Ara harus cepat-cepat kembali ke Indonesia karena mendengar bundanya sakit. Dia sampai harus kehilangan kontrak kerjasama dengan salah satu perusahaan yang sudah lama diincarnya karena mengkhawatirkan kondisi sang bunda. Namun apa yang terjadi di Indonesia tidak sepanik seperti apa yang ada dalam benak Ara.
Bahkan ini semua hanya rencana sang bunda untuk menjodohkan Ara dengan putra dari teman baiknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Niken Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 31
"Apa saja yang kamu lakukan selama ini? Ayah sudah katakan untuk mendekati keluarga Handoko, bahkan kamu sekarang disingkirkan dari keluarga mereka,"seorang lelaki paruh baya sedang bersitegang dengan putranya karena misinya telah dia anggap gagal selama ini.
"Percuma ayah membesarkan anak tidak berguna sepertimu,"ujar sang ayah.
Abimanyu mengeratkan kepalan tangannya. Dia tidak menyukai permintaan ayahnya yang bertentangan dengan hati kecilnya. Namun, apa daya, sejak kecil dia telah memiliki hutang dengan keluarga besar Permana. Dia hanya melakukan pekerjaan yang sangat kec untuk menebus semua kemewahan yang pernah diberikan oleh keluarga Permana.
"Dekati Anggara dan baik-baik lah dengan keluarga mereka, anggi adalah kunci untuk semakin dekat dengan keluarga Handoko,"ujar sang ayah.
"Baik, ayah,"jawab Abimanyu patuh.
"Bukan waktunya kamu bermain-main sekarang. Sudah sekian lama ayahmu ini menunggu, sampai kapan kamu akan bersungguh-sungguh,"ujar tuan besar Permana sebelum meninggalkan Abimanyu di ruang kerjanya. Abimanyu hanya terdiam tanpa berani menjawab sedikitpun.
**
"Apa ini alamatnya?"tanya Ara kepada Nicko.
"Benar nona,"jawab Nicko lalu mengantar majikannya ke depan pintu tempat tinggal pimpinan perusahaan terbesar di Indonesia tersebut.
Nicko menekan bel pintu rumah Kendra. Tak lama kemudian pintu pun terbuka. Mereka berdua disambut oleh Alvin, asisten pribadi Kendra.
"Silakan masuk, tuan Kendra sudah menunggu di dalam,"ujar Alvin dengan senyum ramah.
Nicko mempersilakan Ara untuk berjalan lebih dulu. Dia mengikuti langkah Ara di belakangnya.
Alvin membimbing Ara dan juga Nicko ke ruang tamu dan di sana telah menunggu dua orang lelaki yang satunya mereka tahu siapa itu. Tetapi lelaki yang satunya lagi sepertinya seorang dokter karena menggunakan seragam kedokteran nya.
"Tuan, tamunya sudah datang,"ujar Alvin membuat keduanya menoleh.
"Silakan duduk,"ujar Kendra mempersilakan keduanya untuk duduk bersamanya.
Ara dan Nicko duduk bersebelahan. Namun yang menarik perhatian Ara adalah lelaki berseragam dokter itu tersenyum manis ke arahnya. Sepertinya dia pernah mengenal wajah di hadapannya ini.
"Apa kamu masih mengingatku, Aurora?"tanya lelaki itu. Ara masih tampak bingung. Bagaimana lelaki ini bisa mengenalnya. Dan dimana dia pernah mengenal lelaki ini.
"Namaku William, aku seniormu saat di universitas kedokteran dulu, tujuh tahun yang lalu. Dan kamu pernah menolongku saat aku terjatuh di jurang sewaktu ada acara di kampus, kamu ingat?"tanya William.
"Ah...ya, senior yang terjatuh dan terluka parah di kaki dan tangan waktu itu,"ujar Ara karena telah berhasil mengingatnya.
"Ya, senang sekali bisa bertemu kembali denganmu,"ujar William sambil berjabat tangan. Ara menyambut uluran tangan William tersebut.
"Senang juga bisa bertemu senior di sini,"ujar Ara. Kendra melihat interaksi diantara keduanya.
"Ehem,"Kendra menyudahi percakapan diantara keduanya. Ara seketika melepaskan genggaman tangan William. Dia sadar diri karena tengah berada di rumah orang lain. Dia harus menjaga etika dan sopan santunnya.
"Baiklah kalau begitu, tugasku sudah selesai, aku akan kembali ke rumah sakit. Jaga kondisimu, Ken. Jangan sampai ngedrop kembali,"pesan William. Dia tahu kalau dia tidak bisa berlama-lama di sini. Sepertinya akan ada pembicaraan serius.
"Oya Aurora, ini kartu namaku. Bolehkah aku meminta nomormu kepada Alvin?"tanya William tanpa ingin kehilangan kesempatan untuk mendekati Aurora.
"Silakan,"ujar Aurora.
"Terimakasih, nanti ku hubungi,"ujar William kemudian berlalu meninggalkan ruangan tersebut.
"Antar William, Vin,"ujar Kendra.
"Baik, tuan."
Setelah kepergian Alvin, tampak suasana di ruangan itu kembali sunyi. Kendra menatap Ara yang duduk tepat di hadapannya.
"Ada perlu apa?"tanya Kendra langsung kepada Ara. Melihat nada pertanyaan Kendra, segera Ara mengambil amplop coklat yang dititipkan sang kakak.
"Pimpinan mengirimkan ini untuk diserahkan langsung kepada tuan Kendra Daniswara,"ujar Ara secara formal. Kendra mengambil amplop coklat tersebut. Kendra tersenyum setelah mengetahui isinya.
"Bacalah,"Kendra menyodorkan beberapa lembar yang ada dalam amplop tersebut.
Ara sungguh terkejut setelah membacanya,"apa maksudnya ini?"
Apakah sesuatu sedang terjadi di perusahaan.