Ditinggal Sang kekasih begitu saja, membuat Fajar Rahardian Lee Wijaya pergi ke sebuah kota kecil untuk menenangkan diri dari rasa kecewa,terluka dan tentunya malu pada keluarga besar yang sudah melakukan segala persiapan pernikahannya.
Tapi tak di sangka, disana ia malah bertemu dengan seorang wanita yang membuat ia lupa niatnya untuk datang. Alih alih ingin tenang, Fajar justru kembali pulang membawa seorang Janda perawan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenengsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part # 31
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Bukan keturunan Rahardian jika tak tampan dan cantik, itulah yang kini terpantul di cermin besar ruang ganti kamar Si tengah. Tubuh tinggi bersih terpampang jelas seolah tak ada yang cacat dalam diri pria tersebut.
"Semoga--, semoga apa yang ku niatkan berjalan lancar," ucapnya yang masih berusaha menetralkan detak jantung yang serasa ingin keluar dari dalam tubuhnya itu.
Ini bukan yang pertama, karna beberapa bulan lalu ia pernah melakukannya, tapi entah kenapa rasanya berbeda, sangat jauh berbeda.
Hati yang berdebar hebat seolah pertanda jika cinta itu benar sudah ada dan bersemi dengan indah dan suburnya.
43 hari sudah, semua berjalan tak seindah yang orang bayangkan dan orang lain lihat, begitu banyak rasa sabar yang keduanya lewati, Shena yang berjuang untuk sembuh terus di dampingi oleh Fajar yang tak pernah mengeluh.
Ceklek
Fajar keluar kamarnya langsung menuju arah tangga untuk turun ke lantai bawah, ia yang sudah izin pergi tak perlu mencari Bubun, ayah dan yang lainnya juga.
Tapi, ia malah bertemu dengan Lintang yang entah dari mana karna rumah yang mereka tinggali secara bersama sejak bayi sangat luas, sangat sulit rasanya jika harus menebak.
"Aa jadi mau ke rumah Abah?"
"Jadi, kenapa? mau titip salam?" tanya balik Fajar.
"Emang Enin mau bikin Nasi uduk harus di salamin?" sahut Si Bungsu sambil cekikan.
Usianya saja yang sudah 27 tahun, karna nyatanya ia masih sangat menggemaskan.
Fajar yang tahu biasanya akan panjang kali lebar jika di ladeni pun memilih melanjutkan langkah.
"Semangat kawinin Panda ya Aa----," teriak Lintang yang kini sambil tertawa cukup keras.
Janda, itulah Status Shena saat ini, 43 hari yang lalu Fajar dengan konyol nya meminta seorang pria mengucapkan Talak untuk istrinya. Meski ada cara lain untuk menolong Shena tapi entah kenapa ia malah mengajukan permintaan tak masuk akal tersebut.
Senyum tersungging di ujung bibir Si tengah manakala ia sudah duduk di balik kemudi. Ada hal yang akan ia utarakan pada seorang gadis malam ini.
.
.
.
Shena yang sudah semakin bebas untuk keluar rumah tentu tak ragu saat Fajar mengajaknya, ia yang sudah merapihkan diri sejak kurang lebih sejam yang lalu di hampiri Enin yang tentu sudah meminta izin untuk masuk kedalam kamar gadis itu yang pintunya sedikit terbuka.
"Aa belum datang?" tanya Enin yang duduk di tepi ranjang sedangkan Shena di kursi meja rias.
"Belum, mungkin di jalan," jawab Shena yang selalu merah ke-dua pipinya saat di tanya tentang Fajar.
"Ya sudah, tunggu saja. Sepertinya sebentar lagi akan sampai. Jaga diri kalian saat keluar nanti ya," pesan Enin, meski ia percaya tapi rasa takut dan khawatir itu tetap terselip dalam dada wanita baya tersebut.
"Iya, Enin."
Dan obralan keduanya terhenti saat mendengar suara salam dari arah luar. Kamar Shena yang berada dekat ruang tamu tentu sangat bisa mendengarnya dengan jelas.
"Assalamu'alaikum, pada disini ternyata?" seru Fajar yang hanya berdiri di ambang pintu karna Enin dan Shena bangun dari duduknya, Fajar yang mencium punggung tangan Enin di perlakukan sama juga oleh Shena.
"Kami langsung pergi ya, Enin," pamit Fajar, ia tak ingin membuang waktu jika berurusan dengan Si janda perawan
"Iya, Hati-hati di jalan dan jangan pulang larut malam ya," pesan Enin yang di iyakan oleh Fajar sedangkan Shena hanya menganggukan kepala dan tersenyum simpul.
Setelah pamit pada Enin dan Abah yang baru keluar dari kamar, kini pasangan tanpa ikatan itupun bergegas menuju mobil yang akan membawanya ke salah satu Restoran, tentu milik Rahardian Group ( beh teu kudu mayar ckck)
"Kamu sudah makan?" tanya Fajar mengawali obrolan setelah kendaraan mewahnya itu melesat dengan kecepatan sedang.
"Belum, tadi Enin bikin salad buah jadi makan itu aja," jawab Shena.
43 hari bersama Fajar kini ia sudah bisa sedikit beradaptasi dengan segala rasa masakan yang terhidang, mulai dari sarapan, makan siang dan malam, padahal dulu jika pagi ada makanan ia harus rela makan lagi malam, begitu pun jika ada makan siang ia berarti harus kuat menahan lapar sejak pagi.
"Aku tak hanya mengajakmu makan malam, karna ada yang ingin ku katakan padamu," ucapnya pelan karna malu.
Shena yang mendengar itupun langsung menoleh dan tatapan keduanya kini saling bertemu.
"Mau bilang apa?" tanya Shena.
"Nanti aja ya, kalau sudah sampai disana dan kita sudah selesai makan."
Shena lalu mengangguk paham, buka Shena namanya jika ia tak menurut. Sifat dan sikap bak anak kucing itulah yang selalu membuat Fajar tak kuasa menahan rasa gemasnya hingga kadang tak sadar menggigitnya juga.
Perjalanan yang tak terlalu jauh itu membuat mereka cepat sampai di tujuan, meski Resto yang di datangi adalah tempat makan mewah tapi disana cukup lumayan banyak pengunjung nya. Sebab tak hanya rasa dan kualitas yang di utamakan tapi juga harga yang bersahabat. Keluarga konglomerat itu tak sekedar mencari untung tapi mereka justru ingin memberi lapangan pekerjaan di tengah ibu kota yang kian hari kian membludak juga penduduknya.
"Ayo, turun," ajak Fajar setelah ia membuka pintu mobil samping kiri.
Shena tersenyum simpul sambil menerima uluran tangan Fajar yang malam ini terlihat lebih tampan.
Gejolak dalam dada keduanya pun kian semakin tak bisa terkontrol mana kalau jari jari itu kini sudag bertautan seolah ingin dunia tahu jika mereka sebenarnya saling memiliki meski tak pernah ada kata cinta terlontar.
Fajar yang sudah memesan ruangan tertu langsung di antar oleh seorang Manager Resto langsung sebab tahu juga siapa yang malam ini datang berkunjung untuk makan malam.
"Terima kasih," ucap Sang pewaris, ia tak perlu memesan apapun lagi karna semua sudah beres sebelum ia pergi.
Tak ada obrolan apapun padahal sudah lima belas menit berlalu. Keduanya merasa canggung seolah Asing dan baru bertemu, mungkin kah karna ada rencana yang sedang di susun Fajar, jadi semua nampak berbeda?
Entahlah, yang jelas hingga makanan datang sampai mereka menghabiskannya hanya sesekali keduanya bersuara tak seperti biasanya yang semua akan di ceritakan.
"Shena--," sebut Fajar setelah perasaannya sudah jauh lebih tenang.
"Hem, iya," jawab gadis itu yang memaksa sedikit mengangkat kepalanya agar kedua wajah mereka sedikit sejajar.
"Aku mencintaimu."
Jangan harap ada senyum terukir di wajah cantik Si janda karna yang terlihat hanya rona merah seperti kepiting rebus.
"Aku rasa kamu tak akan kaget karna tanpa ku katakan sebelumnya, aku sudah memberikan perhatian dan memperlakukanmu dengan sangat istimewa dan itu artinya kamu satu-satunya bagiku," ucap Fajar sangat serius.
.
.
.
.
Iyalah cuma satu kan aku gak punya kembaran kaya Aa...