah!" Vano yang tidak terima pun, melayangkan protes pada dinda.
Dinda menghela nafas, merasa bingung harus menjelaskan apa pada gevano, yang belum mengerti dengan keadaan ini.
"Vano, maksud mamah kamu tuh gini..." sahut inces menatap gevano, yang terlihat kesal. "Mamah kamu tidak boleh, tinggal sama papah raffael, sebelum mereka berdua menikah. Jadi untuk sementara, mamah dan papah kamu, tinggal terpisah dulu." sambungnya lagi.
Gevano terdiam, mencerna semua perkataan inces. namun sayang, gevano tidak mengerti dengan apa yang di maksudkan, oleh inces.
"Ya, udah sekalang mamah sama papah, menikah saja. Bial kita bisa tinggal, belsama-sama." celetuk gevano, apa adanya.
Inces pun terlihat memijat pelipisnya, kini dia pun ikut bingung harus menjelaskan seperti apalagi, pada gevano.
"Vano... kamu jangan memikirkan hal itu lagi. Jika Vano ingin, tinggal bersama papah di penginapan, ya tinggal saja. Asal mamah mengizinkan, kamu." Raffael mengalihkan pembicaraan di antara mereka, yang terdengar rumit.
Dia pun memilih mengajak gevano, untuk tinggal bersamanya di penginapan itu, jika dinda mengizinkan.
"Yang, benal pah? Kalau begitu, Vano mau tinggal sama papah." serunya senang.
Raffael pun ikut tersenyum, mendengar gevano yang sangat bahagia.
Kini tatapan gevano pun, beralih pada dinda yang masih terdiam. "Mah, aku boleh tinggal sama papah, kan?" tanyanya penuh harap.
Dinda menghela nafas pelan, kemudian tidak lama pun dia menganggukkan kepalanya. "Boleh." jawabnya singkat.
"Holeee...! Mamah izinin aku...! Telima kasih, mamah." seru Vano, bahagia.
Dinda tersenyum, melihat gevano yang sangat senang. dia mengizinkannya, sebab bagaimana pun juga, raffael adalah orang tuanya.
Dinda tidak akan lagi, menjauhkan mereka berdua, karena dia tidak ingin melihat gevano sedih lagi.
Semua orang yang berada di dalam mobil pun, ikut tersenyum. Saat, melihat gevano yang begitu bahagia.
Raffael melirik pada dinda. "Terima kasih, din. Aku janji, akan menjaga Vano, dengan baik." ucapnya pelan.
Dinda pun menatap raffael, dan mengangguk pelan. dirinya juga ikut senang, melihat raffael yang tampak bahagia karena bisa tinggal, dengan gevano.
Tak berselang lama, mobil raffael pun sampai di penginapan tempatnya dan roy tinggal.
Mereka pun segera turun, di sebuah penginapan yang terlihat besar dan bagus.
"Wah... ini tempat tinggal papah! Besal sekali, pah!" Gevano yang baru saja turun, berseru dengan sangat heboh.
"Benar Vano. Sangat beda, sama kosan om inces, ya." Inces yang merasa kagum pun, ikut menimpali.
"Iya benal, om inces. Sekalang kita masuk yuk! " ajak gevano yang sudah tidak sabar, ingin masuk ke dalam penginapan.
Raffael dan dinda sama-sama tersenyum, melihat sikap gevano dan inces. sebelum mereka masuk, tiba-tiba saja roy menghampiri mereka dengan seseorang.
"Wah, kamu sudah pulang, vano?" tanya roy, menatap gevano.
Gevano pun tersenyum. "Udah dong, om loy. Telus, kenapa om loy enggak, ikut ke lumah sakit?"
Roy tersenyum. "Om Roy, banyak kerjaan. Jadi enggak bisa ikut." jawabnya santai.
Kini tatapan Roy pun beralih pada raffael. "Raf, klien kita mau ketemu sama, lo. Dan sekarang, dia ikut sama gue ke sini."
Roy pun mempersilahkan seseorang, yang ikut bersamanya untuk bertemu dengan raffael.
"Kamu." pekik raffael, saat melihat orang yang bersama Roy adalah kaivan.