Ini hanya cerita fiksi belaka.
Demi mendapatkan harta kekayaan, Bisma rela melakukan jalan pintas. Dia berkata kepada istrinya akan pergi untuk merantau ke kota, dia akan mengadu nasib di kota.
Namun, ternyata Bisma pergi menuju gunung larangan. Hal itu dia lakukan untuk mencari kekayaan, agar hidupnya tak lagi dalam kemiskinan dan jadi hinaaan.
Akankah dia bahagia dengan kekayaan yang dia capai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Beberapa saat sebelumnya.
Shela baru saja selesai mandi, dia ingin keluar untuk memakai bajunya yang tadi malam Bisma lemparkan secara asal. Namun, ketika dia baru keluar dari dalam kamar mandi, dia mendengar perdebatan Bisma dan juga istrinya di luar ruangan itu.
"Astaga! Aku harus cepat bersembunyi," ujar Shela.
Dengan cepat Shela mengambil bajunya yang berantakan, lalu dia bersembunyi di balik sofa yang tidak jauh dari jendela. Walaupun inti tubuhnya masih terasa begitu sakit, tetapi dia mengabaikan rasa itu.
Karena saat ini yang terpenting bagi dirinya, dia tidak boleh bertemu dengan istri dari pria yang sudah menjadi selingkuhannya itu. Pria yang tadi malam sudah mengambil mahkotanya.
Sesuai dengan dugaannya, tidak lama kemudian Bisma dan juga istrinya masuk ke dalam ruangan itu, Shela juga bisa mendengar kecurigaan dari istrinya dari apa yang dikatakan dan dipertanyakan.
Shela bahkan sempat merasakan ketakutan, dia takut akan ditemukan keberadaannya oleh Surti. Bisa mati dia, uang untuk berobat ibunya tidak dapat, tetapi yang ada dia malah bonyok karena ketahuan mau menjadi selingkuhan dari Bisma.
Namun, ketakutannya itu berangsur hilang ketika dia mendengar Bisma dan juga Surti memutuskan untuk keluar dari dalam ruangan tersebut.
"Fyuh! Hampir aja ketahuan, aku harus bagaimana?" tanya Shela kebingungan.
Wanita muda itu dengan cepat memakai bajunya, lalu dia terlihat pergi dari dalam kamar itu. Dia mengedarkan pandangannya dan mencari tempat persembunyian yang aman.
Tidak lama kemudian dia melihat ada lemari kosong yang tidak jauh dari sofa, pada akhirnya Shela masuk ke dalam lemari itu. Karena jika dia tetap berada di dalam ruangan Bisma, dia takut akan ketahuan.
"Maafkan aku, Tuhan! Ini demi ibu dan juga adikku," ujar Shela.
Saat Shela masuk ke dalam lemari itu, dia seakan masuk ke alam lain. Dia tidak lagi mendengar suara manusia, dia tidak lagi mendengar suara riuh dari lantai bawah.
Dia hanya merasakan kesunyian, bahkan tidak lama kemudian dia merasakan ada angin yang berhembus dengan begitu kencang.
Angin yang mampu menerbangkan dirinya ke suatu tempat yang entah di mana, tempat yang teras begitu asri, indah dan terdengar gemericik air yang membuat hatinya tiba-tiba saja merasa gelisah.
"Di mana ini?" ujar Shela penuh rasa takut.
Wanita itu mencoba untuk menggerakkan tubuhnya, dia bahkan berusaha untuk berlari dari tempat itu. Sayangnya, semakin dia berusaha untuk berlari dengan kencang, dia merasa semakin pergi jauh dari kehidupan yang biasa dia lalui.
"Ya Tuhan! Di mana ini?" tanya Shela lagi.
Wanita itu memejamkan matanya dengan kuat, dia bahkan berdoa di dalam hatinya agar dia mendapatkan perlindungan. Hingga tidak lama kemudian dia mendengar ada yang datang. Shela merasakan jantungnya berdebar dengan begitu kencang, sungguh saat ini dia merasakan ketakutan yang luar biasa.
"Siapa itu? Apakah mungkin itu adalah penghuni di resto ini?" tanya Shela tanpa berani membuka matanya.
Wanita itu benar-benar tidak berani membuka matanya, badannya dipenuhi dengan keringat dingin karena merasakan ketakutan yang luar biasa. Hingga tidak lama kemudian dia merasa lebih tenang, karena mendengar suara Bisma.
"Shela, kamu di mana?"
Wanita itu dengan cepat membuka matanya, dia bahkan mengusap wajahnya yang penuh dengan keringat dingin. Suasana yang tadi dirasa begitu mengerikan sudah tidak ada.
"Tuan! Aku di sini," jawab Shela seraya berusaha untuk keluar dari dalam lemari besar tersebut.
Bisma yang melihat keberadaan Shela langsung menghampiri wanita itu, dia menuntun Shela agar segera masuk kembali ke dalam ruangannya.
"Duduklah!" ujar Bisma.
"Ya, Tuan." Shela menganggukkan kepalanya.
"Makanlah! Kamu pasti lapar," ujar Bisma.
Ternyata pria itu menyiapkan satu porsi makanan untuk dirinya, Shela yang memang sangat lapar langsung memakan makanan tersebut. Rasa takut yang tadi dia rasakan kini hilang dalam seketika.
"Makannya pelan-pelan saja, setelah makan kamu jangan turun. Nanti malam aku akan mengantarkan kamu ke apartemen baru kamu, untuk ibu kamu, aku sudah meminta orang untuk membawanya ke rumah sakit dan supaya diberikan perawatan yang terbaik."
"Benarkah?" tanya Shela dengan kaget.
Ya, setelah kepergian Surti, dia menanyakan tentang tempat tinggal Shela dan tentang keadaan dari ibunda Shela kepada teman dari Shela.
Setelah mengetahui di mana rumah Shela, Bisma meminta tolong kepada security untuk mencari orang yang mampu mengurus ibunda Shela dan menempatkan wanita itu di rumah sakit dengan perawatan yang terbaik.
Security yang berjaga di sana tentunya langsung menyanggupi, dia meminta istrinya untuk melakukan hal yang diminta oleh Bisma. Tentunya Bisma memberikan uang untuk istri dari security tersebut sebagai upah yang tidak sedikit.
"Benar, untuk apartemen juga sudah aku beli. Nanti malam kamu sudah bisa menempati apartemen itu," jawab Bisma.
Ada rasa senang karena ternyata Ibunya sudah mendapatkan perawatan yang terbaik, tetapi ada rasa sedih karena ternyata dia tidak bisa langsung menengok ibunya.
Shela malah harus langsung pergi ke apartemen, itu artinya Bisma ingin meminta dirinya untuk melayani pria itu kembali.
"Ehm! Tuan, terima kasih karena anda sudah menepati janji anda. Tapi, bisakah kalau nanti malam aku pergi ke rumah sakit terlebih dahulu?" tanya Shela.
Bisma terdiam sebentar, tidak lama kemudian pria itu nampak menganggukkan kepalanya.
"Boleh, nanti malam aku akan mengantarkan kamu ke rumah sakit. Besok, setelah pulang bekerja langsung datang ke apartemen. Karena aku menginginkan kamu," ujar Bisma.
"I--iya, Tuan," ujar Shela gugup. Karena ternyata dugaannya sangat benar, Bisma menginginkan dirinya kembali.
Sebenarnya Bisma bukan hanya ingin menggauli wanita itu karena napsu semata, tetapi Bisma memang sengaja ingin menggauli wanita itu agar cepat hamil.
Setelah itu, Bisma akan menyerahkan wanita itu kepada Kanjeng Ratu. Dia tidak ingin lagi main api, dia takut jika Surti tidak akan memaafkan dirinya.
"Pandai, kamu cepatlah makan. Setelah itu kamu harus beristirahat," ujar Bisma.
"Iya," jawab Shela patuh.