Namaku Inaya, aku baru lulus di sekolah menengah atas. Keseharianku membersihkan rumah, memasak, dan memberi makan ayam. Suatu hari, aku bertemu dengan seorang nenek yang kebingungan mencari kendaraan. Dia meminta bantuanku. Awalnya aku menolak, namun karena kasihan, akupun membantunya. Setelah itu, dia memberiku sebuah gelang. Aku sudah menolak, namun dia kekeh memaksaku menerimanya. Semenjak memakai gelang, kejadian aneh mulai bermunculan.
Beberapa bulan kemudian, tepatnya Hari ini ialah hari idul fitri. Aku dan keluargaku biasanya ziarah kemakam sang kakek dan nenek. Setelah itu kami pergi berkunjung kerumah nenek atau ibu dari ayahku. Diperjalanan, kecelakaan tak terelakkan terjadi. Aku terbang melayang dan jatuh keaspal. Tubuhku terguling-guling hingga memasuki sebuah empang atau biasa disebut kolam ikan. Aku sempat menatap gelang pemberian nenek tak kukenal, hingga kesadaranku pun hilang. Lalu setelah aku membuka mata kembali, aku berada ditempat asing.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zakina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31 IJAB KABUL
"Siapa juga yang butuh bantuanmu?"Ucapku.
"Lalu? Kau kan mau b*n*h Putri Irha?" Ucap Putri Izza bingung.
"Heh, siapa juha yang mau berbuat sekeji itu. Aku gak bakal melakukan hal itu! Dan ingat, kau bisa dihukum mati karena melakukan rencana pemb*n*han!" Ucapku dingin sembari melenggang pergi meninggalkan Izza.
"Sial! Kenapa dia tidak terpengaruh. Harusnya dia mendengarkanku. Sekarang semua rencanaku sia-sia. Arkttt," Kesal Putri Izza menjambak rambutnya frustasi.
○○○○○○○○
Hari ini ialah hari pernikahan Putra Mahkota dan Putri Khina. Terlihat sudah banyak orang dari kerajaan tetangga yang turut hadir.
Sedangkan didalam kamar, Putri Khina tampak mondar-mandir.
"Perasaanku kok tak enak? Ada apa ini? Apa ada yang akan terjadi? Sebaiknya aku ke kamar Zahra, aku merasa jika disini terus membuatku tak tenang," Gumamku.
"Tuan Putri, mau kemana?" Tanya Nurfa.
"Aku mau keluar sebentar, kau disini saja. Dan oh iya, kenapa kau masih memakai baju itu? Bukannya aku sudah bilang padamu untuk memakai gaun pemberianku?" Ucapku.
"Maaf, Putri Mahkota. Aku tidak pantas memakai gaun milik Tuan Putri," Ucap Nurfa.
"Heh, enggak pantas apanya. Kau harus memakai gaun itu! Ini perintah!" Ucapku.
"Tap...."
"Tidak ada tapi-tapian. Kau harus pakai gaun itu atau kau ku pecat jadi pelayan pribadiku!" Ancamku.
"Ba..ik, Putri Mahkota," Ucap Nurfa.
"Aku kan sudah bilang, jangan panggil Putri Mahkota. Kau cukup memanggilku Putri saja, biar tidak kepanjangan," Ucapku.
"Baik, Putri," Ucap Nurfa.
"Sini biar aku dandani kamu setelah mengenakan gaun itu," Ucapku.
"Ta..."
"Ini perintah!" Ucapku dingin.
Beberapa menit kemudian.
"Sudah, kau tampak cantik, kayak artis indonesia," Ucapku.
"Apa itu artis, Putri?" Tanya Nurfa.
"Gadis cantik," Ucapku singkat.
"Putri bisa saja," Ucap Nurfa tersenyum malu.
"Aku mau kekamar Zahra. Kau disini saja dulu. Nanti aku kembali lagi jika acara pernikahan sudah dimulai," Ucapku.
"Baik, Putri," Ucap Nurfa.
Setengah jam kemudian, aku kembali kekamar dengan membawa Zahra bersamaku.
"Eh, Nurfa kemana? Kenapa dia tidak ada dikamar?" Ucapku kebingungan.
"Tuan Putri Mahkota, acara sudah mau dimulai. Mari ikut kami," Ucap para pelayan dengan sopan.
Aku mengangguk dan mengikuti mereka.
"Mungkin tuh orang sudah sampai duluan. Dasar teman gak ada akhlak, main ninggalin. Padahal sudah kubilang untuk menungguku sebentar dikamar," Gumamku.
"Bunda mengatakan sesuatu?" Tanya Zahra.
"Tidak, ayo kita ke aula sekarang," Ucapku.
Sesampainya di ruang Aula kerajaan, aku dan Zahra perlahan berjalan kearah Putra Mabkota Ilyas berada. Aku mulai duduk disamping Putra Mahkota.
"Bagaimana, apakah kau siap Anak-anakku?" Tanya Raja Temmy. Dia ayah kandung dari Putri Khina, Putri Irha dan Putri Andini.
"Siap, Ayahanda," Ucapku dan Putra Mahkota secara bersamaan.
Putra Mahkota Ilyas mulai menjabat telapak tangan Raja Temmy. Raja Temmy mulai menyebut apa yang kemarin ku ajarkan padanya.
"SAYA NIKAHKAN DAN KAWINKAN KAU DENGAN PUTRI SAYA, PUTRI KHINASARI DENGAN MAS KAWIN SERATUS KOIN EMAS DAN SEPERANGKAT ALAT SHOLAT DIBAYAR TUNAI," Ucap Raja Temmy mengucapkannya dengan lantang.
"SAYA TERIMA NIKAHNYA PUTRI KHINASARI DENGAN MAS KAWIN TERSEBUT DIBAYAR TUNAI," Ucap Putra Mahkota Ilyas.
"Bagaimana saksi?" Ucap Raja Temmy.
"SAH, SAH," Teriak Putri Irha dan Putri Andini.
Semua para tamu melongo heran dan bingung melihat tata cara pernikahan Putra Mahkota dan Putri Mahkota.
"Ini pernikahan apa? Aku baru tau jika ada pernikahan seperti itu?" Bisik-bisik para Tamu undangan.
"Benar, aku juga baru pertama kali mendengar dan melihat pernikahan seperti itu," Ucap yang lainnya.
'*Mereka tak tau aja gimana lelahnya aku membujuk tuh Raja Temmy dan Raja Dayat biar pernikahan kami harus seperti ini. Dan untung Putra Mahkota mau dan bersedia pindah agama demi aku. Wkwkw, aku jadi senang, karena aku bisa membawa orang kafir masuk Islam*,' Batinku senang.
"Aamiin," Ucap Raja Temmy dan Putra Mahkota selesai membaca doa.
'*Eh, aku sendiri malah lupa baca doanya. Ini gara-gara aku fokus dengar bisikan-bisikan mereka*,' Batinku kesal.
'*Aku tidak setuju dengan ritual acara itu. Mau bagaimana lagi, Putra Mahkota terlalu keras kepala. Harusnya mereka berputar mengelilingi api, sebanyak tujuh putaran. Lalu mengucapkan janji suci pernikahan dan menggores darah mereka sedikit dan menitihkan di dalam api. Ampuni kami, Dewa. Kami telah melanggar kesucian dalam ritual pernikahan itu*,' Batin Raja Dayat.
'*Kurang ajar! Wanita itu telah berhasil menghasut Putra Mahkota. Ini tidak bisa dibiarkan, jangan sampai Putra Mahkota lepas dari genggamanku. Dia harus tetap dalam kendaliku! Aku harus mencari cara untuk menyingkirkan Wanita itu! Jangan sampai semua rencana yang sudah ku susun sejak lama, hancur berantakan*,' Batin Ratu Helena.
'*Harusnya aku yang disana, dampingimu dan bukan dia. Harusnya aku yang kau cinta dan bukan dia. Harusnya kau tau cintaku lebih besar darinya*,' Batin Pangeran Nakula menatap sendu kearah Putri Mahkota dan Putra Mahkota.
Setelah itu, kami dituntun kearah pelaminan. Aku dan Putra Mahkota duduk bersebelahan. Para tamu mulai menikmati hidangan, setelah para pelayan menyediakan hidangan diatas meja.
'*Semua ini terasa mimpi. Aku sangat bahagia, akhirnya impianku menikah telah terkabul. Pesta pernikahan mewah ini adalah mimpiku sejak lama*,' Batinku.
"Jadi pengen nikah juga deh," Gumam Putri Andini.
"Aku juga, coba saja Kevin ada disini, pasti kami sekarang udah nikah," Ucap Putri Irha.
"Siapa itu Kevin!" Ucap Pangeran Boby dingin.
"Kekasihku," Ucap Putri Andini.
"Akan ku b\*n\*h pria yang berani merebut Istriku!" Ucap Pangeran Boby dengan raut wajah menahan amarah yang memuncak.
'*Hahaha, kau mau cari dimana? Kau itu tak akan bisa menemukan Bebeb Kevinku sampai kapanpun. Karena Bebeb Kevinku itu berada di dunia Moderen, bukan dizaman kuno ini. Tapi ingat-ingat soal Kevin, aku jadi rindu. Dimana dia sekarang? Apa dia juga terlempar kezaman ini? Kalau iya, aku pengen mencarinya*,' Batin Putri Irha.
"Hahaha, kau itu tak akan menemukan Kevin. Dia itu tidak ada di zaman ini," Ucap Putri Andini.
"Lalu dimana dia!" Ucap Pangeran Boby mengepalakan telapak tangannnya.
"Dia...," Ucapan Putri Andini terpotong.
"Dia ada dibelahan dunia lain," Ucap Putri Irha.
"Maksudnya? Apa dia sudah tiada?" Tanya Pangeran Boby dengan raut wahah kebingungan.
"Hei, jangan sembaranag ngomong...," Ucapan Putri Irha terhenti.
"Ya," Ucap Putri Andini cepat.
"Bagus jika dia sudah tiada. Kalau dia masih hidup, akan ku habisi dia," Ucap Pangeran Boby.
"Jangan mengatakan soal zaman moderen! Nanti mereka menghukum mati kita semua karena telah menipu mereka. Bagaimana pun kita hanya jiwa yang nyasar di tubuh ini," Bisik Putri Andini.
"Ya, kau benar juga. Aku belum siap mati. Dosaku juga banyak banget, aku juga belum ketemu bebeb Kevin. Untung kamu mengingatkan, kalau tidak, habislah kita bertiga," Bisik Putri Irha pada Andini
Pesta pernikahan bernikahan berjalan lancar. Hingga para tamu undangan menaiki panggung satu persatu dan kami saling bersalim.
'*Coba saja ada tukang foto disini, pasti aku akan abadikan dan posting disosmed,' Batinku*.
"Hei Tukang pelukis, kemari cepat dan lukis kami semua," Ucap Putri Andini.
"Baik, Tuan Putri," Ucap si pelukis.
"Ayo semua atur gaya," Ucap Putri Irha.
Kamu mulai mengatur pose gaya. Si Pelukis mulai melukis kami semua.
'*Hadeh, bagus sih karena tetap punya foto pernikahan. Tapi kan capek harus berdiri kayak patung gini selama dia dilukis*,' Batinku kesal.
...¤**BERSAMBUNG**¤...