NovelToon NovelToon
Kembar Jenius Milik Bos Arogan

Kembar Jenius Milik Bos Arogan

Status: sedang berlangsung
Genre:Menikah Karena Anak / Anak Kembar / Lari Saat Hamil / Anak Genius / One Night Stand / Hamil di luar nikah
Popularitas:38.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ika Dw

Asila Angelica, merutuki kebodohannya setelah berurusan dengan pemuda asing yang ditemuinya malam itu. Siapa sangka, niatnya ingin menolong malah membuatnya terjebak dalam cinta satu malam hingga membuatnya mengandung bayi kembar.

Akankah Asila mencari pemuda itu dan meminta pertanggungjawabannya? Atau sebaliknya, dia putuskan untuk merawat bayinya secara diam-diam tanpa status?

Penasaran dengan kisahnya? Yuk, simak kisahnya hanya tersedia di Noveltoon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Dw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28. Memberinya Kesempatan

"Loh! Kalian sudah diizinkan pulang? Bukannya dokter bilang masih harus menunggu beberapa hari lagi? Memangnya Sheila sudah baikan?"

Aruna selesai berkemas hendak berkunjung ke rumah sakit, namun mendapati anak dan cucunya telah kembali diantar oleh Edgar. Untungnya dia belum berangkat, kalau tidak akan berpapasan di jalanan.

"Sebenarnya dokter melarangnya pulang, tapi Sheila merengek minta pulang. Ya mau gimana lagi, anaknya juga minta pulang, jadi ya terpaksa diizinkan pulang. Tapi kalau sampai demam lagi ya harus dibawa lagi ke sana!"

"Pokoknya aku nggak mau masuk rumah sakit lagi! Aku mau di rumah aja!"

"Iya sayang, pokoknya kamu harus janji nurut sama mommy biar lekas sembuh. Mommy nggak akan bawa ke rumah sakit lagi kalau kamu nggak bandel. Disuruh minum obat ya harus nurut, disuruh istirahat yang cukup juga harus nurut."

"Apa suhu badannya masih demam Sil? Kalau masih demam sebaiknya diberi Paracetamol.  Harusnya kan nunggu sampai kondisinya stabil baru pulang, kalau sampai demam lagi gimana coba?"

"Ck, Oma ini bawel banget! Aku udah sembuh Oma! Nggak mau lagi nginep di rumah sakit."

"Sayang! Nggak boleh berani ngelawan orang tua! Dosa!" Edgar langsung memberikan teguran padanya agar tidak berkelanjutan. Mulai detik ini ia berjanji akan ikut andil untuk mendidik dan menjaga anak-anaknya dengan baik.

Aruna hanya terkekeh. Dia tak bisa berbuat apa-apa. Selama Sheila nyaman ia tak bisa lagi memaksanya. "Yaudah, Oma minta maaf. Ayo masuk, Sheila harus istirahat biar cepat sembuh. Oma sudah bersihkan kamar Sheila."

Edgar membantunya hingga kamarnya. Asila yang tak tega membiarkan putrinya dalam kondisi sakit tidur berdua dengan kembarannya, dia pun membujuk Sheila untuk tidur bersamanya hingga kondisinya membaik.

"Sayang, untuk sementara waktu kamu tidurnya sama mommy dulu ya? Biar kak Dylan bobok sendiri."

"Uh...! mommy! Kenapa harus bobok sama mommy, terus kak Dylan gimana?"

"Kak Dylan kan nggak sedang sakit, jadi mommy rasa untuk sementara waktu tidur kalian harus terpisah. Nggak apa-apa kan kak Dylan? Untuk sementara waktu ini adik tidurnya sama mommy?"

"Enggak apa-apa kok mom, mommy tenang aja, kan aku kan udah besar. Tapi mommy siapin mainanku ya?"

Sejak kemarin bocah itu meminta Playstation. Dia sudah beberapa hari tak menggunakan laptopnya. Mungkin masih trauma dengan kejadian yang membuatnya terkena masalah. Sebenarnya dia memang sengaja ingin memberi pelajaran kepada Edgar, karena menurutnya pria itu pantas untuk ditegur.

"Nanti kalau ada waktu senggang mommy belikan. Sekarang Mommy masih sibuk rawat adek, sabar dulu ya," nasehat Asila.

Semenjak kedatangannya di rumah orang tuanya, apapun yang diminta oleh anak-anaknya terturuti. Wijaya dan yang lainnya memberikan mereka kebebasan dan menuruti semua yang mereka inginkan, bahkan mainan yang dulunya tak pernah mereka miliki kini dengan mudah dimilikinya.

"Dylan minta apaan sih?" tanya Edgar.

"Minta Playstation. Dari kemarin merengek belum juga kuturuti, ya habisnya gimana, orang adiknya masih tidak bisa ditinggal."

Edgar mengulas senyumnya. Mungkin dengan cara sederhana bisa membuat anak laki-lakinya mau memaafkan. Terbesit ada keinginan untuk membelikan mainan agar bocah itu senang, tapi masalahnya apa mungkin Dylan mau pergi berdua saja dengannya?

"Yaudah, kalau gitu biar aku yang belikan. Bilangin sama dia, beli mainannya ditemani sama Daddy. Sekalian beli makanan buat makan malam."

Asila mengangguk dan menemui Dylan yang sudah berlalu menuju kamarnya. Dia melihat anak kecil itu tengah membuka laptopnya, di situ Asila langsung memberikan sedikit teguran padanya.

"Mau main-main lagi? Apa masih mau mengulang kesalahan yang sama seperti kemarin? Jangan lagi membuat masalah Dylan! Ayo letakkan kembali laptopnya! Main yang lain aja nggak usah pakai laptop."

"Tapi mom...?"

"Enggak ada tapi-tapian! Ini perintah, ayo simpan lagi laptopnya. Berhubung mommy sibuk ngurusin adikmu, kamu pergi beli mainannya ditemani Daddy aja ya? Kalau nunggu mommy ya cukup lama."

Dengan cepat Dylan menjawab. "Enggak mau! Sama mommy aja!"

"Apa bedanya pergi sama mommy dan Daddy? Mommy nggak bisa keluar Dylan, adik kamu masih rewel. Kalau kamu nunggu mommy bisa keluar ya cukup lama. Ayolah...., jangan begitu. Memangnya kamu nggak kasihan sama mommy?"

Asila sengaja ingin membuat Dylan dekat dengan ayahnya. Ia tak harus egois, karena biar bagaimanapun juga Edgar ayah kandung mereka dan keluarga Edgar sangat respek padanya.

"Kalau sama mommy mungkin bisa sebulan atau dua bulan baru bisa beli. Sebelum adik kamu benar-benar sehat mommy nggak bakalan keluar, terkecuali cek up ke rumah sakit atau nganterin kamu sekolah. Sekarang terserah kamu aja! Untuk sementara waktu mommy juga nggak akan kasih izin kamu main laptop. Mommy nggak ingin kamu mengulang kembali kesalahan merusak sistem operasi kerja orang lain. Untungnya itu perusahaan punya Daddy kamu, coba kalau orang lain, bisa kena tuntut kamu. Memangnya kamu mau tinggal di dalam penjara? Ayo temui daddymu, dia bersedia nemenin kamu."

Bocah itu berdecak dengan menekuk mukanya.

"Ck, tapi mom....! Aku masih males sama dia! Bisa nggak sih, nggak maksa!"

"Siapa juga yang maksa! Mommy nggak maksa! Mommy hanya menyarankan agar kamu tidak membenci orang tua kamu sendiri. Kamu masih bocah nak, masih belum mengerti apa-apa! Kamu selamanya akan membutuhkan orang tua! Dia itu Daddy kamu, ayah kandung kamu, kalau nggak ada Daddy nggak bakalan ada kamu! Apa kau paham?"

Asila hanya ingin anak-anaknya bisa menerima ayah kandungnya. Awalnya memang dia akui egois tidak ingin mereka mengenali ayah kandungnya, tapi setelah dipikir-pikir ia juga salah. Tidak akan lahir mereka kalau tidak ada Edgar yang memberikan benihnya. Mau tak mau ia juga harus berlapang dada untuk bisa menerimanya.

"Sayang, dengerin mommy. Membenci orang tua sendiri itu tidak baik, dosa. Meskipun Daddy meninggalkan kalian bukan berarti kalian harus membencinya. Daddy nggak pernah tahu kalian dilahirkan, andai saja dia tahu pasti dia akan menemani kalian. Ayolah..., jangan jadi anak bandel oke, nurut sama orang tua ya?"

"Tapi kenapa mommy dulu mengatakan bahwa Daddy ku udah mati? Tapi sekarang dia ada diantara kita. Kenapa mommy bohongi kami?"

Dylan merasa sudah dibohongi oleh ibunya. Selama ini ia mengira ayahnya sudah tiada, bahkan tidak sedikit dari teman temannya mengatainya anak haram. Ia memang tidak pernah tahu apakah dilahirkan tanpa adanya pernikahan, tapi yang dikecewakan kenapa harus dibohongi?

"Maafin mommy nak, mommy nggak ada maksud buat bikin kamu kecewa. Pada saat itu mommy masih marah sama Daddy, jadi mommy putuskan untuk pergi dan tak mau lagi bertemu dengannya. Mommy pikir bisa menghidupi kalian sendiri tanpa Daddy, tapi ternyata tindakan mommy sudah menyakiti perasaan kalian. Sekarang Daddy sudah kembali, alangkah baiknya kalau kalian mau berteman sama dia. Kasihan dia, sangat ingin berteman dengan kalian. Kamu mau ya, berteman dengannya, adik saja sudah mau memaafkannya."

Dylan terdiam dengan seribu pemikiran yang berkecamuk di otak kecilnya. Ia masih ragu untuk bisa memaafkan orang yang sudah tega menelantarkannya, tapi ia juga ingin tahu seberapa besar cinta Edgar kepada dirinya.

Setelah cukup lama berdiam diri ia pun memutuskan untuk memberinya kesempatan.

"Oke baiklah. Aku akan memberinya kesempatan, tapi dengan satu syarat!"

Kening Asila mengkerut. "Syarat? Kalau boleh tahu syaratnya apa?"

Ada-ada saja permintaan bocah itu, mau berteman dengan ayahnya saja masih harus mengajukan syarat, tapi ia rasa Edgar tak keberatan menerima persyaratan yang diajukan oleh putranya.

"Syaratnya tidak sulit kok. Aku hanya ingin apapun yang aku minta dituruti, dan lagi..., aku ingin diajak liburan ke luar negeri. Apakah dia akan menyanggupinya?"

1
Nana Meidian
bagus Edgar. nah gitu dung
buna nisa
masak bocah,,kasar amat thor bahasanya apa lagi guru yg ngomong
tia
Thor anak wakil skolah toni apa roni 🤭😄
Ika Dw: typo kak😭😭
total 1 replies
Nana Meidian
nah gitu dung Edgar yg tgas lindungin anak mu
Nana Meidian
si Edgar harus nya tegas jgn smpai siska gangguin hubungan mu SMA istri mu
tia
Edward sabar ,,dari pada nanti tidur di luar 😄😄
Nana Meidian
ayo Edgar habisi mrka jgn kasih kndor ini wktunya kamu membela mlindungin anak2 mu. braninya mrka nghina anakmu 💪
tia
lanjut thor
kang putra
hlo kak,seru bnget ya
Ika Dw: terimakasih untuk kehadirannya 🤭
total 1 replies
tia
lanjut thor update
Ika Dw: hari ini update satu dulu kak, lagi tumbang😭
total 1 replies
tia
jangan mobil mobilan ,,,mobilx sungguhan langsung di belikan 😄
4U2C
𝘀𝗲𝗺𝘂𝗮 𝘀𝗮𝗹𝗮𝗵 𝘁𝗶𝗮𝗱𝗮 𝘀𝗮𝘁𝘂 𝗽𝘂𝗻 𝗯𝗲𝘁𝘂𝗹,,𝗶𝗻𝗶 𝗰𝗲𝗿𝗶𝘁𝗮𝗻𝘆𝗮 𝗽𝗲𝗿𝗱𝗲𝗯𝗮𝘁𝗮𝗻 𝗸𝗲𝗹𝘂𝗮𝗿𝗴𝗮..🤣
Ika Dw
oke... dilanjut besok ya kak😁
Ika Dw: wkwkwk... mampir beneran,, makasih hadirnya kak🤭
total 2 replies
tia
lanjut thor
tia
belom update thor
Ika Dw
enggak kak, santai aja😁
tia
jangan bilang tamat thor
tia
kenapa gak tes dna
Ika Dw
bobok dulu kak🤣, halunya disambung nanti 😁
tia
jangan digantung thor gk bisa tidur siang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!